Wednesday, June 27, 2007

ini komentarku atas tulisan Prof. Jakob Sumardjo sehubungan Andrea lagi, lagi lagi dia...

KeberatanKeberatan utama saya dalam menilai buku Andrea adalahcara menyusun danmembingkai refleksi pengalaman hidupnya dalam bentukstruktur yang utuhdan solid. Akibat antusiasmenya, semua mengalir derasdan abai terhadappenataannya. Logika cerita menjadi kesulitan saya yangutama dalammemahami nilai-nilai pengalamannya.Struktur ceritanya beralur lurus, kronologis, darimasa sekolah dasar,SMP, SMA, dan perguruan tinggi Universitas Indonesia,kemudian belajar diEropa. Namun, kekacauan waktu segera terasa dalammengikuti alur buku ini.Keajaiban-keajaiban yang ditunjukkan oleh teman-temanSD dengankreativitas mereka yang mengherankan (misalnya telahmengenal suku-sukuAfrika dengan budaya mereka) terjadi waktu SD atauSMP? Kalau sudah di SMPbias diterima dalam penilaian empiris, tetapi mengapaguru-guru SD-nya(yang dipuja pengarang ini) masih terus membuntuti?Apakah guru-guru SDMuhammadiyah itu juga mengajar di SMP? Kekacauan waktuantara masa SD danSMP ini membingungkan saya dalam memahamikeajaiban-keajaiban kecerdasanyang ditunjukkan oleh sekolah paling miskin dan serbakekurangan ini. Darimana mereka belajar pengetahuan itu semua? Dariguru-gurunya langsung,dari perpustakaan, dari bacaan di luar sekolah, daripergaulannya denganorang-orang terpelajar di tambang timah? Tak jelas.Kehidupan nyata ini memang penuh keajaiban-keajaibanmelebihi novel dankarya-karya fiksi yang lain. Namun, karya sastra yangmerupakan kesadarannilai penulisnya justru harus bersikap untukmemperjelasketidakmungkinan-ketidakmungkinan kehidupan menjadisebuah penalaran yangmungkin. Karya sastra itu mengandung logika tertentu,artinya bisaditerima kebenarannya oleh pembacanya. Banyakkisah-kisah kecerdasananak-anak Muhammadiyah itu yang diceritakan penuhkebanggaan, tetapimiskin penjelasan mengapa bisa seajaib itu.Mungkin buku-buku ini ditulis sebagai catatan kenanganmasa kecil.Penulisnya yang sudah belajar di Eropa dan banyakmembaca karya sastramenceritakan semua itu dari sudut pandang manusiadewasanya. Anakronissubyek dan obyek bisa saja terjadi. Kejadian di masakecil dijelaskansecara manusia kota besar yang kontemporer. Misalnyadalam buku SangPemimpi, Ikal dan Arai tersesat di Bogor yangseharusnya menuju keCiputat. Keduanya kagum dan terheran-heran menyaksikanrestoran KFC yangterang benderang yang tak ada di pengalamanBelitong-nya. Namun, tiba-tibaArai ini bisa menjelaskan secara rinci apa KFC itu danbagaimana parapembelinya tak usah bayar tunai. Dari mana Arai mampumenjelaskankeheranan mereka sebagai anak kampung yang begitudetail sehingga hanyamereka yang sudah lama hidup di kota besar saja yangbisa menjelaskansecara demikian.Kemampuan Andrea untuk memisahkan antara dirinya danobyek ceritanya tidakterjadi. Pengalaman masa lalunya diceritakan dalamterang kecerdasan masakininya seolah-olah sudah terjadi pada masa ceritanyaitu. Kemurnian,keluguan, dan suasana pikiran sezaman agak kacaudengan pengetahuan,kecerdasan, dan cara berpikir masa sekarangnya. Inilahyang membuat nilaidokumenternya menjadi kehilangan kepercayaan pembacaakibat antusiasme danoptimismenya dalam mempahlawankan masa lalunya.
----------------
aq memang bukan prof. jakob, tapi apa yang ditulis tentang keberatan diatas, aq sangat 150% mendukung, cuma kalau aq tulis mungkin Andrea ga gubris sama dengan dia memberi cap"orang pintar" pada orang-2 yang datang saat membahas bukunya.
padahal menurut aq orang-2 pintar yang dia bilang itu memang sebenar-benarnya pintar. Bagaimana tidak pintar, mereka belum membaca, tapi mau-maunya meluangkan waktu untuk menghadiri bincang-2 buku Andrea dan yang membuat aq selalu salut angkat topi pada mereka, justru mereka inilah orang-orng yang antusias selalu bertanya atau berani menampilkan diri.
Kalau aq direktur marketing, orang-2 seperti ini masuk dalam pengawasanku (berani, tebal muka, pokoe maju terus dan tidak takut malu). Suatu sikap yang jarang ditemui, dan sayangnya malah Andrea justru mencap "orang-orang pinter". Padahal menurutku, justru bagaimana seorang pengarang/penjual buku itu mdapat mempengaruhi orang lain yang tadinya tidak/belum mebaca bukunya menjadi datang, tertarik dan beli dan seterusnya menjadi pecintanya. Ini yang susah dan biasanya tidak begitu dipusingkan oleh si pengarang itu.
Terus terang tidak hanya aq saja yang terheran-herang dng. pengetahuan anak sd yang digambarkan Andrea ini kok bisa begitu dalam pengetahuannya, kapan dia belajar (ada sesuatu benang merah yang kabur..benar-2 kabaur..tidak masuk akal), kurcaciku juga begitu.
Ketika dia aku suruh baca buku laskar pelangi dia stop di tengah, "capek bunda...ga masuk akal, masak anak sd baru kelas brapa nih bisa sepintar itu, seluas itu ? (disitu Andrea jarang menceritakan kelas brapa pada saat pikiran dia menari menceritakan pengetahuan dia (yg aku brani bertaruh baru dia dapatkan saat bukan waktu dia menceritakan masa kecilnya itu)
itu kurcaciku lho, anak kelas VI bilang begitu, bagaimana dengan bundanya?
apa yang ditulis keberatan profesor Jakop sudah mencakup semua yang menjadi teka-tekiku. Tadinya aq pikir hanya aq sendiri dari puluhan bahkan mungkin ratusan pengemar Andrea yang merasa aneh saja dengan karangan dia, karena aq sampai detik ini selalu ingin membeli,membaca dan menikmati buku yang bisa mempengaruhi/menambah wawasan/memberikan tambahan pengetahuan dengan kepuasan hatiku, walau tidak musti seratus prosen terpenuhi.
aq sempat protes pada teman sesama Muhamadiyah, kok tahun 1979 sekolah Muhamadiyah di Belitong begitu memprihatinkan sih, kalah dengan yang di yogja, di malang, tragis bener yaaaa...
suatu keadaan yang memalukan banget sebagai warga Muhamadiyah, kok sebegitu reyotnya sekolah si Andrea ini, tapi ya itu tadi terlepas dari cerita Andrea yang ga masuk akal, karena dikatakan ini novel, kalau menurut aku ini otobiografi/biografi, salut pada teman-2 Andre akhirnya mereka jadi orang-2 pintar dan semoga sukses, dan lebih sukses lagi kalau mereka pulang membangun tanah kelahirannya, tidak dibiarkan tetap menjadi reyot di telan mimpi-mimpi saja.
salam mimpi buat Andrea,
ilenk
nb : Buat Andrea...aq ini dulu termasuk "orang-2 pinter" yang kau cap disetiap pembahasan bukumu itu. Karena aku baru membeli buku pengarang itu kalau aq sudah terpuaskan dan tau apa yg disampaikan pengarang itu dan bagaimana si pengarang itu membuatku tertarik kemudian menjadi membeli bukunya dan menjadikan dia salah satu pengarang kesayanganku. Dan tidak semua "orang-2 pintar" itu punya uang untuk membeli buku, jadi siap-2 selalu menerima kehadirannya mereka, karena dimanapun yang namanya seminar,diskusi,lokakarya atau apapaun juga selalu ada "orang-2 pintar" ini, dan kehadiran mereka kadang dibutuhkan. Karena tidak semua orang berani bertanya, mengemukakan pendapat (walau kadang melenceng) di muka umum

No comments: