Thursday, November 15, 2007

otak bermandi keringat

'coba kamu hitung formulanya', begitu bisik datuk di telinga
pagi menyapa sudah dipenuhi dengan pinta
'dan jangan lupa yang kemarin kamu masukkan juga',tandasnya ngilu di ujung pinsil

periode november dalam hujan kering
dihimpit calculator dan coretan kertas
pucat dalam dingin pagi menghantar sarapan
tuts keybord bercampur mie ayam menyatu
dan kacamata turun menjeda keringat

'secepatnya sore kita rapatkan', sms berteriak
berlari dalam otak menghitung detakan
anggaran, realisasi, proyeksi, biaya kelebihan, minus, over
berkelebat dalam otak tua
bonus, tambahan gaji, insentif , teriak ruang kecil yang lain

"kelebihan bonus sudah termasuk pak', ngilu di bibir mengembang ceria

berputar otakku cuma satu berharap tahun ini bonus lima kali
keinginan mengembara di negeri pasir sudah terbayang
biarlah lelah bulan ini memeluk otak
hanya lima huruf itu yang membuat hati terus berbunga

"ya, pak sudah selesai rencana anggarannya', lantang teriak pada datuk

ilenk rembulan....jakarta 10.55

Monday, November 12, 2007

ketemu penyair, jakarta

wah, seperti di pucuk ulam tiba....walah...akhirnya keturutan, nonton di TUK

terima kasih untuk semua laporan pandangan mata (dan getaran hati he he he) dari Om Yo, Mbak Ilenk dan Kang Akmal.

HAH


"akmal n. basral" wrote:

saya tak sempat hadir di jumat malam, baik untukmenonton lebai hasan, maupun memirsa penampilanprogrock-poet urip herdiman "if it's too loud, thanyou're too old, yeah!" kambali.ada sesuatu di jadwalku yang, mendadak muncul, bukankeinginanku. maafkan kawan.tapi untunglah sabtu malam memberikan peluang, meskiair di pelbagai ruas jalan menggenang, menghadang.

rupanya pembacaan sajak juga berfungsi untuk kopidarat apsas secara dadakan: selain lebai hasan, adajuga m. badri yang baru memboyong penghargaan daribintan, ita siregar, endah perca, donny anggoro (tapiasyik di meja lain), dedy t. riyadi (kemana inez danpakcik?), om yo sugi (kemana juga yo satunya: lanangrahardjo?), guntur indunisi sang tuan rumah.salam,~a~

@ guntur: pembacaan puisinya kurang panjang.(atau seharusnya saya "komplen" ke sitok ya?hehehe...)

@ jengki: mengapa satu dari empat penyair manis dipanggung itu selalu mendedikasikan sajak untukmu ya(hahaha... di bangku penonton, aku dan zen hae sibukngerumpi, yang membuat sitok bertanya, "jengki itusiapa?")

@ hah: dua malam membuat semangat penonton bergeretuk di tuk, ahad pagi memborong satu halaman eksklusif dikompas pula! benar-benar ini penyair yang tinggisebenang dibandingkan para penampil lainnya. tahniah!---

dian <dian.ileng@asrinda.com> wrote:>

menambahkan catatan dari pakde Yo,
seperti keinginanku yang lama terpendam, akhirnya bisa> menikmati "penyair palsu" melantunkan bait-2> puisinya yg menggelegar yang ternyata menahan> keinginanku menikmati puisi kang UHK.> >

(mohon maaf kang UHK, kemarin jum'at aq tak bisa> hadir menjumpaimu, karena kemacetan tingkat tinggi> dan TUK lebih deket dng kantorku, terpaksa panah> Karna tak bisa kunikmati)> >

dari parade pengajian puisi jum'at malam (aku hanya> bisa hadir hari pertama) bisa aku rasakan bahwa> seorang penyair harus juga bisa membawakan puisi-2> yang dia buat di publik, sehingga publik itu bisa> merasakan getaran-2 sejuta makna kata yang dirangkai> menjadi nikmat dirasakan.> >

sesi pertama dengan gelegar bang HAH melantunkan> sejutapuisinya di keheningan ruang temaram itu> membuatku seperti ikut mendalami desah nafas dan> deru jiwa bang HAH dlm penciptaan puisi> itu......serasa berayun di Bibirmu bersujud ....> >

pada sesi kedua ketika Lupita membawakan sajak, aku> menemukan seperti membaca biasa. Setelah menikmati> kudapan menggelegar dari bang HAH, tadinya aku> membayangkan "reni jayusman baru" yang akan muncul> dengan pembacaan yang akan kunikmati kurang lebih> hampir sama...namun apa dikata, aku terpaksa tidak> bisa memahami untaian kata-2 yang diucapkan> Lupita.....yang aku tangkap hanya "bayang-bayang..."> jadi terdengar datar...tenang...lirih...dan aku> mengantuk.> >

sesi ke tiga menggelegar lagi, untung mas Fajroel> yang sudah aku kenal ketika launching Dongeng untuk> Poppy tempo hari, bisa membangkitkan kantukku untuk> melek kembali.....khas seorang Fajroel gitu lho....> >

dan ke empat untung tidak mengantuk, cuma seandainya> dina bisa agak menggigit dengan puisinya yg lumayan> itu, mungkin aku bisa terobati obsesi penyair> perempuan dengan gelegar bisa tercapai.> > tidak sedahsyat bang HAH, tetapi dengan penjiwaan yg> mendalam, tentunya masa yang akan datang bisa di> jumpai penyair-2 perempuan yang kuat dalam pembawaan> karya-2 mereka, sehingga untaian kata bisa dinikmati> lebih apik.> >

Pengajian Sabtu , terhalang hujan deras dari Bogor> jadi tidak bisa menikmati....mohon maaf buat Mas> Guntur.....> >

semoga putaran selanjutnya pakde Yo bisa tampil> membacakan puisinya....> >

salam puisi,> ilenk> >

----- Original Message ----- > From: blue4gie > To: presiasi-Sastra@yahoogroups.com > Sent: Monday, November 12, 2007 12:05 PM> Subject: [*Apresiasi-Sastra*] Catatan Singkat dari> '8 PENYAIR MUDA BICARA' Di TUK> > >

Publikasi acara dengan tajuk `8 Penyair Muda Baca> Karya' yang> berlangsung selama dua hari (9-10 November 2007)> di Teater Utan Kayu> (TUK) cukup gencar. Tak hanya di milis-milis> sastra tapi juga di media> cetak. Mengundang rasa penasaran, apalagi nama> Hasan Aspahani (Batam),> Inggit Putria Marga dan Lupita Lukman (Lampung),> Fadjroel Rachman dan> Binhad Nurrohmat (Jakarta), Dina Oktaviani> (Yogyakarta), S. Yoga> (Nganjuk), dan Pranita Dewi (Bali) sudah tak asing> lagi, karena karya> mereka bertebaran di media cetak dan dunia cyber. > >
Barangkali istilah `Penyair Muda' bisa> diperdebatkan, apakah dari segi> usia atau pada jam terbang di dunia perpuisian> yang baru sekian tahun> lamanya. Toh jika dari segi umur, Fadjroel Rachman> sendiri merasa dan> mengakui bukan masuk di situ, seperti dikatakannya> sebelum tampil di> hari pertama `Seharusnya disebut 7 Penyair Muda> dan 1 Penyair Setengah> Tua'.> >

Tapi Sitok Srengenge sebagai wakil tuan rumah> punya alasan tentang> itu. "Tampilan para penyair pada November 2007 ini> merupakan upaya TUK> untuk melihat wajah perpuisian dengan tidak> sekedar penampilan> ramai-ramai dalam satu dua puisi masing-masing> penyair, tapi adanya> gambaran sejauh mana perkembangan mereka dalam> tampilan selama 30> menit. Karena itu, lebih cepat jika disebut> sebagai pengajian puisi."> >

Dan acara dimulai usai pidato singkat Sitok. Jumat> malam yang dingin> diisi dengan gelegar suara Hasan Aspahani,> lembutnya suara Lupita> Lukman, gaya orasi Fadjroel Rachaman dan cuek-nya> Dina Octaviani.>

Sedang esoknya, saat sorenya air menggenang hampir> selutut di depan> TUK, tampil secara berurutan Pranita Dewi, S.Yoga,> Inggit Putria> Marga dan Binhad Nurohmat. > >

Penonton juga menyimak, sejauh mana perkembangan> dari tampilan selama> 30 menit bagi masing-masing penyair itu. Dan> Pranita Dewi dengan> cerdiknya menyajikan 7 puisinya, yang empat> merupakan puisi baru dan> tiga dari bukunya `Pelacur Para Dewa'. Kesengajaan> ini memberikan> gambaran telah berkembangnya, dalam kedalaman isi> dan kata, penyair> Bali yang bernama lengkap Ni Wayan Eka Pranita> Dewi ini.> >

Hasan Aspahani yang konon Desember depan akan> meluncurkan bukunya di> Jakarta, membawakan beberapa sajaknya yang pernah> dimuat di Kompas dan> sering dibawakan dalam aksinya seperti `Bibirku> Bersujud Di Bibirmu'> dan `Kamus Empat Kata Berawal I'. Penampilannya> dengan suara ngerock> ini sebagai pembuka langsung menghangatkan> suasana.

Tak beda dengan> Fadjroel yang sempat meledek Binhad soal peluang> mereka sebagai 10> besar finalis Khatulistiwa Literary Award 2007.> > Sedang Lupita dan Dina memberi nuansa baru yang> tak menggebu. Lupita> tampil begitu kalem, Dina dengan gaya cuek tapi> mampu menghadirkan> sajaknya dengan emosi penuh. Hal serupa juga dari> Pranita dan Inggit> yang mampu menghadirkan ciri mereka masing-masing,> meski Inggit> seperti `keliru' memilih puisi terakhirnya yang> terasa kurang> bertenaga dibanding beberapa puisi yang telah> dibawakannya.> > Lain lagi dengan Binhad yang tampil paling akhir,> dan banyak yang> sudah menunggu puisi-puisi birahi dan orgasmenya.> Gayanya yang jenaka> dan sesekali meledek, membuat suasana meriah.
Tapi> terasa kurang> maksimal pada pemilihan puisi-puisinya, setidaknya> seperti yang pernah> dimuat di Kompas atau media lainnya. Bisa jadi> karena sakit perut yang> mendadak mendatanginya beberapa menit sebelum> acara dimulai. > > S. Yoga sendiri, seperti penampilannya yang kalem> tampil memukau> dengan penguasaannya pada larik puisi-puisinya> dengan nyaris tanpa> melihat lembaran yang dibawanya. Warna budaya> Jawa, terutama Jawa> Timur dan Madura, terasa kental dalam setiap> puisinya. > >

Sayangnya gambaran `sejauh mana perkembangan> mereka' seperti kurang> tampak dalam tampilan selama 30 menit bagi> masing-masing penyair. Bisa> jadi, tidak semua yang hadir punya pengenalan yang> lengkap dengan para> penyair itu, sehingga terasa sulit mencerna sejauh> mana> perkembangannya. Selain para penyair, yang larut> dalam pertunjukan dua> hari ini juga ada penggemar puisi, cerpenis dan> lainnya. Mungkin akan> lengkap referensinya jika disiapkan satu atau dua> lembar foto kopi> tentang perjalanan karier plus foto biar hitam> putih saja dari 8> penyair muda yang tampil.> > Setidaknya bisa mengurangi ketidaktahuan penonton,> seperti dibisikkan> oleh Donni Anggoro `Siapa dia', ketika para> penyair di Sabtu kemarin> satu per satu maju ke panggung. (Yo)

tambah kenalan penyair lagi, terutama pakde Yo dari jawa timur, aku mau mbedah puisinya.

jakarta, 8.10

ubud, bali

ah, mengapa baru sekarang aku posting perjalanan ini, padahal sesudah lebaran aku menikmati tiga hari perjalanan mengantar novi pindah ke ubud dengan deraian airmata. Ah, kehidupan seperti menulis pena para malaikat di depanku. Tuhan menguji kesabaran seorang perempuan yang teraniaya haknya.

novi, sahabat satu ini dekat di hati, walau jauh di realita karena pertemuan jarang kami gelar. kepindahan ke bali berpangkal dari keresahannya akan keadaan rumah tangganya. aku tak pantas menulisnya, tetapi aku akan mengambil hikmahnya.

dengan tertatih dua anaknya diambil oleh suaminya, suaminya yang paa akhir keputusan novi diambil, baru menyadari tentang kelemahannya, dengan membuat dua anaknya menjadi sandera cintanya. luar biasa, seorang lelaki yang kukatakan tak pantas menjadi lelaki, setelah dia campakan perempuan istrinya, kemudian mencabiknya dengan menyandera anaknya demi yang namanya kebahagiaan. dia gore luka hati istrinya dengan terbahak-bahak dengan atas nama kebenaran seorang suami. luar biasa ! aku muak melihatnya ! manusia dengan pendiam rasa ini bisa sesadis itu melakukan, yang tadinya aku tidak sampai segitu dalam lintasan bathin.

tapi di akhir perjalanan , kusampaikan pada novi, untuk selalu tegar, keputusan pindah ke bali adalah yang terbaik, dan siapa tahu disini di tanah baru dia bisa sukses selalu dan tercapai cita-citanya, amien.

dengan bulat tekad kukatakan, hapus airmata, lukis darah kehidupanmu nanti dengan ketegaran, tunjukkan, perempuan, istri teraniaya ini tetap berdiri tegak, mengayun langkah demi masa depan kehidupan itu sendiri.
teman, saudara dan keluarga hanya sebagai selimut, penentuan takdir akhir hanya diri kita sendiri. keegoisan manusia ya penentuan jalan takdirnya, bukan orang lain dan siapa-siapa.

di samping mengenal pak ketut dan ibu, juga dua pembantu setianya dan erwin sang pendamping kelak.

biarkan omong orang bernyanyi lalu, karena diri sendiri penentu takdir...ya diri sendiri..

teriring do'aku dari bogor buat sahabat novi di ubud, bali....indahnya embun pagi ubud akan selalu menyelimuti dirimu, bathinmu, ragamu, sehat sehat selalu....

mengenang perjalanan ubud, bali 20 - 23 oktober 2007

jakarta, 08.03 wib

Tuesday, September 4, 2007

seraut pinsil kerinduan

ah, mencari judul puisi hari ini terasa aneh
biarkan saja tangan menari seperti ucapmu selalu
dalam kegetiran menunggu hasil yang tak menentu
dan bilahan bambu kerinduan berjajar rapi
sepertinya menanti untuk dipukul lembut
pengrajin angklung
ku bersenandung
tentang kau
hari ini
hanya senandung
yang kuharap dapat mampir
sejenak mengisi relung dadamu yang semakin tipis
digerus rokok dan asap abu-abu
yang semakin erat memelukmu

aku rindu
sekilas seperti lagu
benar, aku rindu
nyanyian hatimu dalam detak
yang selalu kurasakan bila kita bersedekap

jakarta, 5.9.07 10.58 wib

Monday, August 13, 2007

menunggu

hari hari ini melelahkan, menunggu kabar pak boss diganti apa diteruskan. semuanya gara-2 regulator terlalu saklek mementaskan undang-2 fit & proper. sudah kutunggu 10 tahun untuk mendapatkan direktur baru. direktur dengan intregritas tinggi. aku dan teman-2 tahu bahwa perusahaan broker itu rawan duwit siluman, hanya seorang yg punya intregritas tinggi dan kaya dalam pendalaman agama dan kehidupan yg bisa bertahan dengan lenggokan sexy si duwit siluman ini.
selama 10 tahun sebenarnya aku sudah muak bertahan di perusahaanku, tetapi mendengarkan para sahabat teman sodara bahwa kedekatan sesama karyawan juga sejak awal aku bergabung, mengingat almarhum bossku yg pertama dan orang-2 dulu yg beberapa sudah wafat, rasanya begitu berat meninggalkan. dan dengan kepercayaan bahwa Allah itu tidak "sare" maka aku dan teman-2 berkeyakinan sudah saatnya Sang ratu adil akan datang memimpin perusahaan ini. eh...lha kok kemudian sudah mendapatkan pak boss yang begitu baik denan dedikasi yg tinggi dan intergritas tinggi lha kok kesandung soal fit & proper test dari depkeu. walah apa bangsa ini kadang suka aneh pada birokratnya. apa ya iya kudu yg hapal undang-2 yg musti jadi boss, bukankah undang-2 dipelajari juga sambil jalan, setidaknya ya tidak terlalu sakleg, kecuali kepada mereka yg terbukti nyolong, korupsi, ngemplang duwit komisi dan uang siluman. selama ini banyak direktur asuransi ada yg begitu, tapi buktinya ya lolos ...lha wong hapal undang-2....apa ya iya efektivitas undang-2 itu akan menjurus kesono. sebagai yg punya duwit tentunya kepada orang-2 pilihan yg sudah menunjukkan kinerja bagus bisa dipake, walau kesandung, tetapi anehnya ya lucu regulator itu kok ya seenaknya suruh ganti direktur baru...apa ya iya segampang itu encari direktur baru...apa mereka ndak mikir di otaknya tentang betapa sulit untuk mencari direktur baru dng kriteria kompetensi dan intergritas tinggi. kalau sekedar maling cd wae yo okeh. tapi kembali ya itu tadi peraturan ya peraturan..kita mau tereak kenceng, mereka bilang ya ini peraturan. konyolnya lagi peraturan itu tidak serta merta merubah anggaran dasar perusahaan perasuransian...dan masih ada banyak kelemahan kelemahannya. kalau intervensi dalam perekrutan direktur asuransi memang dibutuhkan tentunya dari awal ya mereka sudah mengganti dng yg sesuai. lha ini terjadi tumpang tindih dan terjadinya celah untuk bermain atau apalah.

yang pasti aku dan teman-2 di kantor seperti menunggu Godot.....belum tau gimana kelanjutannya. pak boss ini tidak ambisi untuk menjadi boss mengingat beliau sudah mapan secara ekonomi. sebagai direktur hal ini perlu banget, kalau dapet direktur yg mlarat gawat juga, tetapi pak boss ku yg kemarin sudah kaya juga rakus ...wah kalau ini ya semua tergantung sama manusianya. kembali lagi pada fitrah sejatine menungso kuwi.

malam-malam terakhir nuwun marang Gusti Allah kiranya masih diberi kesempatan beliau mengulang 6 bulan lagi sambil tetap di sini. soale kalau cari direktur baru lagi...wah jangan-2 malah dia rakus lagi...bubar dah perusahaan ini. sampai OBku bilang " bu masak kantor ini harus dipimpin oleh orang jahat terus, sepertinya orang baik enggan berada disini ya bu.?"...eh..eh..eh..eh. ya enggak lah ...pasti nanti akan datang calon yang baik..percaya itu. dan aku sudah bertekad untuk selalu melindungi perusahaan ini bagi pengacau-2 yg selama ini sudah menikmati madunya perusahaan ini tetapi malah tidak berusaha untuk melindunginya.

hari hari melelahkan
hanya penuh angan dan bagaimana
tanpa bisa bertindak dan berkehendak
semuanya menunggu putusan mimpi
sepertinya menarik benang kusut

semoga saja solusinya bagus
hatiku aku buat senang walau gamang

jakarta 09.10 wib

Tuesday, July 24, 2007

selimut

tebalmu membuat gerah bila panas tiba
kadang kurindu kala kabut datang memeluk
membias gigil dalam ngilu demam tinggi
kadang terpaksa jadi lap ompol
dan juga kain pel bila kebanjiran
berhari tanpa dicuci
bau apek bikin suka bayi-bayi


jakarta 13.00 wib

Wednesday, July 18, 2007

detik demi detik sama saja,

pagi berlari kala subuh masih berselimut bumi, naik turun jurusan itu saja dan menatap tangga coklat dalam hening
membuka komputer,menyalakan printer dalam redup mata koma terbilang
semilir ac menebar berpacu dengan wangian di tubuh dan menyisir badan menepis bedak
kecup bibir beradu dengan gigi dalam sarapan pagi sambil menatap layar kaca dalam berita selebrities
jam delapan seperti biasa berlari mulai bertapa
di tengah sorak dering telepon dan bunyi clip beradu dengan kertas
siang terjaga hanya menjejali perut dalam kerontang melilit
sesekali di selingi pertemuan kadang terasa basi
sampai sore menjelang dalam penat
naik turun jurusan itu lagi
kembali lagi dalam tidur panjang
lelah

jakarta, 19 juli 2007 13.25wib

Sunday, July 15, 2007

sms, sastra maszhab selangkangan

menerima email dari agung bayu nusantara pada hari senin 16 juli 2007 yang membahas SMS ini sangat menarik. aq baru saja membaca kumcernya Lan Fang "Kota Tanpa Kelamin", disitu terus terang agak jengah membacanya, begitu nyata pengarang menelanjangi kata-kata yang tadinya sangat tabu diucapkan apalagi ini dicetak dan diedarkan di umum, yang kemungkinan dibaca aanak-anak remaja.
baru saja akan meberikan komentar , eh datang email mas agung ini membahas soal SMS.
ya, aq merasakan justru pengarang wanita/perempuan yang begitu berani mengupas soal ini dibandingkan pria. mungkin kalau pria sepintas agak lumrah gitu, melihat latar belakang pria, tetapi ini justru ditulis oleh wanita yang sebenarnya atribut kewanitaannya lebih kental dibanding pria. apakah ini dalam rangka emansipasi atau suatu pemberontakan dalam penulisan ? aq sepertinya harus bertanya lebih dalam pada mereka dengan jawaban sejujurnya.
terlepas dari alasan apapun juga, rasanya dari segi etika dan penulisan sastra yang dikenal dengan pengungkapan yang halus, kok kelihatan kasar dan vulgar. dalam buku dan dalam pengungkapan verbal, mungkin akan beda. dalam buku yang diterbitkan dan kemungkinan dibaca oleh orang banyak, maka pengaruhnya akan lebih luas dibandingkan mungkinpengarang-2 wanita tersebut berbicara di forum yg pesertanya terbatas.
apakah dalam hal ini ada pemberontakan terhadap perilaku lelaki yang lebih kejam di realita kehidupan dalam memberlakukan perempuan sehingga menyebabkan perempuan-perempuan itu dengan berani mengungkapkan tulisan-2 vulgar dan kesan kasar kepada khalayak ramai ? atau kebiasaan kaum lelaki pada umumnya yang berpura santun didepan umum, tetapi lebih keji perbuatan sehingga tanpa bisa terucap dengan kata-2, sehingga kaum pengarang perempuan berani ber SMS? rasanya masih harus berinterview lebih dalam dengan mereka, mengapa hal itu dilakukan?
salah satu tugas pengarang adalah menyampaikan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat disekitarnya dengan cara penyampaian dengan menulis sebisa dia tulis dengan bahasa yang dia bisa kuasai untuk menyampaikan apa yang aneh dan terjadi. melihat mendengar, mencium mencermati dan kemudian riset sampai akhirnya menuangkan dalam tulisan tentunya bermacam cara dia gunakan. dengan bahasa sederhana, ataukah bahasa langit (bahasa sastra tingkat tinggi) atau bahasa vulgar dan kasar (karena dinyakini ini bahasa yang mungkin tepat apabila keadaan memang sudah genting)

aq masih harus bertanya terus dengan mereka, yang kulihat adalah fenomena SMS hanya pada beberapa pengarang wanita saja, masih banyak pengarang wanita yang menulis dengan bahasa jati diri mereka sebagai wanita yang lain.

aq tidak berusaha membela mereka, cuma sekeliling ini berpacu dengan tulisan, kita melarang tulisan vulgar, tetapi internet tayangan tv dan mediasi lain berlomba merebut hati jutaan pemirsa anak dan remaja. apa yang bisa dilakukan ? kembali pada kita sendiri untuk membentengi memilah kemunduran zaman ini dengan mengkotak-2 bacaan mana yg baik dan yang buruk

aq pikir begitu enaknya, soalnya kalau dilarang bukunya beredar, tetapi tontonan, internet, dll masuk terus ya percuma.

jakarta 12.30 wib

Thursday, July 5, 2007

Imperia 3, bahasan terakhir

Tulisan ke tiga lanjutan “Imperia”

c. Cinta
· Meiske

“Justru karena Stefan itu anakku, maka kesedihannya adalah jurang paling terjal yang akan mencabik-cabik tubuhku, dan kebahagiannya adalah pilar-pilar yang membuatku mampu survive selama ini. Bahkan bila kebahagiaanya ternyata tak sejalan dengan definisiku tentang kebahagiaan itu sendiri. “

penggalan kalimat menarik yang diucapkan dari tokoh Meiske salah seorang redaksi senior pada majalah Dimensi yang bercerita anaknya Stefan adalah Gay. Walau dia bersuamikan orang barat dan hidup dengan pola pikiran barat bahwa gay sudah dianggap normal, biasa bukan abnormal seperti di dunia timur, tetapi was-was selalu ada dalam hatinya sebagai Ibu. Bagaimana Stefan bisa melanjutkan keturunan keluarganya kelak ? Bagaimana ia bisa punya anak? Anak secara biologis. Dia terkejut dan menyadari bahwa silsilah keluarganya akan selesai sampai di Stefan.
Disini ditemukan rasa cintanya yang dalam terhadap anaknya walau mempunyai kelainan.
Cerita ini aku melihat pada diri perancang muda berbakat kakaknya Mario Lawalata, dimana ibunya Pegy Lawalata dengan begitu santainya melihat perubahan terhadap anaknya yang lemah gemulai bak perempuan dengan kesabaran rasa cinta tinggi dan malah dengan keadaan yang begitu dapat berkarya dan menghasilkan sesuatu yang sangat dibanggakan. Bahkan konon dalam suatu wawancara perancang muda tersebut ditanya apabila diberikan waktu untuk hidup kembali ke dua kalinya , kau ingin menjadi apa?, dia menjawab dengan santai “menjadi sama seperti yang sekarang ini”
Wow, suatu pilihan yang benar-benar bertanggung jawab dan tidak ada pemberontakan terhadap Tuhan bahwa kenapa aku diciptakan berbeda.
Kalau dalam madzab Sufi sudah dalam tingkatan 10, kesempurnaan menyatu dalam keinginan Ilahi.

· Wikan Larasati

Wikan menangis, Ia ingat neneknya. Ia ingat ibunya, yang tak pernah dikenalnya dengan baik (meninggal saat dia masih kecil). Ia ingat ayahnya, yang tak pernah dikenangnya dengan patut. Ia ingat semua luka jiwa yang sudah dikuburnya, tapi seperti menyeruak kembali ke depan matanya.
Reporter baru di Majalah Dimensi, tokoh muda, masih kriuk, baru lulus dari bangku kuliah, fresh from the oven.
Dan kebanyakan masih idealis, dan hejo dalam melihat situasi dan kondisi di dunia kerja, dengan latar belakang jiwa yang membentuknya dalam asuhan nenek tercinta, ke dua orang tuanya sudah tiada, membuat Wikan tumbuh menjadi gadis dalam tanda tanya. (Antara cinta nenek yang membesarkannya dan dambaan akan kasih sayang yang hilang dari figure orang tuanya)

Melalui hari-hari kerja pertamanya di majalah Dimensi dan menemukan kejutan-kejutan selama satu minggu pertamanya, dan calon terdakwa tanpa ada pengadilan sekalipun untuk nantinya dikeluarkan dari perusahaan dimana dia baru bernaung tersebut.

Mempunyai kelebihan ESP extra sensory perception (telepati, psikokinesis, prekognisi dan clairvoyance)

Aku jadi teringat diriku sendiri, aku juga tidak tahu masuk di golongan yang mana, kadang-kadang mempunyai indra keenam dalam melihat orang atau merasakan adanya sesuatu akan terjadi, Cuma terkadang susah untuk menjelaskannya.

Beberapa temanku dari Makasar, Banten dan Yogja pernah berkata, di mata kiriku melihat ada seorang perempuan cantik seperti putri raja. Aku merinding ketika mereka memberitahuku seperti itu. Almarhum pacarku dulu juga berkata, di sorot tajam mataku terlihat bukan pancaran mataku yang sebenarnya tetapi ada mata lain, seperti elang, mata lelaki. (byuhh !)

Hiyyyyyy suka merinding. Yang kurasakan adalah bila ada seseorang yang akan melakukan sesuatu tindakan padaku yang sekiranya nanti akan mencelakakanku, biasanya aku terasa, sejak awal biasanya sudah menjaga jarak, begitu juga apabila melihat orang yang sejak awal perangainya sudah tidak berkenan di hatiku, maka aku biasanya akan menjauh, males berteman dengannya.
Begitu juga dengan firasat, bepergian atau hendak melakukan sesuatu, akan terasa sekali bila nanti tidak berjalan lancar.
Apabila ada orang yang mempunyai simpanan jin, pusaka atau bau-bau klenik selalu aku bisa merasakan.

Kejelekannya adalah bila aku marah terus suka mengeluarkan sumpah serapah. Hal ini sudah beberapa kali terjadi, dan adik serta sahabatku sudah menjadi korban atas sumpah serapah yang aku ucapkan. Maka itu sejak itu sampai sekarang aku selalu menjaga hati supaya tidak emosi dan akhirnya bisa mencelakakn orang lain.

Untuk model seperti , aku tidak tahu Uda Akmal masuk ESP atau yang lain ?

Pandangan akhir dari Imperia

Masih ada beberapa tokoh dalam buku ini, yang kesemuanya begitu menarik untuk dibahas, juga penokohannya begitu kuat. Tokoh Arlen, walau sepintas, tetapi tokoh ini sering dijumpai dikeseharian, bagi pegawai yang merasa dirinya senior, takut tidak dihormati oleh yunior, orang baru, dan biasanya kecemburuan itu berubah jadi dengki kalau yuniornya ini lebih pintar, cantik dan bisa menarik atasannya sehingga lebih banyak diberi order kerjaan atau malah promosi daripada mereka yang senior.

Uda Akmal begitu teliti tentang setting cerita, tahun bulan, waktu semuanya tersaji dengan begitu apiknya. Sebuah buku yang membuat aku tidak lepas selama seharian ingin secepatnya menyelesaikannya dan penasaran terhadap siapa pembunuh yang sebenarnya.

Serpihan musik dan pengetahuan begitu apik disusun, aku menari memutar kembali lagu Sting, The Corrs juga Queen dan wow R.E.M

Juga serpihan petuah Kyai Sepuh itu benar-benar merasuk dalam hatiku. Uda Akmal benar-benar deh !! acungan jempol buatmu. Pengalaman menjadi wartawan dan penulis membuat dua kombinasi ini dapat meramu sajian yang begitu apik, sekelas Dan Brown.


Danau Bodense, kebab….aha…melayang kembali dalam ingatanku Uda, Imperiamu benar-benar menyihirku kembali dalam tata masa lalu, kini dan nanti seperti kata Jenderal Pur “Jangan jadi orang nomor satu”

Penulis memberitahuku bahwa akan ada kelanjutan dari cerita ini, dia sengaja menggantung cerita, aku lebih suka dengan cerita yang menggantung, tidak titik, karena kehidupan ini juga menggantung tiada pernah ada titik, sekalipun kita sudah mati, akan terus berlanjut sampai nanti pengadilan terakhir di padang Masyar.

Kami dari konstituen “Betha Gama merajut sastra” memberikan nilai “threeplus” buat Imperiamu ini.

Dan kami dengan senang hari akan menunggu kelanjutannya, dan semoga rencana pembuatan filmnya bisa segera terlaksana.

Aku sudah bayangkan yang jadi MC adalah KD, terus yang jadi Jenderal Pur siapa ya Uda ?

So, hold on, hold on
Hold on
Hold on

Kamis, 14.45 5 Juli 2007

imperia 2, lanjutan bedah buku Akmal

Tulisan ke dua lanjutan “Imperia”

B. Pengkhianatan
· Rendra

“Jangan pernah mendahului takdir Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi, dengan menghakimi proses pencarian keimanan seseorang. Jalan yang ditempuh orang per orang itu berbeda, anakku. Kau tak akan pernah mengetahui hasil pencarian seseorang, bila sumpah serapah dan kebencian sudah mengotori kebersihan kalbumu. Jangan mempertuhankan dirimu sendiri dengan merasa kaulah hakim tertinggi yang berhak menilai segalanya, bahkan terhadap jalan hidup anakmu sendiri”

penggalan ini diucapkan oleh kakek buyut Rendra suami MC dalam buku diatas. Tokoh Rendra sebagai suami MC mengingatkan aku akan suami penyanyi terkenal di tanah air. Aku tak tahu apa obsesi Uda Akmal menulis tokoh ini rada-rada mirip dia, kakek buyut yang besar dikalangan pesantren, hanya bedanya ayah Rendra disini adalah seorang pejabat tinggi di Deplu, sedangkan suami penyanyi itu ayahnya adalah seorang Kyai cukup terpandang di Rambipuji, Jember sana.
Sosok dalam buku ini mencerminkan pemberontakan seorang anak dan sekaligus seorang anak yang kehilangan figure Ibu yang sangat dia cintai diusianya yang masih muda.
Dalam cerita tersebut, Ibu Rendra juga memberontak ingin menjadi pelukis yang dikalangan pesantren tentu saja di haramkan untuk dijalankan apalagi oleh santriwati anak seorang pendiri pesantren. Aib! Namun nasehat kakek buyut Rendra yang melihatnya sebagai pencarian diri atas “siapakah aku ini sebenarnya?” bagi perkembangan jiwa cucunya memperbolehkan dia menjadi perupa sampai pada suatu titik akhirnya Ibunya bisa mengenal dirinya sendiri dan kembali lagi menjadi perempuan soleh seperti yang diharapkan ayahnya.

Bagi orang yang berkutat di dunia agama yang kental dengan larangan, norma dan macam-2 bentuk aturan tentu saja pencarian Ibu Rendra mengenal Tuhan menjadikan aneh, bahkan mungkin apabila dibawah ke tempat Ibu-ibu pengajian akan dicap sebagai “perempuan abnormal”.
Itulah betapa ilmu untuk bisa mengerti tentang jiwa yang berkelana untuk mencari oase kedamaian itu dibutuhkan dan hanya bisa dicapai oleh mereka yang benar-benar sudah mumpuni lahir batin kepekaannya dalam melihat kehidupan yang sebenar-benarnya.
Aku jadi teringat cerita Sunan Bonang ketika awalnya dia bertemu Sunan Kalijaga sebelum beliau menjadi sunan, masih sebagai kepala perampok.

Rendra yang macho penampilan tetapi rapuh dalam perhatian dan kasih sayang akhirnya menikah dengan MC yang punya pribadi ingin selalu menguasai dengan topeng dibalik kelembutan dan kepasrahannya. Perpaduan yang sering dijumpai pada Lelaki Takut Istri atau ISTI (Ikatan Suami Takut Istri), dimana Istri begitu dominant mengatur suami, sampai-sampai uang buat ongkos pp saja diberikan pas di kantong celananya. Di lingkungan sekitar kita banyak sekali dijumpai suami-suami seperti ini. Ada yang memang sejak awal sudah kalah posisi dengansang istri yang lebih tegas, lebih suka mengatur, lebih dominan sebagai pemimpin keluarga walau yang mencari nafkah itu suami. Ada juga yang memang sejak awal dia sudah benar-benar kalah set, yang mencari nafkah adalah istrinya. Dia dibuat benar-benar tidak punya daya, kekuatan karena hegemoni sebagai pencari nafkah diambil alih oleh istri, jadinya dia berperan “Istriku adalah suamiku”
Apalagi Rendra yang pada awalnya dia ikut berperan sebagai pencipta lagu-lagu MC, namun kepopulerannya kalah jauh dibandingkan dengan istrinya, bahkan pundit-pundi keuangan yang mengalir adalah lebih besar jerih payah istrinya dibandingkan dia. Hal ini yang menyebabkan dia akhirnya menjadi bersikap apatis, bahkan cenderung membenarkan, “sendiko dawuh” menurut tanpa perlawanan pada semua tindakan, ucapan isrinya. Sampai dia dikhianati juga masih mereka-reka, apa iya sih, dan mata hatinya sepertinya tertutup masih menganggap istrinya itu seorang Dewi bagi anak dan keluarganya, walaupun realita sebenarnya terbalik.
Apa karena begitu cinta atau kemungkinan tidak ada nyali untuk bertindak lebih lanjut, tapi kenyataannya Rendra ini tetap masih menyangsikan apakah istrinya itu telah selingkuh di depan matanya?.

· Adel

“Persetan dengan Imperiamu! Kau lebih memuja patung dingin itu ketimbang Ibumu sendiri. Selama aku mengikutimu, tak pernah aku lihat kau menunjukkan rasa cinta dan banggamu kepada Ibumu seperti rasa bangga dan cintamu pada Imperia”

penggalan cacimaki yang diucapkan Adel , Sang manajer MC pada beberapa halaman akhir dari cerita diatas.

Apa gunanya terlihat indah berkilau kalau tak punya kekuasaan samasekali?

Setelah 10 tahun yang menekan, di mana MC memenangkan pertempuran demi pertempuran untuk meraih popularitas bagi dirinya sendiri , kini saatnya mata dunia terbuka untuk melihat siapa yang sesungguhnya memenangkan perang : MC atau dirinya ?

Itu yang selalu ada dalam pikiran Adel sang manajer. Dia sudah terlanjur luka dalam atas semua kepopuleran yang dialami oleh sahabat, anak asuhnya sendiri sebagai penyayi. Pada awalnya dia dan MC sama-sama merintis menjadi penyanyi namun bintang kemujuran berpihak pada MC dan pada akhirnya dia diangkat MC menjadi manager sekaligus pelatih vokalnya, karena tahu betul MC atas kelebihan dari Adel ini.
Tetapi ketahanan seseorang ada batasnya, apalagi bila kecemburuan dan rasa sakit hati itu tertanam bertahun-tahun dan kemudian bila ada jalan untuk membalasnya, maka dia tidak segan-segan melakukan balasan , pengkhianatan yang langsung telak Quik-shok.

Jenis orang seperti ini amat sangat berbahaya, bisa cobra dan belitan Phyton masih kala dahsyat serangannya. Maka itu hati-hatilah! Waspadalah! (kayak layar RCTI)

“Selamat tinggal, Mel. Hidup kita terlalu indah untuk dilupakan, namun terlalu menyakitkan untuk dikenang”

ucapan terakhir Adel sebelum meninggalkan MC kala dia berterus terang terhadap semua pengkhianatan yang telah dia lakukan. Betul-betul serangan telak. Top-gun !
Ungkapan True friend stabs you in the front tidak berlaku lagi, usang, kuno, garing !!

Tokoh Adel ini membuat aku menjadi mantap bahwa jangan pernah percaya kepada siapapun walau itu orang terdekatmu sekalipun, waspada tetap harus selalu dijalankan dan review terhadap apa yang sudah kita lakukan amat sangat penting, terutama kalau kita terlibat kerjasama dengan orang lain yang melibatkan sejumlah uang.
Ada pemeo yang bilang “Sodara ya sodara, tapi uang ya tetep uang, bisniss it’s bisniss”

bersambung......ke 3

11.10wib...siang merayap

Imperia, membedah buku karangan Akmal

“Imperia”
Kekuasaan, loyal, pengkhianatan dan cinta (I)
Oleh : Konstituen Betha Gama merajut sastra / ilenk

“kamu masih ingat danau Bodense, patung Imperia ? dan ceritamu barusan itu sama seperti Jenderal Pur?”

sms itu masuk dari Berlin suatu malam, sesudah percakapan panjang lewat hp dengannya.

“siapa Jenderal Pur?’
“katanya kenal dengan Akmal? Masa buku dia yang satu itu kamu belum baca? judul bukunya sama dengan patung idolamu itu, kalau ingin tahu jawabannya ya, cari liebling !”

jawaban sms terakhir bikin penasaran, rupanya ada buku Uda Akmal berjudul patung itu. Keesokan harinya tanpa ba bi bu, aku order ke toko buku langgananku minta secepatnya dikirim.

Ketika kusampaikan pada dua sahabatku, mereka ketawa “Wah kowe ini kemana saja? kami-kami udah selesai lama baca buku itu, sekarang malah mau kami omongin denganmu sehubungan sering kamu dengung-2kan menjadi orang kedua itu lebih enak dari pertama di kekuasaan”
Wah, betul-betul ketinggalan kereta jauh amat. Melihat halaman cetakan I bulan Juni 2005, ketinggalan satu tahun. Hiks...

A. Kekuasaan dan loyal
· Jenderal Pur

“Jangan pernah berkeinginan berada di puncak dan menjadi nomor satu, karena kau akan menjadi sasaran tembak yang paling mudah. Begitu kau jatuh, kau akan jatuh dengan telak, menyakitkan. Jadilah orang nomor dua tapi dengan kekuasaan nyata. Kau tak terlihat, tetapi ada”

“Menjadi nomor satu adalah hal terbodoh dalam kehidupan. Kau tak kuberikan status semu, tapi kehidupan nyata”

dua penggalan kalimat diatas aku ambil dari buku Uda Akmal dengan judul Imperia. Nama ini diambil dari nama Patung perempuan cantik yang berdiri di kota Kontanz di Negara Jerman di tepi danau Bodense, danau cantik yang terdapat di selatan , disana. Patung tersebut konon adalah seorang perempuan pelacur Italia tetapi dia menguasai di tangan kanan raja Sigismund dan di tangan kiri Paus Martinus V.

kalimat tersebut diucapkan oleh tokoh bernama Jenderal Pur yang terdapat dalam buku tersebut. Tokoh ini yang kemudian masuk dalam kehidupan penyanyi bernama Melanie Capricia sebagai the other Men/Women (kekasih gelap Melanie atau sebaliknya Melanie gundik Jenderal Pur, tergantung kacamata pembaca mau dilihat dari sisi mana, dua-dua nya sama menariknya) dan tanpa sadar hubungan diam-2 antara penyanyi dengan dia membawa jurang kehancuran bagi karier penyanyi tersebut tanpa disadarinya.
Jenderal Pur ini mengingatkan aku akan tokoh beberapa jenderal purnawiraman era Suharto yang berebut pengaruh di militer dan public. Aku mencata ada almarhum Ali Murtopo, M. Yusuf, Amir Machmud dan juga bekas petinggi BAKIN sekarang jadi BIN, yang pasti pikiranku bukan oleh sosoknya yang jenderal tetapi kekuasaannya yang tidak pernah berhenti dan mati walaupun beliau sudah pension.
Menjadi tokoh kedua namun sebenarnya adalah pengendali pertama juga mengingatkan akan sosok almarmuh Tien Suharto, yang konon katanya ada rumor ketika Suharto lengser “Wah , pak Harto baru dua tahun sudah lengser !” . “Kok dua tahun bukannya 32 tahun ?!”. “Yang tiga puluh tahun itu Bu Tien. Yang jadi presiden republik ke dua negeri ini sebenarnya bu Tien bukan pak Harto”.
Ketika itu sudah bukan rahasia lagi, mau tanam PMA,PMDN, jadi menteri, gubernur, walikota semuanya kudu sowan di istana Cendana dulu sebelum melakukan langkah selanjutnya. Itu konon katanya (seperti lagunya Alam saja)
Sejujurnya dalam kehidupan sehari-hari juga banyak diketemukan tokoh pengendali kekuasaan ini, menurutku menjadi tokoh kedua atau dibalik layar lebih aman dari bidikan musuh maupun apabila ada kesalahan yang dilakukan oleh tokoh pertama. Alasan laen menurutku adanya suatu kepuasan batin apabila kita bisa memerintah orang dengan pola pikiran kita dan orang itu adalah bos kita/atasan kita. Aku paling suka dan menikmati peran tokoh di belakang layar ini. Apalagi jejaknya jarang bisa diketemukan dan paling suka dengan tokoh pertama yang gila kekuasaan tapi lemah dalam bertindak, ini bisa jadi biduk catur yang menyenangkan bagiku.
Tapi tidak semua orang suka dengan peran dan menjalani sebagai tokoh pengendali di belakang layar ini, kebanyakan orang gila hormat, gila kekuasaan, ingin menempatkan pada posisi utama supaya orang tahu kalau dia itu orang nomor satu, padahal dalam memerintah kesehariannya dia sangat bergantung pada orang lain, dan kelemahan kebanyakan orang-orang ini adalah dia tidak merasa kalau dikendalikan oleh bawahannya atau orang terdekatnya/kepercayaannya.

“Yang kau butuhkan sekarang adalah anakbuah yang loyal, bukan yang kritis”

penggalan kalimat diatas itu diucapkan Jenderal Pur pada anak buahnya Moorhan yang dia pasang di majalah Dimensi sebagai orang nomor dua setelah Pemimpin Redaksi.

Loyal dan kritis atau hanya loyal saja tanpa adanya kritis cukup membingungkan posisiku sebagai anakbuah.
Kadang begitu loyalnya aku pada atasan, namun balasan yang kuterima tidak seimbang, pun ketika memposisikan sebagai karyawan yang kritis cukup juga membahayakan terutama bila bos itu type orang yang “wright or wrong this is me”. Mungkin kombinasi keduanya bisa membuat lebih harmoni, tetapi sampai sekarangpun aku menjalaninya hasilnya tetap tidak sesuai dengan harapan.
Yang terasa adalah ketika kita mempunyai bawahan yang loyal memang lebih terasa nyaman mengendalikan mereka dibandingkan yang kritis, isinya mengkritik melulu dan kesannya ambil keuntungan dikala kita dalam posisi terjepit. Tetapi pada anak buah yang loyal, kita masih mendapatkan perlindungan dan belaan dari mereka, mungkin mereka mengingat kebaikan-2 yang sudah kita berikan, walau kesannya seperti minta balasan. Dikalangan militer dan dunia mafia, loyalitas total sangat dibutuhkan demi karier lebih lanjut juga kepercayaan yang lebih besar dari bos/atasan.

· Melanie Capricia

“Kalau kamu berada di depan Imperia, kamu bisa lihat seringainya yang penuh keyakinan seakan-akan memastikan mereka memang di bawah pengaruhnya. Satu petinggi Negara, satu petinggi agama, dikontrol seorang yang sering diludahi sebagai sampah masyarakat. Ironi yang sangat indah, bukan?”

penggalan kalimat itu diucapkan oleh Melanie Capricia, seorang tokoh lain di buku ini dan sebagai penyanyi terkenal, seorang diva. Disitu dia begitu mengidolakan tokoh Imperia yang sudah disebutkan diatas dan terobsesi dia juga sebagai jelmaan Imperia lain yang hidup di negeri ini. Dimana di tangan kanannya dia sudah menggenggam dunia pers/komunikasi dan informasi dan di tangan kirinya seorang jenderal yang punya pengaruh kuat di negeri ini.

Dengan pemikiran seperti Imperia itu, dia sudah merasa nyaman bercokol sebagai penyanyi papan atas dan sepertinya jauh dari cobaan ataupun saingan yang berusaha mencokel kedudukannya sebagai diva yang selalu dielu-2kan , selalu ditunggu-tunggu album barunya oleh penggemar yang berjumlah jutaan di tanah air.
Kesombongannya tidak ditampakan dalam tiap kali bertemu sua baik dengan kalangan wartawan ketika jumpa pers ataupun dengan penggemarnya.
Dia benar-benar memakai topeng menjadi penyanyi yang cantik tapi kesannya bodoh, inosence, yang hanya jual tampang dan suara yang pas-pasan. Dia menyadari kelebihan yang dia harus tutupi juga kekurangan yang dia punyai dengan cara menjadi Imperia tersebut.

Justru dengan kesombongannya ini dia bisa melakukan apapun juga demi keinginannya, bahkan dia berani mengorbankan suami dan keluarganya demi ketenaran yang sudah terlanjur dia peroleh dengan susah payah.
Biasanya tameng “tawaran bagus tidak datang dua kali dalam hidup” mereka tenggelam dalam kesombongan Imperia ini, merasa dengan puas sudah menggenggam separuh dunia, begitu sering mereka ucapkan.

Namun perlu diingat, biasanya pada orang-orang type seperti ini, akan kehilangan kewaspadaannya terhadap orang paling dekat yang berada disisinya. Dalam buku ini diceritakan bahwa MC (penyanyi ini biasa disebut) justru dikhianati oleh Adel, manajernya sendiri, sahabatnya, guru menyanyi sejak awal dia mulai merintis di dunia nyanyi yang kadang-kadang dia perlakukan tidak hanya sebagai manajernya suatu jabatan terhormat, tapi juga tak lebih dari pembantu/baby sitter bagi anak-anak MC.
MC dengan sadar mengkhianati suami juga anak-2nya tanpa merasa dosa sebagai pacar Sang Jenderal dan merasa mampu sudah menundukkan Sang Jenderal, rupanya masih ada Imperia lain yang lebih berkuasa dari dirinya.

Tokoh Melanie ini membuat aku tidak begitu suka dengan kekuasaan mutlak seorang istri (dominant) terhadap suaminya, karena bagaimanapun juga suami adalah partner kita dalam mengarungi biduk rumah tangga, dan kita sebagai wanita tidak dapat memungkirinya bahwa mereka adalah Imam/pemimpin bagi kaum wanita dan keluarganya, tetapi akupun juga tidak suka terhadap lelaki yang terlalu dominant terhadap istrinya, begini tidak boleh begitu juga, kalau ini terjadi kemungkinan besar dia tidak dilahirkan oleh seorang wanita.


Bersambung….ke (2)

08.10wib...pagi yang nyaman

Monday, July 2, 2007

kenal

kalau dipikir dunia ini benar-2 cuma selingkaran dua tangan dibulatkan. bagaimana tidak, kemarin dapat email dari arek jombang yang ada di yogja, tempo hari ada invite fei sato, yang ga taunya perupa seni, wah senang aq.

waktu hari sabtu tanggal 29 juni 2007 pas ada peluncuran buku seratus sunyinya Marquez, ya ketemu teman kuliahnya Mbak Etty, Kang Dadang yang jual kaos ada tulisan Kafir Liberal, wah kok tulisannya apik tenan. heheheheh kesan pemberontakan, walau biasanya menurut pengalaman mereka yang mempunyai jiwa berontak ki lebih care, lebih perhatian dan lebih sopan dari seorang alim sekalipun. semacam ada suatu jiwa yang tidak hilang, jiwa yang halus sebenar-benarnya dibandingkan dengan orang-2 yang tampak luarnya ni sebagai orang baik-2, alim kae, tapi mata dan hatinya jelalatan.
memang hati tiak selalu berada di muka, kalau mukanya dursosono kemungkinan iya.

terus aq kenalan sama bapak sepuh Rahmat Ali. wah, kata mbak Endah pak Rahmat ki sering ngeliatin aq pas duduk bersebelahan. Ya, biar wae, wong namanya melihat, suatu kehormatan mengenal beliau, soalnya kata Mas Kef, sempat terdengar dia bilang 'Wah, senior datang nih". Berarti Mas Kef menganggap pak Ali ini senior, ga taunya iya je. Beliau ini suka menulis juga..dan pagi ini aq dapat email beliau, kok ya masih sempat nulis email padahal nunggu cucunya operasi, betul-2 suatu kehormatan, matur suwun nggih pak.

Fahmi arek gemblung dari jombang itu tinggal di yogja, aq ada rencana mau ke yogja, soalnya udah lama mau cetak antologi puisiku sama Mas Lukman sekaliyan ketemu Zely. Katanya sudah buka warung, ya syukur deh, idealis kadang harus tergerus dengan kenyataan hidup. Gusti Allah itu sudah menciptakan hamonisasi je, kok dilawan.

hari ini aq ada janji mau buat previewnya Imperia Uda Akmal....sek nunggu boss pigi dulu

9.25 jakarta isuk-2

Sunday, July 1, 2007

jawab email tentang kehidupan bukan mimpi, tapi mimpi membuat hidup

tapi Nyai, semalam bawa sadarku berjalan dan Nyai ajarkan bahwa itu namanya mimpi
dalam mimpi ada tersirat jalan mengambil keputusan terhadap hidup realita
dalam mimpi kekasih abadi memberi ruh akan kemana kita melangkah

"tapi nduk, itu kadang-kadang "
"kalau dawuh Gusti Allah memang di jalan yang benar, berarti itu ruhNya"
"kalau petunjuk yang di dapat menyimpang berarti mimpimu hanya bunga tidur"

hidup bukan mimpi, tapi mimpi bisa membuat hidup, ketika kelokan jalan hidup buntu

salam mimpi,
ilenk

8.30 jakarta

Thursday, June 28, 2007

komentarku atas karya Paulo Coelho

Mas Haris,

tapi buat aq karangan Paulo di The Alchemist itu bukan omong kosong...

pertama, kalau aq ingin membaca buku (fiksi & non fiksi) yang dilihat :
1. judul,
2. ide keinginan pengarang yang ingin dia sampaikan di bukunya itu apa,
3. selanjutnya setting , dia ini mau cerita sebagai apa :
a. diri sendiri (non fiksi kebanyakan , krn berhubungan dng dalil, hasil hipotesa, penelitian yg penulis lakukan)
b. diri sendiri tetapi dia memakai toko lain (sebagai dalang)
c. benar-2 tokoh rekaan hasil imajinasi/khayalan
d. resensi (kalau dahulu pada saat aq sd, agak susah menemukan resensi/synopsis dari buku-2 yang terbit, sekarang mah banyak, teman seperti kang tanzil, mbak Endah perca juga mas jody adalah orang yg paling aq cari kalau aq membeli buku-2 fiksi, sedangkan non fiksi ada beberapa teman dosenku yg diminta pendapatnya)
5. dll....banyak deh selanjutnya

nah , setelah mendapatkan beberapa hal diatas, baru aq membacanya, dan sebagai penikmat buku aq akan berusaha masuk dalam alam pikiran sang pengarangku.
kalau dia piawai menulis kata bersayap , terbuailah diriku, kalau dia piawai menuliskan fakta secara njelimet sama juga terbuai sampai deteil terbayang diotaku, bahkan untuk buku-2 horor sampai merinding membacanya

nah, di dalam buku alchemistnya Paulo ini, aq sejak awal pikiranku sudah terkotak bahwa ini dongeng. dongeng itu kan seperti juga bualan, cerita karang-karangan, hal hal aneh yg tidak ada di alam nyata.
tapi ada dongeng yang mendekati kenyataan, dimana hal ini oleh si pengarang bisa menunjukkan kepada pembacanya hal itu bisa terjadi.
contoh sederhananya adalah cerita wayang.
Wayang itu kan dongeng, sejatine ada dan tiadanya kan sampai sekarang belum ada yang bisa membuktikan secara nyata.
tapi apa yang terjadi, ketika aq duduk di depan kelir, dan gamelan berbunyi, dan kemudian dalang mulai memainkan peranannya, banyak sekali cerita dongeng yang dia sampaikan mengandung nasehat, filosofi dan kejadian-2 yang manusia alami. Memang cerita wayang itu dibuat antara kejadian nyata dan dongeng dipoles jadi satu supaya menarik.
kalau nasehat itu disampaikan atau katakanlah ajaran agama atau apapun juga secara garis lurus orang akan jemu, bosan, tapi kalau kemudian dibumbui dongeng, impian khayalan bahkan kadang ga masuk akal, akan mudah diterima.
yang penting asal si pengarang itu konsisten terhadap setting yang sudah dia bentuk di cerita yang dia sampaikan.

coba lihat cerita film kartun "Avatar, the legend of Ang", pengarang men setting cerita jaman dahulu di negeri cina, tapi ada kutub nya juga, ini dongeng, negeri api, udara, air dan angin, ceritanya ya ga masuk akal masak ada banteng terbang, tapi ini memang dongeng, namun apa yg ditangkap dari cerita kartun itu, ajaran di belakangnya, bagaimana orang jahat bertindak, bagaimana orang saleh mendapatkan ganjarannya, jadi menarik kan.

buku paulo ini aq membacanya seperti aq mendengarkan Ki Manteb mendongeng atau juga almarhum ibuku dulu yang suka mendongeng kala kami mau tidur, juga ketika aq baca buku-2 komik hc andersen/herge.
sama juga aq membaca buku harry potter, dongen penyihir namun ada "sesuatu yang ingn disampaikan " dibalik itu.

makanya kenapa kemudian buku Paulo bisa mendapatkan penghargaan. Banyak tulisan dia yang disampaiakan di bukunya emang kenyataannya begitu, ada yang memang bisa benar-2 terjadi.



salam takdir,
ilenk

----- Original Message -----
From: Haris Firdaus
To: kurnia adhita wardhani
Cc: milis kom 04 ; nur latifa ; azzah nilawati ; milis persma ; klub sastra ; milis visi
Sent: Thursday, June 28, 2007 10:50 PM
Subject: [KlubSastraBentang] Coelho, Takdir, dan Omong Kosong
Coelho, Takdir, dan Omong KosongDan saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagatraya bersatu padu untuk membantumu meraihnya. (PauloCoelho). Mungkin begitu banyak fakta yang bisa kita ungkapkanbuat membantah omongan Coelho di atas. Ada banyakbukti bahwa kita, teman kita, atau orang yang tak kitakenal, hampir selalu mengalami kesulitan ketika inginmencapai keinginannya. Tak jarang, kesulitan yangmerintangi itu akhirnya menggagalkan keinginan yangingin kita raih. Dan kita akan dengan mudah berkatabahwa seluruh jagat raya ternyata tidak sedang bersatupadu membantu kita. Kita mungkin akan dengan mudahmenganggap Coelho, seorang pengarang kelahiran Brasilyang banyak mendapat penghargaan ini, keliru. Bagikita, mungkin ia sedang beromong kosong lewatkalimatnya yang saya kutip di atas.Tapi benarkah seperti itu? Saya kutip kalimat itu darinovelnya yang paling terkenal, The Alchemist. Sebuahnovel yang kalau kita cermati memang berisi banyak“omong kosong”. Sebab terlampau banyak hal yangdiungkapkan Coelho dalam novel itu yang kadang takterbayangkan. Juga, mungkin karena itu, bisa dianggaptak masuk akal. The Alchemist bercerita tentangseorang anak gembala di daerah Spanyol yang bertualanghingga ke Mesir hanya karena alasan yang spekulatifdan sedikit absurd: mengejar harta karun yang ia lihatlewat mimpi berada di Piramida di Mesir. Si anakgembala yang kemudian mencoba menafsir mimpinya lewatseorang peramal itu, akhirnya memutuskan berangkat keMesir setelah bertemu seorang misterius yang disebutsebagai “Raja Salem” bernama Melkisedek. Lewat orangtua yang memakai perhiasaan emas di dadanya itu, sianak gembala mendapat petuah bahwa ia harus “mengejartakdirnya” dengan pergi ke Mesir dan mendapat hartakarun itu.Sampai di sini, kita bisa bertanya: bagaimana sesorangtahu takdir mereka? Si anak hanya melihat soal hartakarun itu lewat mimpi yang beberapa kali dialaminya.Sampai Melkisedek datang, si anak gembala itu takpernah berpikir buat pergi ke Piramida dan mengejarharta karun itu. Kemudian Melkisedek datang. Lalupetuah soal takdir itu didendangkan. Harap maklumkalau Coelho berbicara tentang kehidupan sebagaiseorang yang telah dewasa dan bahkan sedikitmenyerupai nabi. Petuah-petuah kehidupan dalam TheAlchemist memang seperti petuah agama yang disuarakandengan penuh keyakinan dan kadang dengan gaya yangsedikit misterius, buat menambah unsur dramatis.Membaca novel itu, akan kita temukan bait-baitrenungan tentang kehidupan yang begitu penuhkeyakinan, tak goyah, dan mungkin seperti doktrin.Tapi begitulah.The Alchemist mungkin berhasrat menjadi semacam“dongeng” yang memberi inspirasi dengan menampilkancerita-cerita yang penuh lambang. Agar bisa menarikmanfaat dari novel itu, mungkin kita harus tuntasmenafsir “lambang-lambang” itu. Bagaimana kehidupanmesti dijalani, bagaimana manusia harus mengejartakdirnya, dan bagaimana sebuah keberanian harus terusdipompa, semuanya ingin ditampilkan oleh Coelho lewatnovelnya itu. Maka, membaca The Alchemist sepertimembaca dongeng-dongeng dari zaman lampau. Ceritadalam novel itu mengalir lancar, meski dalam logikakebanyakan ada begitu banyak “lompatan-lompatanlogika”. Tapi, seperti layaknya sebuah “dongeng”,logika memang tidak diperlukan. Yang penting justrucerita-cerita “ekstrem” yang penuh lambang dan saratakan perenungan. Dan The Alchemist berhasil buat itu. Lambang yang paling menonjol dalam The Alchemistadalah soal mimpi, cita-cita, atau keinginan.Berkali-kali Coelho lewat tokoh-tokohnya yangmenyerupai nabi dan tahu segalanya, mengatakan bahwamanusia mesti mengejar cita-citanya atau “takdirnya”.Meski mimpi-mimpi itu adalah sesuatu yang berat buatdicapai, atau malah absurd buat dicapai. Tak pentingsemua itu. Yang penting, “takdir” mesti dijalani. DanCoelho mengajak kita percaya bahwa dalam perjalananmengejar “takdir”, akan banyak kita jumpaipelajaran-pelajaran, kebijaksanaan-kebijaksanaan, danpengalaman-pengalaman yang akan menambah kearifankita. Sehingga, meski “takdir” kita akhirnya taktercapai, apa yang telah kita dapatkan selama mengejar“takdir” itu telah lebih dari cukup. Sampai di sini, mungkin kita masih beranggapan bahwaCoelho sedang beromong kosong. Kita bisa mengatakanbahwa seandainya si anak gembala—tokoh utama dalam TheAlchemist—tidak bertemu dengan Melkisedek, mungkinanak gembala itu tak akan mengejar takdirnya. Lalukita akan bilang bahwa dalam novel itu terjadi sebuahkeajaiban yang tak bakal terjadi dalam kehidupan kita.Artinya, Coelho curang. Ia mengajak kita mengejar“takdir” dengan memberi contoh seorang yang mengejar“takdir” dengan bantuan begitu banyak “keajaiban”.Padahal, mungkin saja ia tahu kalau keajaiban jarangsekali singgah di hadapan kita. Tapi, siapa tahu Coelho justru ingin bilang kalaukeajaiban adalah sesuatu yang mungkin terjadi dalamdunia nyata. Asal kita percaya hal itu, mungkin kitabisa melihat keajaiban. Seperti si anak gembala yangmulanya juga tak percaya, kita mungkin juga takpercaya sebelum kita benar-benar menemukannya. Tapiagakanya, bukan keajaiban itu intinya. Keajaibanadalah sesuatu yang tak akrab dengan manusia. Buatmengejar “takdir”, kita mesti mulai dengan sesuatuyang akrab dengan kita: keberanian, kerja keras, dantekad yang tak putus. Kalau itu telah ada, soalkeajaiban sebenarnya tak penting. Dan apakah Coelhosedang beromong kosong atau tidak, itu mungkin jugajadi tak penting lagi. Sukoharjo, 1 Desember 2006Haris Firdaus(http://rumahmimpi.blogspot.com)

bila cahaya datang

bila datang dalam atribut hitam
katanya duka, kau masih telentang di sudut kota, lusuh, dan diam
tak ada bicara cuma kepulan asap , bibir hitammu semakin tipis, namun aku selalu suka
kata-kata kali ini pelit, melirik dari samping , mengusap tangan kiri di kananmu
tarik nafas dan lempar seperti lepas harapan, dan lari sejenak

bila datang putih dan merah sinar
masih kaos hitam, bau apek dan tumpahan gemuk dan bekas motor tergolek
sepi di pojok dan diam
bila teriakmu datang di sepi penghujung
hanya bola mata menari sepi tanpa daya, putaw gerogoti tubuh , semakin kurus
lunglai, basah, kering
bila
sorot redup , tinggalkan jejak

ilenk 14.35 wib

Wednesday, June 27, 2007

ini tulisanku atas lanjutannya pengarang

Apakah itu salah satu kepongahan kesombongan pengarang ? kalau bukan begawan yang mengkritik terus kritikan lainnya tidak dianggap ?

lalu hubungan dia dengan pembaca setianya itu apa? apakah pengarang itu mengarang hanya untuk begawan orang-2 sekaliber sastrawan yang notabene kebanyakan dapat bukunya gratis, lalu sebagai sumbangsihnya dia kepada pembaca setianya yang sudah meluangkan waktu, uang dan kenikmatan lalu diabaikan begitu saja????????
Padahal tanpa pembaca setianya, pengarang tidak akan berarti apa-2, dia hanya dikenang di jagad sastra saja, tulisan, ide atau apapun yang dia punya ya hanya dinikmati kalangan terbatasnya itu, dunia sastra yang sunyi (ini katanya)


Wallahualam bisawab.....

ilenk

ini komentarku atas tulisan Prof. Jakob Sumardjo sehubungan Andrea lagi, lagi lagi dia...

KeberatanKeberatan utama saya dalam menilai buku Andrea adalahcara menyusun danmembingkai refleksi pengalaman hidupnya dalam bentukstruktur yang utuhdan solid. Akibat antusiasmenya, semua mengalir derasdan abai terhadappenataannya. Logika cerita menjadi kesulitan saya yangutama dalammemahami nilai-nilai pengalamannya.Struktur ceritanya beralur lurus, kronologis, darimasa sekolah dasar,SMP, SMA, dan perguruan tinggi Universitas Indonesia,kemudian belajar diEropa. Namun, kekacauan waktu segera terasa dalammengikuti alur buku ini.Keajaiban-keajaiban yang ditunjukkan oleh teman-temanSD dengankreativitas mereka yang mengherankan (misalnya telahmengenal suku-sukuAfrika dengan budaya mereka) terjadi waktu SD atauSMP? Kalau sudah di SMPbias diterima dalam penilaian empiris, tetapi mengapaguru-guru SD-nya(yang dipuja pengarang ini) masih terus membuntuti?Apakah guru-guru SDMuhammadiyah itu juga mengajar di SMP? Kekacauan waktuantara masa SD danSMP ini membingungkan saya dalam memahamikeajaiban-keajaiban kecerdasanyang ditunjukkan oleh sekolah paling miskin dan serbakekurangan ini. Darimana mereka belajar pengetahuan itu semua? Dariguru-gurunya langsung,dari perpustakaan, dari bacaan di luar sekolah, daripergaulannya denganorang-orang terpelajar di tambang timah? Tak jelas.Kehidupan nyata ini memang penuh keajaiban-keajaibanmelebihi novel dankarya-karya fiksi yang lain. Namun, karya sastra yangmerupakan kesadarannilai penulisnya justru harus bersikap untukmemperjelasketidakmungkinan-ketidakmungkinan kehidupan menjadisebuah penalaran yangmungkin. Karya sastra itu mengandung logika tertentu,artinya bisaditerima kebenarannya oleh pembacanya. Banyakkisah-kisah kecerdasananak-anak Muhammadiyah itu yang diceritakan penuhkebanggaan, tetapimiskin penjelasan mengapa bisa seajaib itu.Mungkin buku-buku ini ditulis sebagai catatan kenanganmasa kecil.Penulisnya yang sudah belajar di Eropa dan banyakmembaca karya sastramenceritakan semua itu dari sudut pandang manusiadewasanya. Anakronissubyek dan obyek bisa saja terjadi. Kejadian di masakecil dijelaskansecara manusia kota besar yang kontemporer. Misalnyadalam buku SangPemimpi, Ikal dan Arai tersesat di Bogor yangseharusnya menuju keCiputat. Keduanya kagum dan terheran-heran menyaksikanrestoran KFC yangterang benderang yang tak ada di pengalamanBelitong-nya. Namun, tiba-tibaArai ini bisa menjelaskan secara rinci apa KFC itu danbagaimana parapembelinya tak usah bayar tunai. Dari mana Arai mampumenjelaskankeheranan mereka sebagai anak kampung yang begitudetail sehingga hanyamereka yang sudah lama hidup di kota besar saja yangbisa menjelaskansecara demikian.Kemampuan Andrea untuk memisahkan antara dirinya danobyek ceritanya tidakterjadi. Pengalaman masa lalunya diceritakan dalamterang kecerdasan masakininya seolah-olah sudah terjadi pada masa ceritanyaitu. Kemurnian,keluguan, dan suasana pikiran sezaman agak kacaudengan pengetahuan,kecerdasan, dan cara berpikir masa sekarangnya. Inilahyang membuat nilaidokumenternya menjadi kehilangan kepercayaan pembacaakibat antusiasme danoptimismenya dalam mempahlawankan masa lalunya.
----------------
aq memang bukan prof. jakob, tapi apa yang ditulis tentang keberatan diatas, aq sangat 150% mendukung, cuma kalau aq tulis mungkin Andrea ga gubris sama dengan dia memberi cap"orang pintar" pada orang-2 yang datang saat membahas bukunya.
padahal menurut aq orang-2 pintar yang dia bilang itu memang sebenar-benarnya pintar. Bagaimana tidak pintar, mereka belum membaca, tapi mau-maunya meluangkan waktu untuk menghadiri bincang-2 buku Andrea dan yang membuat aq selalu salut angkat topi pada mereka, justru mereka inilah orang-orng yang antusias selalu bertanya atau berani menampilkan diri.
Kalau aq direktur marketing, orang-2 seperti ini masuk dalam pengawasanku (berani, tebal muka, pokoe maju terus dan tidak takut malu). Suatu sikap yang jarang ditemui, dan sayangnya malah Andrea justru mencap "orang-orang pinter". Padahal menurutku, justru bagaimana seorang pengarang/penjual buku itu mdapat mempengaruhi orang lain yang tadinya tidak/belum mebaca bukunya menjadi datang, tertarik dan beli dan seterusnya menjadi pecintanya. Ini yang susah dan biasanya tidak begitu dipusingkan oleh si pengarang itu.
Terus terang tidak hanya aq saja yang terheran-herang dng. pengetahuan anak sd yang digambarkan Andrea ini kok bisa begitu dalam pengetahuannya, kapan dia belajar (ada sesuatu benang merah yang kabur..benar-2 kabaur..tidak masuk akal), kurcaciku juga begitu.
Ketika dia aku suruh baca buku laskar pelangi dia stop di tengah, "capek bunda...ga masuk akal, masak anak sd baru kelas brapa nih bisa sepintar itu, seluas itu ? (disitu Andrea jarang menceritakan kelas brapa pada saat pikiran dia menari menceritakan pengetahuan dia (yg aku brani bertaruh baru dia dapatkan saat bukan waktu dia menceritakan masa kecilnya itu)
itu kurcaciku lho, anak kelas VI bilang begitu, bagaimana dengan bundanya?
apa yang ditulis keberatan profesor Jakop sudah mencakup semua yang menjadi teka-tekiku. Tadinya aq pikir hanya aq sendiri dari puluhan bahkan mungkin ratusan pengemar Andrea yang merasa aneh saja dengan karangan dia, karena aq sampai detik ini selalu ingin membeli,membaca dan menikmati buku yang bisa mempengaruhi/menambah wawasan/memberikan tambahan pengetahuan dengan kepuasan hatiku, walau tidak musti seratus prosen terpenuhi.
aq sempat protes pada teman sesama Muhamadiyah, kok tahun 1979 sekolah Muhamadiyah di Belitong begitu memprihatinkan sih, kalah dengan yang di yogja, di malang, tragis bener yaaaa...
suatu keadaan yang memalukan banget sebagai warga Muhamadiyah, kok sebegitu reyotnya sekolah si Andrea ini, tapi ya itu tadi terlepas dari cerita Andrea yang ga masuk akal, karena dikatakan ini novel, kalau menurut aku ini otobiografi/biografi, salut pada teman-2 Andre akhirnya mereka jadi orang-2 pintar dan semoga sukses, dan lebih sukses lagi kalau mereka pulang membangun tanah kelahirannya, tidak dibiarkan tetap menjadi reyot di telan mimpi-mimpi saja.
salam mimpi buat Andrea,
ilenk
nb : Buat Andrea...aq ini dulu termasuk "orang-2 pinter" yang kau cap disetiap pembahasan bukumu itu. Karena aku baru membeli buku pengarang itu kalau aq sudah terpuaskan dan tau apa yg disampaikan pengarang itu dan bagaimana si pengarang itu membuatku tertarik kemudian menjadi membeli bukunya dan menjadikan dia salah satu pengarang kesayanganku. Dan tidak semua "orang-2 pintar" itu punya uang untuk membeli buku, jadi siap-2 selalu menerima kehadirannya mereka, karena dimanapun yang namanya seminar,diskusi,lokakarya atau apapaun juga selalu ada "orang-2 pintar" ini, dan kehadiran mereka kadang dibutuhkan. Karena tidak semua orang berani bertanya, mengemukakan pendapat (walau kadang melenceng) di muka umum

mengulas teori tentang small worldnya Kang Ardi

Instrumen yang mendapat bahasan yang paling banyak terdapat pada instrumen Bergaul dan Internet. Dalam bergaul, buku ini mengungkap bahwa begaul adalah instumen yang terbukti efektif dan cepat dalam meningkatkan nilai diri kita. Dalam bab ini pembaca akan dikenalkan dengan apa yang dinamakan small world phenomenon (small world efect) yaitu hipotesis bahwa setiap orang di dunia dapat dihubungi melalui sebuah rantai pendek pertemanan.
Konsep ini juga pernah dikenal dengan istilah six deegrees of separation yang menyatakan bahwa dua orang teman yang tidak saling kenal dapat terhubungkan oleh enam orang teman. Buku ini memberikan contoh sederhana bahwa kita dapat menjadi teman Presiden SBY karena kita kenal A yang menjadi sudaranya B, sementara B tinggal di sebelah rumah C, sedangkan C berteman dengan D, kebetulan pula D adalah keponakan dari E, lalu ternyata E adalah adik sepupu dari F yang merupakan teman main SBY waktu masih kecil. Kesimpulannya, konsep ini menyimpulkan bahwa tidak banyak orang yang perlu kita hubungi bila ingin berkenalan dengan orang orang-orang tertentu. Tetapi kita tidak pula dapat bertemu dengan orang tersebut bila kita tidak mulai bertemu dengan orang-orang tertentu yang mungkin bisa mempertemukan kita dengan orang yang dituju
Kang Tanzil,
aq setuju dengan ulasan tentang kutipan diatas itu. Karena aq sendiri pernah mengalaminya.
sebulan yang lalu, sodaraku yang kerja di Adjuster company , perusahaanya dapat order untuk survey klaim pesawat yang jatuh di perkebunan nusantara di Sumut. Dia telepon aq kira-kira kenal sama orang yang mengerti tentang pesawat/tehnisi. Lalu aq ingat bahwa bu guru dosenku Bu Pudji di Borobudur Universitas pernah mengajar kelas khusus di Curug. Aq langsung tilp beliau minta alamat salah satu muridnya yg di Curug. Alhamdullilah diberinya satu nama dan nomor hpnya, aq serahkan pad sodaraku yg di adjuster, eh..kemudian setelah disampaikan pada manager dia, dan setelah dihubungi murid bu Puji yang di Curug itu, tidak taunya malah manager sodaraku itu kenal sama itu orang (katanya dia teman baik kakaknya). Nah, aq yang tidak kenal pak Gandos (nama ahli/instruktur pesawat itu), karena ingat Ibu Pudji , ya jadinya manager sodaraku bisa berhubungan dengan pak Gandos langsung dan bertemu langsung dan bisa membantu menyelesaikan klaim tersebut.
Dari pertemanan memang banyak manfaatnya. Beberapa tahun lalu, aq juga dihubungi temanku di Singapore, dia bilang ada buyer butuh lada, pala.
Aq tadinya sempat mikir kemana carinya, aq ini bukan pedagang atau petani lada, trus ingat ada teman di Surabaya yang dia punya perantara pedagang / petani tersebut. Kemudian aq kontak, dan aq suruh kontak langsung temenku, aq cuman pesan kalau jadi transaksi aq harus dapat komisi. Eh, Alhamdullilah, jadilah transaksi dan aq kecipratan komisinya. Duh, memang pertemanan selalu membuat bahagia.
Tri namanya, dia marketing asuransi Jiwa, minta referensi beberapa teman-ku , ya sudah aq beri, dan hasilnya, dia sekarang mendapatkan klien-2 baru dari teman-2 ku itu.
Jadi, carilah teman sebanyak-banyaknya untuk membentuk lingkaran yang suatu saat akan kau butuhkan.

salam gaul,
ilenk

Thursday, June 21, 2007

pesan buat Andrea Hirata

aq sngat terkesan dengan apa yang dikatakan Andre pada tulisan Mbak Endah dan Mbak Echy...bahwa disetiap dia mengadakan bedah bukunya "ada orang-2 cerdas" yang mengkritik dirinya tanpa membaca dulu isi bukunya.
aq ga tau kata-2 orang cerdas disini Andre mengartikan kebalikan atau memang dia benar-2 menganggap mereka cerdas.
rasanya dari tulisan Mbak Endah yang aq kutip yang isinya dari seluruh kritikan yang ditujukan padanya hanya kritikan dari Bapak Sapardi Djoko Darmono yang betul-2 diperhatikan.

aq tersenyum, ada yang kelewat dalam penapakan jati diri Andrea di dunia yang tanpa sengaja membuatnya melambung beberapa tingkat dari orang kebanyakan.
melambung...ya melambung karena dia tiba-2 jadi pengarang dan bukunya laris, dan terkenal...namanya diperbincangkan du dunia sastra dan orang-2 yang berkecimpunglah disitu.
"orang cerdas" yang dia katakan itu mungkin dia mau mengatakan orang-2 usil, yang sok tau atau apalah, aq ga mau berkonotasi mereka-reka, biarlah kalau suatu saat Andrea mampir di blogku ini dan membacanya dia bisa menulis apa yang dia maksud dengan "orang-2 cerdas versi dia" aq hanya menangkap bahwa itu "kebalikan dari arti orang-2 cerdas" saking jengkelnya dia kali menjawab pertanyaan yang kadang ga ada refleksi langsung dng tema yg ada saat diskusi.

"orang-2 cerdas" ini menurutku memang cerdas dalam arti sebenarnya.
aq mengartikan kata"cerdas" itu ya salah satunya adalah orang yang mempunyai pemikiran yang l;ain dari orang lain dan bisa memanipulasi pikiran dia itu dengan berusaha merealisasikan dalam nyata..(bicara, atau tulisan atau tindakan)
biasanya ya bagi orang awam suka dianggap "nyeleneh atau sejenisnya"
orang-2 cerdas ini selalu ada dimana-mana, tidak hanya di ruang diskusi, di seminar,dikeseharian, di kantor, dimanapun juga selalu ada, dan hal ini memang dibutuhkan oleh keadaan. Tanpa kehadiran mereka ada sesuatu yang hilang, kesannya jadi penurut,monoton,doktrin,ABS, sejenislah ...

yang sering muncul justru di dalam seminar atau diskusi, mereka memang memposisikan seperti itu, dan aq brani katakan ini cerdas bener. Bgaimana tidak cerdas, mereka sudah menyediakan waktu luan menghadiri seminar/diskusi, duduk manis mendengarkan moderator bicara dan diikuti selanjutnya perlengkapannya, dan dengan antusias mereka brani untuk bicara dan yang paling membuatku terpukau mereka ini tanpa rasa malu brani menanyakan sesuatu yang di luar kontek atau kadang materinya sudah dibahas cuman dia tidak mendengarkan atau mungkin dia kurang jelas.
memang selintas agak njelehi (ini kata orang soroboyo) nyeleneh, bikin kesal orang lain atau peserta lain, tapi kenyataan ini selalu ada. Dan konyolnya lagi kalau seminar itu membayar , mereka bersedia kehilangan uang demi itu.
sudah waktu terbuang, mendengar trus bertanya dan akhirnya dikecam, itu hanya bisa dilakukan oleh mereka orang-2 cerdas dan tebal muka (orang seperti ini dicari untuk dijadikan marketing handal)
maka itu Andre seharusnya tidak boleh kesal dengan orang-2 ini, dia harusnya bersyukur, siapa tau setelah itu mereka membeli bukunya dan bisa memahami apa yang ditulis oleh Andre.

disamping itu kira-2 Andre pernah menyelidiki tidak, kenapa disetiap diskusinya selalu banyak orang-2 cerdas ini ? apa dia tidak curiga ada yang salah ? mungkin dirinya? atau penampilannya? kesannya yang bagaimana gitu? atau orang-2 disekelilingnya yang ikut andil dia di acara itu?
ingat lho mereka mengadakan kebanyakan di kampus, dimana dunia anak muda lebih dominan, dan tau sendiri kan dunia anak muda, mahasiswa itu bagaimana? wah, aq dulu termasuk jenis orang-2 cerdas yang dikatakan Andrea ini, kami membuat suatu gang yang bukan membuat onar, tetapi membuat suasana lain, kayaknya kalau lain dari yang lain akan menarik atau paling tidak mencuri perhatian walau akhirnya dikecam atau gimana gitu, enggak peduli, show must go on. Hasilnya, otak kami ini terasa segar terus, senang gitu, kami berusaha berpikir nanti harus bagaimana yaa agas suasana bagaimana? bukankah itu memerlukan pemikiran cerdas? ingat lho waktunya hanya sedikit tetapi dapat memikirkan dan membuahkan hasil yang bisa membuat orang lain "gringging..!"
jadi salah besar kalau Andrea kemudian sampai kesal dan akhirnya membenci kritikan yang datang dari mereka.

sekarang aq mau nanya , apakah tujuan diadakan diskusi buku itu ?
apakah orang yang datang dan mengikuti diskusi buku itu harus sudah membaca? kalau syaratnya ini apa sudah dicantumkan di pintu masuk? kalau tidak ada syarat ini berarti sah-sah saja orang yang belum membacanya ikutan.
bukankah diskusi itu tujuan lainnya adlaah menarik orang bagaimana yang tadinya tidak tau menjadi ingin tau dan akhirnya membeli? bukankah teori marketingnya harus begitu kalau kita mau jualan?
lhaaa kalau awalnya Andrea sudah mengecam dan mengatakan ini orang-2 cerdas dan tidak tahan dengan kritkan begini, ya turun ranjang saja, tidak usah menghasilkan karya, mendingan karya-2mu di jadikan buku harian disimpan di lemari.
seharusnya kan Andrea datangi mereka, tawarkan, eh beli dong buku gw, paling enaggak lho kasih kek komentar tentang tulisan gw?

seorang pengarang besar menurut aq adalah "dia bisa menghargai kritikan yang datangnya dari orang awam tapi dia mencintai dunia karangan/sastra dibanding orang sastrawan sendiri"

mengapa begini, ?
1. sebagai orang awam tapi dia cinta buku
2. setiap bulan atau paling tidak dia sudah sisihkan uang untuk membeli buku karangan kita (lain dengan ahli sastrawan kebanyakan bukunya diberi oleh pengarang lain terutama yang baru muncul, biasanya minta nilailah buat dicantumkan di bukunya nih hasil karya gw bagus menurt si anu, si polan/ ya ada nilai jual lah)
3. sebagai pembeli wajar kalau dia ingin mendapatkan barang yang bagus...yang maksimal, jadi kalau kemudian dia beli barang hasilnya jelek, ya wajar-2 saja kalau dia mengkritik, memberi masukan.
4. yang pasti orang-2 awam tapi cinta buku ini yang harus dicari oleh pengarang/sastrawan, tanpa mereka, hasil kau tak ada artinya, kalau cuma dipuji orang sesama sastrawan itu biasa, kalau dikritik orang awam yang dia mencintai buku, ini baru lain

mungkin ada yang hilang atau mungkin apa sudah dilaksanakan sebagian pengarang kita dalam membuat karangan.
pernah tidak sih terlintas, pembacaku itu sebebarnya dari kalangan mana aja?apakah mereka itu sastrawan atau bukan? quisoner ini dapat dilakukan di tempelkan dibelakang karngan kita dan bisa dikembalikan, nanti dari situ kita bisa tau pembaca kita itu dari kalangan mana saja.
semakin prosentase orang awamnya semakin banyak berarti pengarang itu hebat, dia berhasil memikat orang-2 yang bukan sastrawan menjadi mencintai karangan dan akhirnya akan mencintai buku, dan akhirnya akan bisa ikut mencerdaskan dirinya dan bangsa.

masih banyak aq ingin mengulas soal si Andrea ini...hehehe..tapi kali ini aq capek..paling tidak aq sudah tuangkan uneg2 ku mengenai orang-2 cerdas dia itu.
kok kesannya Andrea ini ngeyek gitu....baru segitu aja jadi pengarang dikritik orang-2 cerdas malah lari bukannya merangkul mereka untuk dijadikan pencinta bukunya.

lain kali pesan ke penrbit kasih buku-2 gratis karanganmu pada "orang-2 cerdas" ini karena justru ini potensial untuk karya-2 mu selanjutnya.

wassalam,
ilenk

14.10

Wednesday, June 20, 2007

puisi ngilu minyak goreng

Puisi - seandainya ikut pertandingan 17 agustusan

krupuk mentah di pinggir wajan mak, tak ada minyak untuk menggoreng, katanya lagi naik daun untuk harga cuma 3 sendok sayur buat krupuk matang
di bawah tiang bendera, aku melamun sambil lihat pengumuman di gardu pos, pertandingan gigit uang di dalam jeruk bali di poles gemuk hitam

aku harus ikut !

akan kumenangkan sebanyak-banyaknya uang walau hanya recehan buat tambahan mak beli minyak agar krupukku mengembang


ilenk 11.25 wib

komentarku terhadap puisi Jokpin

Hemmmm, aq memang bukan penyair apalagi sastrawan, tapi aq sangat menikmati syair...puisi...prosa...novel..dan kawan-2nya

di kumpulan puisinya Jokpin kali ini, aq kecewa berat.....protes!...cuman mau protes ke mas jokpin ga tau kemana? trus kira-2 dianggap gak ?
terus terang cuman satu puisi yang bisa aq nikmati dengan sepenuh hati..."kepada cium..."
selebihnya biasa saja...ga tau apa aq kekurangan rasa dlm menikmati puisi-2 dia akhir2 ini dibandingkan dengan karya dia terdahulu ? wallahualam bisawab, atau mungkin aq telah lelah dijejali puisi-2 nuansa laen dari beberapa penyair laen yg juga telah membukukan hasil karyanya...sebagian hatiku mungkin telah direngut oleh mereka...sehingga buat Jokpin tinggal sisanya....atau.....

ini murni pendapat orang awam seperti aq yang penikmati rasa syair sejati...(niru iklan kopi...)

kalau ketemu Mas Jokpin sampaikan salamku ya Mas Anwar...

-ilenk-

kamis. 21.06.2007 pagi mulai kerja

----- Original Message -----
From: Anwar Holid
To: pasarbuku@yahoogroups.com
Cc: pegiatpendulum@yahoogroups.com
Sent: Thursday, June 21, 2007 12:46 AM
Subject: [KlubSastraBentang] [Selisik] SIHIR PEMULUNG KATA
Republika, [Selisik], Minggu 17 Juni 2007SIHIR PEMULUNG KATA------------------->> Anwar HolidKepada Cium (Kumpulan Puisi)Penulis: Joko PinurboPenerbit: Gramedia Pustaka Utama (GPU), 2007Tebal: 44 hlm; 13.5x20 cmHarga: Rp20.000,-ISBN: 979-22-2716-4Nyaris semua kritik menyatakan salah satu puncak puisi Indonesia era 2000-an ada di pundak JokoPinurbo (Jokpin). Bahkan blurb buku puisi ini dengan bersemangat menyatakan: masa depan puisiIndonesia terletak pada tangannya. Bukti pengakuan itu tentu sejumlah prestasi: memenangiKhatulistiwa Literary Award berkat Kekasihku (2004); buku-bukunya laris, padahal hampir semuapenerbit pikir panjang bila hendak menerbitkan buku puisi saking trauma betapa sulit menjual bukupuisi. Menurut seorang editor GPU, Kepada Cium terjual 800 kopi dalam tiga minggu pertama masuk ketoko pada awal April 2007. Pencapaian itu sulit disamai penyair lain. Kepada Cium, kumpulan puisi kedelapan dia, amat lain dari segi materi dibandingkan buku diasebelumnya. Beda paling signifikan yaitu hilangnya tradisi tambahan esai terhadap puisi dalamedisi tersebut, termasuk tak ada endorsement sastrawan lain maupun pujian dari kritik terkemuka.Keputusan penulis dan penerbit ini bisa jadi semacam keyakinan makin besar bahwa Jokpin beranimenyerahkan puisi kepada pembaca tanpa harus ditemani pendapat kritik maupun disuguhi komentaryang biasanya cenderung dingin, serius, dan bahkan sampai tahap tertentu membatasi kebebasanpembaca yang ingin menikmati puisi seenak-enaknya.Buku ini sangat tipis, hanya terdiri dari 33 puisi, puisinya pun relatif pendek semua. Kesan tipisini disiasati dengan menambah sejumlah drawing karya Mirna Yulistianti, editor buku tersebut.Hasilnya, buku tampil tambah manis. Karena tipis, Kepada Cium bisa selesai dalam sekali baca,mungkin hanya butuh waktu kurang dari satu jam untuk menamatkan. Tapi, juga justru karena tipis,pembaca akan mudah sekali terpikat oleh puisi-puisi itu, akibatnya mereka akan mengulang-ulangmembaca. Jokpin tak menerangkan kenapa memutuskan hanya memuat 33 puisi, padahal dalam periode2005-2006 dia produktif dan karyanya terus bermunculan di media massa. Barangkali dia inginmemastikan pilihan tersebut bakal menyihir publik, sesuai ucapannya: 'Puisi yang baik adalah yangbisa menyihir.'Setelah bolak-balik membaca Kepada Cium, yang paling terasa ialah Jokpin mengurangi kadarmain-main yang mencapai puncaknya dalam Telepon Genggam (2003). Dia mengembara, memain-mainkanimajinasi dan logika, namun semua disampaikan hati-hati, lebih tenang, dan bilapun lucu, efeknyahanya menimbulkan senyum simpul, atau nyengir getir saking sangat menyindir. Di buku ini dia jelasberusaha mengekang hasrat mengembangkan puisi jadi flash fiction agar betul-betul tetap merupakanpuisi asli. Dari sana kita bisa yakin atas komentar Dr. Okke Kusuma Sumantri Zaimar bahwa keahlianJoko Pinurbo mengemukakan pisau bermata dua bukan bualan untuk meyakin-yakinkan publik maupun demimenyenang-nyenangkan penyair. TAHUN 2005 - 2006 merupakan periode perih bagi Indonesia; pada awal 2005 terjadi tsunami di Acehdan Sumatera Utara, kemudian menyusul berbagai bencana alam, banjir bandang, kebocoran lumpurpanas Lapindo, termasuk gempa di Jogjakarta, yang sempat merusakkan rumah Jokpin dan meruntuhkanrumah dua adiknya. Adakah peristiwa dalam periode itu tertatah di buku ini? Dia menulis puisitentang tsunami dan gempa, juga terpukul oleh kejadian fatal yang menimpa anak-anak karena kalaholeh kemiskinan. Wajar bila beberapa puisi bernuansa sedih, sekaligus religius dan peka sosial.Yang terbaik melampiaskan perasaannya terhadap keperihan antara lain 'Kepada Uang', 'Harga DuitTurun Lagi', dan 'Sehabis Sembahyang.' Menilik subjek yang muncul, Jokpin justru banyak mengulang atau makin mengulik tema yang dulu diaperkenalkan dalam Telepon Genggam. Kepada Cium banyak menggunakan citra telepon genggam, kesulitankomunikasi, kondisi sosial, dan tentu saja terus mencari sisi baru citra lama yang membuat penyairini legendaris: celana, celana dalam, kasih sayang, kenangan masa kecil, perihal tubuh danbenda-benda rumah. Sisanya macam-macam: menafakuri waktu, harapan, absurditas menghadapi kenyataanhidup, mengejek kepura-puraan, dan eksplorasi terhadap puisi dan bahasa itu sendiri. Dengan begituKepada Cium menghasilkan dua jenis puisi: yang langsung bisa dinikmati, bermakna jelas,menyinggung perasaan---jenis mata pisau pertama, karena langsung mengarah, menusuk ego manusiayang profan, ragawi, senantiasa kurang puas dan sulit sekali bersyukur. Lainnya kabur, unik,mengedepankan naluri, menarik-narik pembaca ke batas samar antara makna tersirat danharfiah---jenis mata pisau kedua, yang mengarah lebih pada permainan tafsir dan berbagaikemungkinan.Membahas 'pisau bermata dua', bisa diperdebatkan apakah itu suatu keunggulan atau justru merupakantanda ambiguitas dan ciri kelemahan? Bila merujuk pada Saini KM dalam Puisi dan BeberapaMasalahnya, ambiguitas di antaranya disebabkan oleh kegagalan penyair dalam menemukan lambang yangtepat untuk pikiran dan perasaannya, atau penyair sendiri ragu-ragu serta belum memutuskan apasebenarnya yang menjadi pokok renungannya, sikap dan perasaan apa yang dialami dalam hubungannyadengan pokok tersebut (hal. 213). Puisi sangat pendek Jokpin sangat potensial menghadirkanambiguitas, misalnya 'Ranjang Kecil', 'Magrib', 'Seperti Apa Terbebas dari Dendam Derita';barangkali disebabkan ketersediaan ruang penafsiran dari teks itu pun sangat sempit. Pembaca awampasti kesulitan menentukan maksud persis sang penyair sebenarnya apa. Ambiguitas sering sengajadisisakan penyair agar melahirkan polemik, macam-macam tafsir, bahkan mistifikasi.Kepada Cium tampaknya merupakan kado tanda ulang tahun ke-44 Jokpin. Dalam bingkisan itu diamemasukkan banyak isi, dari yang universal, menyangkut perhatian semua insan hingga ke detil batinindividu, yang intim, hanya bisa diresapi khusyuk sendirian.[]* Anwar Holid, editor & penulis lepas.Kontak: Jalan Kapten Abdul Hamid, Panorama II No. 26 B Bandung 40141 Telepon: (022) 2037348 HP: 08156-140621 Email: wartax@yahoo.comNever underestimate people. They do desire the cut of truth. Jangan meremehkan orang. Mereka sungguh ingin kebenaran sejati.© Natalie Goldberg----------------------------------------------------------Esai, resensi, artikel, dan lebih banyak tulisan. Kunjungi dan dukung blog sederhana ini:http://halamanganjil.blogspot.com

kritikan buat Andrea Hirata

menambahkan sedikit apa yang diungkapkan Mbak Echy...sebagai pengarang fiksi yang mencampurkan adanya fakta dan juga kajian menyerempet ilmiah, memang harus hati-2....
seperti yang ditulis Andrea tentang rumus integral tempo hari....karena latar belakang ilmiah bila dimasukan juga dlm cerita harus bener-2 sesuai dengan teori yng sebenarnya, kecuali apabila dia memuat atau mengajukan teori-2 baru.

aq sependapat dengan Prof. Jakop tentang tetraloginya Andrea ini, terlalu banyak yang memuji, sehingga sepertinya lanjutannya seakan dipaksakan...dan hasil buku ketiga yang tipis dan berisi cuman segitu.....semoga saja di buku ke empatnya dia lebih matang lagi , tidak mencari-cari fiksi yang di faktakan atau fakta-fakta yang di fiksikan secara tergesa-gesa...

sebagai pengarang justru kalau tidak ada yang mengkritik bukunya ya seperti sayur tanpa garam.
menerima pujian akan lebih mudah terutama dari pembaca yang begitu gampang terbakar emosi, tapi menghadapi kritikan pedas belum tentu dia bisa tahan, dan sebagai seseorang yang menghasilkan suatu karya harus siap diposisi kritikan ini, karena dengan dikritik berarti kita sudah mendapat perhatian dari yang kritik, dengan dikritik berarti ada tambahan orang yang sayang kepada kita, dengan dikritik ada tambahan kerjaan buat langkah selanjutnya, dengan dikritik........terakhir tidak ada manusia yang sempurna, karena sempurna hanya milik kekasih abadi kita Allah SWT.

salam kritik,
ilenk


----- Original Message -----
From: Dessy NS
To: klub-sastra@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, June 20, 2007 10:29 PM
Subject: [KlubSastraBentang] Laporan Andrea Hirata Di STISI Bandung
Hujan yang yang mengguyur Bandung tak sedikitpun mengurangi semangatku untuk meluncur menuju STSI, tempat dimana diskusi buku Tetralogi Laskar Pelangi diselenggarakan. Perjalananku cukup lancar, dari arah Soekarno Hatta menuju kawasan Buah Batu yang biasanya macet, ternyata siang ini terasa lebih sepi dari biasanya. Pukul 14.10 menit aku tiba di pelataran parkir, saat memarkir kendaraan aku bertemu dua orang guru SMA yang juga akan menghadiri acara tersebut. Kami langsung menuju lokasi.Acara ini diselenggarakan di lantai dua gedung jurusan teater . Saat mengisi buku tamu kami diberi 3 lembar fotocopian yang ternyata berisi catatan Prof.Jakob Sumarjo tentang Tetralogi Laskar Pelangi. Ruangan dalam keadaan gelap saat aku memasuki ruang pertemuan tsb, ternyata acara baru saja dimulai yang diawali dengan teater pendek Sang Pemimpi yang diambil dari adegan saat Ikal,Arai dan Jimbron tertangkap basah di bioskop, lalu adegan saat kepala sekolah menghukum mereka untuk membersikan wc lengkap dengan ocehan Jimbron tentang kuda-kudanya dan saat mereka harus memperagakan adegan sang majikan mengejar-ngejar pembantu saat menjemur pakaian. Persis seperti yang ada di buku, Ikal menjadi pembantu, Jimbron sang majikan dan Arai sebagai anjing yang melolong. Semua adegan tsb diiringi gelak tawa penonton yang sebagian besar adalah mahasiswa jurusan teater. Kebetulan aku mendapat sebuah bangku kosong di barisan ketiga dan sempat berkenalan dengan mbak Wita yang tenyata adalah salah satu panitia penyelenggara.Setelah acara teater tsb selesai kami sempat disuguhi makanan ringan dan segelas air mineral yang kemudian dilanjutkan dengan memperkenalkan sang penulis Andrea Hirata dan Bapak. Prof. Jakop Sumardjo. Beliau adalah Budayawan, Guru Besar STSI Bandung dan mengajar di Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam mata kuliah Filsafat Seni, Antropologi Seni, Sejarah Teater, daan Sosiologi Seni.Acara dipandu oleh moderator mas Heru ….(lupa nih belakangnya), Andrea sempat memperkenalkan beberapa "selebritis" seperti mas Kris dari Bentang lalu mbak Dian (istrinya mas Kris), mang Jamal dan kalau gak salah Hermawan aksan yang datang terlambat.Walau tidak hadir nama uda Akmal N.Basral juga sempat disebut-sebut. Seneng juga ahirnya bisa melihat wajah-wajah yang biasanya hanya tulisannya yang bisa dibaca di buku atau di milisProf.Jakob mengawali sesi awal dengan membahas buku-buku Andrea mulai dari Laskar pelangi, Sang pemimpi dan Edensor dengan segala kelebihan dan kekurangannya., lalu ditanggapi oleh Andrea dan yang menurut mas heru lebih ke pembelaan diri..he..he.Saat sesi tanya jawab tiba, pertanyaan lebih dinominasi oleh para mahasiwa STSI, beberapa menurutku agak meleset dari isi buku dan topik yang sedang dibahas karena mereka yang bertanya bahkan sama sekali belum membaca karya-karya Andrea, aku jadi geli sendiri melihat tingkah laku khas mahasiswa yang dengan pd-nya mengaku sbg seorang penyair. Andrea sempat mengungkapkan pengalamannya dalam 47 x diskusi buku yang ia lakukan dari kota ke kota bahwa kritikan pedas justru biasanya muncul dari "orang-orang cerdas" yang belum membaca karyanya, yang pada ahirnya melenceng kemana-mana. Ada juga mas Kris yang maju untuk menjelaskan "pertanggung jawabannya" sebagai penerbit atas kekurangan-kekurangan dalam Laskar Pelangi yang diulas pak Jakob.Pada ahir sesi tanya jawab seorang wanita menanyakan nasip A Ling dan bagaimana jadinya nasib Ikal jika seandainya Arai tidak ada ? pertanyaan tersebut dijawab dengan otak marketing seorang Andrea dengan cara menyarankan sang penanya mencarinya di buku keempat yang bejudul Maryamah Karpov. Penanya terahir (yang rada maksa ) mengungkapkan kekecewaannya karena diskusi lebih mengarah ke semacam jumpa fans yang yang lebih banyak menyanjung karya Andrea dan bukannya membahas tema pendidikan yang diangkat dalam buku laskar pelangi .Dalam catatannya selain memuji beberapa kelebihan Andrea dalam mengangkat kisah anak-anak Belitong yang ternyata hidup miskin di tengah tambang Timah yang tidak mereka nikmati, Prof Jakob membahas masalah fakta atau fiksi, seperti yang menjadi tema dalam pertemuan tersebut.berikut beberapa kutipan yang aku ambil dari:Biografi atau Novel, Fakta atau Fiksi? (Sebuah Catatan tentang Tetralogi Laskar pelangi karya Andrea Hirata)Oleh: Prof.Jakob Sumardjo."Persoalannya justru di sini, yaitu apakah itu fakta atu fiksi, atau fakta diramu dalam fiksi? Penerbitnya dan juga para pengulasnya menyebut karya-karyanya sebagai "novel" yang jelas genre fiksi dalam sastra. Sebagai novel tak perlu menghubungkannya dengan fakta-fakta pengalaman hidup Andrea. Pengarang bebas menggunakan fakta hidupnya untuk sesuatu makna sebagai respon terhadap persoalan hidup dirinya dan masyarakat. Dalam novel, apa yang dikisahkan pengarang tidak harus diartikan "telah tejadi secara histories" Semua cerita novel hanya sarana mengungkapkan makna pikiran dan perasaan dalam acuan impian, harapan, tata nilai subyektifnya"."Tetapi selama pembacaan, saya menilai bahwa buku-buku ini dimaksudkan sebagai otobiografi atau sekurang-kurangnya buku dari sebagian episode hidupnya. Buku ini mengandung fakta-fakta yang dialami penulisnya. Dan fakta-fakta itu penuh dengan keajaiban, bagaimana anak-anak miskin di pulau gersang itu dapat begitu cemerlang pemikirannya dan sebagian berhasil belajar di Eropa. Hidup memang penuh keajaiban dan ketidak-masuk akalan, dan kadang sulit dijelaskan.""Keberatan utama saya dalam menilai buku Andrea adalah cara menyusun dan membingkai refleksi pengalaman hidupnya dalam bentuk struktur yang solid. Akibat antusiamenya, semua mengalir deras dan abai terhadap penataannya. Logika cerita menjadi kesulitan saya yang utama dalam memahami nilai-nilai pengalamannya.""Saya dibuat heran bagaimana tokoh-tokoh sastra besar bisa mengomentari buku-buku Andrea ini dalam pujian-pujian yang begitu tinggi dan menjanjikan sebagi lahirnya penulis besar masa kini. Apakah mereka telah membaca serius buku-buku ini? Seluruh buku telah dibacanya? Memang, bahan cerita Andrea amat memikat untuk diceritakan, namun cara dia menceritakan itu telah mengaburkan makna penting bahannya sendiri. Kalu ditulis dalam perenungan yang lebih jernih dan tertata, bahan ceritanya bisa melahirkan karya sastra penting. Ketergesaan dalam menumpahkan kisah kesuksesan dengan antusiasme dan optimisme yang begitu percaya diri, terlihat dalam waktu dekat dia telah menulis serial tetraloginya begitu lascar pelangi meledak di pasaran."Acara berahir jam 5 sore (mundur 1 jam dari jadwal) ditandai dengan penyerahan cendera mata oleh panitia untuk bapak Jakob, Andrea dan mas Kris. lalu bagi-bagi buku dari Bentang untuk para pemain teater dan para penanya. (hiks… jadi sedih gak kebagian buku, diantara buku-buku tsb tdp bukunya Gabriel Garcia Marques "Seratus Tahun Kesunyian") Hujan gerimis menyambutku di pelataran parkir, begitupun awan gelap yang menggantung di atas langit kota Bandung, kemacetan khas jalan Buah Batu di sore hari menemani pikiranku yang masih tertinggal di STSI, ternyata ada satu criteria tambahan untuk menjadi seorang penulis: kuat mental dan tahan kritik. Jadi…syarat untuk menjadi seorang penulis adalah : membaca..membaca..membaca.. menulis..menulis..menulis dan….siap untuk dikritik.Temen-teman segitu dulu laporanku dari STSI Bandung, mungkin ada yang mau menambahkan ? mangga atuhh..Tabik,-Echy-
__._,_.___