Thursday, June 28, 2007

komentarku atas karya Paulo Coelho

Mas Haris,

tapi buat aq karangan Paulo di The Alchemist itu bukan omong kosong...

pertama, kalau aq ingin membaca buku (fiksi & non fiksi) yang dilihat :
1. judul,
2. ide keinginan pengarang yang ingin dia sampaikan di bukunya itu apa,
3. selanjutnya setting , dia ini mau cerita sebagai apa :
a. diri sendiri (non fiksi kebanyakan , krn berhubungan dng dalil, hasil hipotesa, penelitian yg penulis lakukan)
b. diri sendiri tetapi dia memakai toko lain (sebagai dalang)
c. benar-2 tokoh rekaan hasil imajinasi/khayalan
d. resensi (kalau dahulu pada saat aq sd, agak susah menemukan resensi/synopsis dari buku-2 yang terbit, sekarang mah banyak, teman seperti kang tanzil, mbak Endah perca juga mas jody adalah orang yg paling aq cari kalau aq membeli buku-2 fiksi, sedangkan non fiksi ada beberapa teman dosenku yg diminta pendapatnya)
5. dll....banyak deh selanjutnya

nah , setelah mendapatkan beberapa hal diatas, baru aq membacanya, dan sebagai penikmat buku aq akan berusaha masuk dalam alam pikiran sang pengarangku.
kalau dia piawai menulis kata bersayap , terbuailah diriku, kalau dia piawai menuliskan fakta secara njelimet sama juga terbuai sampai deteil terbayang diotaku, bahkan untuk buku-2 horor sampai merinding membacanya

nah, di dalam buku alchemistnya Paulo ini, aq sejak awal pikiranku sudah terkotak bahwa ini dongeng. dongeng itu kan seperti juga bualan, cerita karang-karangan, hal hal aneh yg tidak ada di alam nyata.
tapi ada dongeng yang mendekati kenyataan, dimana hal ini oleh si pengarang bisa menunjukkan kepada pembacanya hal itu bisa terjadi.
contoh sederhananya adalah cerita wayang.
Wayang itu kan dongeng, sejatine ada dan tiadanya kan sampai sekarang belum ada yang bisa membuktikan secara nyata.
tapi apa yang terjadi, ketika aq duduk di depan kelir, dan gamelan berbunyi, dan kemudian dalang mulai memainkan peranannya, banyak sekali cerita dongeng yang dia sampaikan mengandung nasehat, filosofi dan kejadian-2 yang manusia alami. Memang cerita wayang itu dibuat antara kejadian nyata dan dongeng dipoles jadi satu supaya menarik.
kalau nasehat itu disampaikan atau katakanlah ajaran agama atau apapun juga secara garis lurus orang akan jemu, bosan, tapi kalau kemudian dibumbui dongeng, impian khayalan bahkan kadang ga masuk akal, akan mudah diterima.
yang penting asal si pengarang itu konsisten terhadap setting yang sudah dia bentuk di cerita yang dia sampaikan.

coba lihat cerita film kartun "Avatar, the legend of Ang", pengarang men setting cerita jaman dahulu di negeri cina, tapi ada kutub nya juga, ini dongeng, negeri api, udara, air dan angin, ceritanya ya ga masuk akal masak ada banteng terbang, tapi ini memang dongeng, namun apa yg ditangkap dari cerita kartun itu, ajaran di belakangnya, bagaimana orang jahat bertindak, bagaimana orang saleh mendapatkan ganjarannya, jadi menarik kan.

buku paulo ini aq membacanya seperti aq mendengarkan Ki Manteb mendongeng atau juga almarhum ibuku dulu yang suka mendongeng kala kami mau tidur, juga ketika aq baca buku-2 komik hc andersen/herge.
sama juga aq membaca buku harry potter, dongen penyihir namun ada "sesuatu yang ingn disampaikan " dibalik itu.

makanya kenapa kemudian buku Paulo bisa mendapatkan penghargaan. Banyak tulisan dia yang disampaiakan di bukunya emang kenyataannya begitu, ada yang memang bisa benar-2 terjadi.



salam takdir,
ilenk

----- Original Message -----
From: Haris Firdaus
To: kurnia adhita wardhani
Cc: milis kom 04 ; nur latifa ; azzah nilawati ; milis persma ; klub sastra ; milis visi
Sent: Thursday, June 28, 2007 10:50 PM
Subject: [KlubSastraBentang] Coelho, Takdir, dan Omong Kosong
Coelho, Takdir, dan Omong KosongDan saat engkau menginginkan sesuatu, seluruh jagatraya bersatu padu untuk membantumu meraihnya. (PauloCoelho). Mungkin begitu banyak fakta yang bisa kita ungkapkanbuat membantah omongan Coelho di atas. Ada banyakbukti bahwa kita, teman kita, atau orang yang tak kitakenal, hampir selalu mengalami kesulitan ketika inginmencapai keinginannya. Tak jarang, kesulitan yangmerintangi itu akhirnya menggagalkan keinginan yangingin kita raih. Dan kita akan dengan mudah berkatabahwa seluruh jagat raya ternyata tidak sedang bersatupadu membantu kita. Kita mungkin akan dengan mudahmenganggap Coelho, seorang pengarang kelahiran Brasilyang banyak mendapat penghargaan ini, keliru. Bagikita, mungkin ia sedang beromong kosong lewatkalimatnya yang saya kutip di atas.Tapi benarkah seperti itu? Saya kutip kalimat itu darinovelnya yang paling terkenal, The Alchemist. Sebuahnovel yang kalau kita cermati memang berisi banyak“omong kosong”. Sebab terlampau banyak hal yangdiungkapkan Coelho dalam novel itu yang kadang takterbayangkan. Juga, mungkin karena itu, bisa dianggaptak masuk akal. The Alchemist bercerita tentangseorang anak gembala di daerah Spanyol yang bertualanghingga ke Mesir hanya karena alasan yang spekulatifdan sedikit absurd: mengejar harta karun yang ia lihatlewat mimpi berada di Piramida di Mesir. Si anakgembala yang kemudian mencoba menafsir mimpinya lewatseorang peramal itu, akhirnya memutuskan berangkat keMesir setelah bertemu seorang misterius yang disebutsebagai “Raja Salem” bernama Melkisedek. Lewat orangtua yang memakai perhiasaan emas di dadanya itu, sianak gembala mendapat petuah bahwa ia harus “mengejartakdirnya” dengan pergi ke Mesir dan mendapat hartakarun itu.Sampai di sini, kita bisa bertanya: bagaimana sesorangtahu takdir mereka? Si anak hanya melihat soal hartakarun itu lewat mimpi yang beberapa kali dialaminya.Sampai Melkisedek datang, si anak gembala itu takpernah berpikir buat pergi ke Piramida dan mengejarharta karun itu. Kemudian Melkisedek datang. Lalupetuah soal takdir itu didendangkan. Harap maklumkalau Coelho berbicara tentang kehidupan sebagaiseorang yang telah dewasa dan bahkan sedikitmenyerupai nabi. Petuah-petuah kehidupan dalam TheAlchemist memang seperti petuah agama yang disuarakandengan penuh keyakinan dan kadang dengan gaya yangsedikit misterius, buat menambah unsur dramatis.Membaca novel itu, akan kita temukan bait-baitrenungan tentang kehidupan yang begitu penuhkeyakinan, tak goyah, dan mungkin seperti doktrin.Tapi begitulah.The Alchemist mungkin berhasrat menjadi semacam“dongeng” yang memberi inspirasi dengan menampilkancerita-cerita yang penuh lambang. Agar bisa menarikmanfaat dari novel itu, mungkin kita harus tuntasmenafsir “lambang-lambang” itu. Bagaimana kehidupanmesti dijalani, bagaimana manusia harus mengejartakdirnya, dan bagaimana sebuah keberanian harus terusdipompa, semuanya ingin ditampilkan oleh Coelho lewatnovelnya itu. Maka, membaca The Alchemist sepertimembaca dongeng-dongeng dari zaman lampau. Ceritadalam novel itu mengalir lancar, meski dalam logikakebanyakan ada begitu banyak “lompatan-lompatanlogika”. Tapi, seperti layaknya sebuah “dongeng”,logika memang tidak diperlukan. Yang penting justrucerita-cerita “ekstrem” yang penuh lambang dan saratakan perenungan. Dan The Alchemist berhasil buat itu. Lambang yang paling menonjol dalam The Alchemistadalah soal mimpi, cita-cita, atau keinginan.Berkali-kali Coelho lewat tokoh-tokohnya yangmenyerupai nabi dan tahu segalanya, mengatakan bahwamanusia mesti mengejar cita-citanya atau “takdirnya”.Meski mimpi-mimpi itu adalah sesuatu yang berat buatdicapai, atau malah absurd buat dicapai. Tak pentingsemua itu. Yang penting, “takdir” mesti dijalani. DanCoelho mengajak kita percaya bahwa dalam perjalananmengejar “takdir”, akan banyak kita jumpaipelajaran-pelajaran, kebijaksanaan-kebijaksanaan, danpengalaman-pengalaman yang akan menambah kearifankita. Sehingga, meski “takdir” kita akhirnya taktercapai, apa yang telah kita dapatkan selama mengejar“takdir” itu telah lebih dari cukup. Sampai di sini, mungkin kita masih beranggapan bahwaCoelho sedang beromong kosong. Kita bisa mengatakanbahwa seandainya si anak gembala—tokoh utama dalam TheAlchemist—tidak bertemu dengan Melkisedek, mungkinanak gembala itu tak akan mengejar takdirnya. Lalukita akan bilang bahwa dalam novel itu terjadi sebuahkeajaiban yang tak bakal terjadi dalam kehidupan kita.Artinya, Coelho curang. Ia mengajak kita mengejar“takdir” dengan memberi contoh seorang yang mengejar“takdir” dengan bantuan begitu banyak “keajaiban”.Padahal, mungkin saja ia tahu kalau keajaiban jarangsekali singgah di hadapan kita. Tapi, siapa tahu Coelho justru ingin bilang kalaukeajaiban adalah sesuatu yang mungkin terjadi dalamdunia nyata. Asal kita percaya hal itu, mungkin kitabisa melihat keajaiban. Seperti si anak gembala yangmulanya juga tak percaya, kita mungkin juga takpercaya sebelum kita benar-benar menemukannya. Tapiagakanya, bukan keajaiban itu intinya. Keajaibanadalah sesuatu yang tak akrab dengan manusia. Buatmengejar “takdir”, kita mesti mulai dengan sesuatuyang akrab dengan kita: keberanian, kerja keras, dantekad yang tak putus. Kalau itu telah ada, soalkeajaiban sebenarnya tak penting. Dan apakah Coelhosedang beromong kosong atau tidak, itu mungkin jugajadi tak penting lagi. Sukoharjo, 1 Desember 2006Haris Firdaus(http://rumahmimpi.blogspot.com)

bila cahaya datang

bila datang dalam atribut hitam
katanya duka, kau masih telentang di sudut kota, lusuh, dan diam
tak ada bicara cuma kepulan asap , bibir hitammu semakin tipis, namun aku selalu suka
kata-kata kali ini pelit, melirik dari samping , mengusap tangan kiri di kananmu
tarik nafas dan lempar seperti lepas harapan, dan lari sejenak

bila datang putih dan merah sinar
masih kaos hitam, bau apek dan tumpahan gemuk dan bekas motor tergolek
sepi di pojok dan diam
bila teriakmu datang di sepi penghujung
hanya bola mata menari sepi tanpa daya, putaw gerogoti tubuh , semakin kurus
lunglai, basah, kering
bila
sorot redup , tinggalkan jejak

ilenk 14.35 wib

Wednesday, June 27, 2007

ini tulisanku atas lanjutannya pengarang

Apakah itu salah satu kepongahan kesombongan pengarang ? kalau bukan begawan yang mengkritik terus kritikan lainnya tidak dianggap ?

lalu hubungan dia dengan pembaca setianya itu apa? apakah pengarang itu mengarang hanya untuk begawan orang-2 sekaliber sastrawan yang notabene kebanyakan dapat bukunya gratis, lalu sebagai sumbangsihnya dia kepada pembaca setianya yang sudah meluangkan waktu, uang dan kenikmatan lalu diabaikan begitu saja????????
Padahal tanpa pembaca setianya, pengarang tidak akan berarti apa-2, dia hanya dikenang di jagad sastra saja, tulisan, ide atau apapun yang dia punya ya hanya dinikmati kalangan terbatasnya itu, dunia sastra yang sunyi (ini katanya)


Wallahualam bisawab.....

ilenk

ini komentarku atas tulisan Prof. Jakob Sumardjo sehubungan Andrea lagi, lagi lagi dia...

KeberatanKeberatan utama saya dalam menilai buku Andrea adalahcara menyusun danmembingkai refleksi pengalaman hidupnya dalam bentukstruktur yang utuhdan solid. Akibat antusiasmenya, semua mengalir derasdan abai terhadappenataannya. Logika cerita menjadi kesulitan saya yangutama dalammemahami nilai-nilai pengalamannya.Struktur ceritanya beralur lurus, kronologis, darimasa sekolah dasar,SMP, SMA, dan perguruan tinggi Universitas Indonesia,kemudian belajar diEropa. Namun, kekacauan waktu segera terasa dalammengikuti alur buku ini.Keajaiban-keajaiban yang ditunjukkan oleh teman-temanSD dengankreativitas mereka yang mengherankan (misalnya telahmengenal suku-sukuAfrika dengan budaya mereka) terjadi waktu SD atauSMP? Kalau sudah di SMPbias diterima dalam penilaian empiris, tetapi mengapaguru-guru SD-nya(yang dipuja pengarang ini) masih terus membuntuti?Apakah guru-guru SDMuhammadiyah itu juga mengajar di SMP? Kekacauan waktuantara masa SD danSMP ini membingungkan saya dalam memahamikeajaiban-keajaiban kecerdasanyang ditunjukkan oleh sekolah paling miskin dan serbakekurangan ini. Darimana mereka belajar pengetahuan itu semua? Dariguru-gurunya langsung,dari perpustakaan, dari bacaan di luar sekolah, daripergaulannya denganorang-orang terpelajar di tambang timah? Tak jelas.Kehidupan nyata ini memang penuh keajaiban-keajaibanmelebihi novel dankarya-karya fiksi yang lain. Namun, karya sastra yangmerupakan kesadarannilai penulisnya justru harus bersikap untukmemperjelasketidakmungkinan-ketidakmungkinan kehidupan menjadisebuah penalaran yangmungkin. Karya sastra itu mengandung logika tertentu,artinya bisaditerima kebenarannya oleh pembacanya. Banyakkisah-kisah kecerdasananak-anak Muhammadiyah itu yang diceritakan penuhkebanggaan, tetapimiskin penjelasan mengapa bisa seajaib itu.Mungkin buku-buku ini ditulis sebagai catatan kenanganmasa kecil.Penulisnya yang sudah belajar di Eropa dan banyakmembaca karya sastramenceritakan semua itu dari sudut pandang manusiadewasanya. Anakronissubyek dan obyek bisa saja terjadi. Kejadian di masakecil dijelaskansecara manusia kota besar yang kontemporer. Misalnyadalam buku SangPemimpi, Ikal dan Arai tersesat di Bogor yangseharusnya menuju keCiputat. Keduanya kagum dan terheran-heran menyaksikanrestoran KFC yangterang benderang yang tak ada di pengalamanBelitong-nya. Namun, tiba-tibaArai ini bisa menjelaskan secara rinci apa KFC itu danbagaimana parapembelinya tak usah bayar tunai. Dari mana Arai mampumenjelaskankeheranan mereka sebagai anak kampung yang begitudetail sehingga hanyamereka yang sudah lama hidup di kota besar saja yangbisa menjelaskansecara demikian.Kemampuan Andrea untuk memisahkan antara dirinya danobyek ceritanya tidakterjadi. Pengalaman masa lalunya diceritakan dalamterang kecerdasan masakininya seolah-olah sudah terjadi pada masa ceritanyaitu. Kemurnian,keluguan, dan suasana pikiran sezaman agak kacaudengan pengetahuan,kecerdasan, dan cara berpikir masa sekarangnya. Inilahyang membuat nilaidokumenternya menjadi kehilangan kepercayaan pembacaakibat antusiasme danoptimismenya dalam mempahlawankan masa lalunya.
----------------
aq memang bukan prof. jakob, tapi apa yang ditulis tentang keberatan diatas, aq sangat 150% mendukung, cuma kalau aq tulis mungkin Andrea ga gubris sama dengan dia memberi cap"orang pintar" pada orang-2 yang datang saat membahas bukunya.
padahal menurut aq orang-2 pintar yang dia bilang itu memang sebenar-benarnya pintar. Bagaimana tidak pintar, mereka belum membaca, tapi mau-maunya meluangkan waktu untuk menghadiri bincang-2 buku Andrea dan yang membuat aq selalu salut angkat topi pada mereka, justru mereka inilah orang-orng yang antusias selalu bertanya atau berani menampilkan diri.
Kalau aq direktur marketing, orang-2 seperti ini masuk dalam pengawasanku (berani, tebal muka, pokoe maju terus dan tidak takut malu). Suatu sikap yang jarang ditemui, dan sayangnya malah Andrea justru mencap "orang-orang pinter". Padahal menurutku, justru bagaimana seorang pengarang/penjual buku itu mdapat mempengaruhi orang lain yang tadinya tidak/belum mebaca bukunya menjadi datang, tertarik dan beli dan seterusnya menjadi pecintanya. Ini yang susah dan biasanya tidak begitu dipusingkan oleh si pengarang itu.
Terus terang tidak hanya aq saja yang terheran-herang dng. pengetahuan anak sd yang digambarkan Andrea ini kok bisa begitu dalam pengetahuannya, kapan dia belajar (ada sesuatu benang merah yang kabur..benar-2 kabaur..tidak masuk akal), kurcaciku juga begitu.
Ketika dia aku suruh baca buku laskar pelangi dia stop di tengah, "capek bunda...ga masuk akal, masak anak sd baru kelas brapa nih bisa sepintar itu, seluas itu ? (disitu Andrea jarang menceritakan kelas brapa pada saat pikiran dia menari menceritakan pengetahuan dia (yg aku brani bertaruh baru dia dapatkan saat bukan waktu dia menceritakan masa kecilnya itu)
itu kurcaciku lho, anak kelas VI bilang begitu, bagaimana dengan bundanya?
apa yang ditulis keberatan profesor Jakop sudah mencakup semua yang menjadi teka-tekiku. Tadinya aq pikir hanya aq sendiri dari puluhan bahkan mungkin ratusan pengemar Andrea yang merasa aneh saja dengan karangan dia, karena aq sampai detik ini selalu ingin membeli,membaca dan menikmati buku yang bisa mempengaruhi/menambah wawasan/memberikan tambahan pengetahuan dengan kepuasan hatiku, walau tidak musti seratus prosen terpenuhi.
aq sempat protes pada teman sesama Muhamadiyah, kok tahun 1979 sekolah Muhamadiyah di Belitong begitu memprihatinkan sih, kalah dengan yang di yogja, di malang, tragis bener yaaaa...
suatu keadaan yang memalukan banget sebagai warga Muhamadiyah, kok sebegitu reyotnya sekolah si Andrea ini, tapi ya itu tadi terlepas dari cerita Andrea yang ga masuk akal, karena dikatakan ini novel, kalau menurut aku ini otobiografi/biografi, salut pada teman-2 Andre akhirnya mereka jadi orang-2 pintar dan semoga sukses, dan lebih sukses lagi kalau mereka pulang membangun tanah kelahirannya, tidak dibiarkan tetap menjadi reyot di telan mimpi-mimpi saja.
salam mimpi buat Andrea,
ilenk
nb : Buat Andrea...aq ini dulu termasuk "orang-2 pinter" yang kau cap disetiap pembahasan bukumu itu. Karena aku baru membeli buku pengarang itu kalau aq sudah terpuaskan dan tau apa yg disampaikan pengarang itu dan bagaimana si pengarang itu membuatku tertarik kemudian menjadi membeli bukunya dan menjadikan dia salah satu pengarang kesayanganku. Dan tidak semua "orang-2 pintar" itu punya uang untuk membeli buku, jadi siap-2 selalu menerima kehadirannya mereka, karena dimanapun yang namanya seminar,diskusi,lokakarya atau apapaun juga selalu ada "orang-2 pintar" ini, dan kehadiran mereka kadang dibutuhkan. Karena tidak semua orang berani bertanya, mengemukakan pendapat (walau kadang melenceng) di muka umum

mengulas teori tentang small worldnya Kang Ardi

Instrumen yang mendapat bahasan yang paling banyak terdapat pada instrumen Bergaul dan Internet. Dalam bergaul, buku ini mengungkap bahwa begaul adalah instumen yang terbukti efektif dan cepat dalam meningkatkan nilai diri kita. Dalam bab ini pembaca akan dikenalkan dengan apa yang dinamakan small world phenomenon (small world efect) yaitu hipotesis bahwa setiap orang di dunia dapat dihubungi melalui sebuah rantai pendek pertemanan.
Konsep ini juga pernah dikenal dengan istilah six deegrees of separation yang menyatakan bahwa dua orang teman yang tidak saling kenal dapat terhubungkan oleh enam orang teman. Buku ini memberikan contoh sederhana bahwa kita dapat menjadi teman Presiden SBY karena kita kenal A yang menjadi sudaranya B, sementara B tinggal di sebelah rumah C, sedangkan C berteman dengan D, kebetulan pula D adalah keponakan dari E, lalu ternyata E adalah adik sepupu dari F yang merupakan teman main SBY waktu masih kecil. Kesimpulannya, konsep ini menyimpulkan bahwa tidak banyak orang yang perlu kita hubungi bila ingin berkenalan dengan orang orang-orang tertentu. Tetapi kita tidak pula dapat bertemu dengan orang tersebut bila kita tidak mulai bertemu dengan orang-orang tertentu yang mungkin bisa mempertemukan kita dengan orang yang dituju
Kang Tanzil,
aq setuju dengan ulasan tentang kutipan diatas itu. Karena aq sendiri pernah mengalaminya.
sebulan yang lalu, sodaraku yang kerja di Adjuster company , perusahaanya dapat order untuk survey klaim pesawat yang jatuh di perkebunan nusantara di Sumut. Dia telepon aq kira-kira kenal sama orang yang mengerti tentang pesawat/tehnisi. Lalu aq ingat bahwa bu guru dosenku Bu Pudji di Borobudur Universitas pernah mengajar kelas khusus di Curug. Aq langsung tilp beliau minta alamat salah satu muridnya yg di Curug. Alhamdullilah diberinya satu nama dan nomor hpnya, aq serahkan pad sodaraku yg di adjuster, eh..kemudian setelah disampaikan pada manager dia, dan setelah dihubungi murid bu Puji yang di Curug itu, tidak taunya malah manager sodaraku itu kenal sama itu orang (katanya dia teman baik kakaknya). Nah, aq yang tidak kenal pak Gandos (nama ahli/instruktur pesawat itu), karena ingat Ibu Pudji , ya jadinya manager sodaraku bisa berhubungan dengan pak Gandos langsung dan bertemu langsung dan bisa membantu menyelesaikan klaim tersebut.
Dari pertemanan memang banyak manfaatnya. Beberapa tahun lalu, aq juga dihubungi temanku di Singapore, dia bilang ada buyer butuh lada, pala.
Aq tadinya sempat mikir kemana carinya, aq ini bukan pedagang atau petani lada, trus ingat ada teman di Surabaya yang dia punya perantara pedagang / petani tersebut. Kemudian aq kontak, dan aq suruh kontak langsung temenku, aq cuman pesan kalau jadi transaksi aq harus dapat komisi. Eh, Alhamdullilah, jadilah transaksi dan aq kecipratan komisinya. Duh, memang pertemanan selalu membuat bahagia.
Tri namanya, dia marketing asuransi Jiwa, minta referensi beberapa teman-ku , ya sudah aq beri, dan hasilnya, dia sekarang mendapatkan klien-2 baru dari teman-2 ku itu.
Jadi, carilah teman sebanyak-banyaknya untuk membentuk lingkaran yang suatu saat akan kau butuhkan.

salam gaul,
ilenk

Thursday, June 21, 2007

pesan buat Andrea Hirata

aq sngat terkesan dengan apa yang dikatakan Andre pada tulisan Mbak Endah dan Mbak Echy...bahwa disetiap dia mengadakan bedah bukunya "ada orang-2 cerdas" yang mengkritik dirinya tanpa membaca dulu isi bukunya.
aq ga tau kata-2 orang cerdas disini Andre mengartikan kebalikan atau memang dia benar-2 menganggap mereka cerdas.
rasanya dari tulisan Mbak Endah yang aq kutip yang isinya dari seluruh kritikan yang ditujukan padanya hanya kritikan dari Bapak Sapardi Djoko Darmono yang betul-2 diperhatikan.

aq tersenyum, ada yang kelewat dalam penapakan jati diri Andrea di dunia yang tanpa sengaja membuatnya melambung beberapa tingkat dari orang kebanyakan.
melambung...ya melambung karena dia tiba-2 jadi pengarang dan bukunya laris, dan terkenal...namanya diperbincangkan du dunia sastra dan orang-2 yang berkecimpunglah disitu.
"orang cerdas" yang dia katakan itu mungkin dia mau mengatakan orang-2 usil, yang sok tau atau apalah, aq ga mau berkonotasi mereka-reka, biarlah kalau suatu saat Andrea mampir di blogku ini dan membacanya dia bisa menulis apa yang dia maksud dengan "orang-2 cerdas versi dia" aq hanya menangkap bahwa itu "kebalikan dari arti orang-2 cerdas" saking jengkelnya dia kali menjawab pertanyaan yang kadang ga ada refleksi langsung dng tema yg ada saat diskusi.

"orang-2 cerdas" ini menurutku memang cerdas dalam arti sebenarnya.
aq mengartikan kata"cerdas" itu ya salah satunya adalah orang yang mempunyai pemikiran yang l;ain dari orang lain dan bisa memanipulasi pikiran dia itu dengan berusaha merealisasikan dalam nyata..(bicara, atau tulisan atau tindakan)
biasanya ya bagi orang awam suka dianggap "nyeleneh atau sejenisnya"
orang-2 cerdas ini selalu ada dimana-mana, tidak hanya di ruang diskusi, di seminar,dikeseharian, di kantor, dimanapun juga selalu ada, dan hal ini memang dibutuhkan oleh keadaan. Tanpa kehadiran mereka ada sesuatu yang hilang, kesannya jadi penurut,monoton,doktrin,ABS, sejenislah ...

yang sering muncul justru di dalam seminar atau diskusi, mereka memang memposisikan seperti itu, dan aq brani katakan ini cerdas bener. Bgaimana tidak cerdas, mereka sudah menyediakan waktu luan menghadiri seminar/diskusi, duduk manis mendengarkan moderator bicara dan diikuti selanjutnya perlengkapannya, dan dengan antusias mereka brani untuk bicara dan yang paling membuatku terpukau mereka ini tanpa rasa malu brani menanyakan sesuatu yang di luar kontek atau kadang materinya sudah dibahas cuman dia tidak mendengarkan atau mungkin dia kurang jelas.
memang selintas agak njelehi (ini kata orang soroboyo) nyeleneh, bikin kesal orang lain atau peserta lain, tapi kenyataan ini selalu ada. Dan konyolnya lagi kalau seminar itu membayar , mereka bersedia kehilangan uang demi itu.
sudah waktu terbuang, mendengar trus bertanya dan akhirnya dikecam, itu hanya bisa dilakukan oleh mereka orang-2 cerdas dan tebal muka (orang seperti ini dicari untuk dijadikan marketing handal)
maka itu Andre seharusnya tidak boleh kesal dengan orang-2 ini, dia harusnya bersyukur, siapa tau setelah itu mereka membeli bukunya dan bisa memahami apa yang ditulis oleh Andre.

disamping itu kira-2 Andre pernah menyelidiki tidak, kenapa disetiap diskusinya selalu banyak orang-2 cerdas ini ? apa dia tidak curiga ada yang salah ? mungkin dirinya? atau penampilannya? kesannya yang bagaimana gitu? atau orang-2 disekelilingnya yang ikut andil dia di acara itu?
ingat lho mereka mengadakan kebanyakan di kampus, dimana dunia anak muda lebih dominan, dan tau sendiri kan dunia anak muda, mahasiswa itu bagaimana? wah, aq dulu termasuk jenis orang-2 cerdas yang dikatakan Andrea ini, kami membuat suatu gang yang bukan membuat onar, tetapi membuat suasana lain, kayaknya kalau lain dari yang lain akan menarik atau paling tidak mencuri perhatian walau akhirnya dikecam atau gimana gitu, enggak peduli, show must go on. Hasilnya, otak kami ini terasa segar terus, senang gitu, kami berusaha berpikir nanti harus bagaimana yaa agas suasana bagaimana? bukankah itu memerlukan pemikiran cerdas? ingat lho waktunya hanya sedikit tetapi dapat memikirkan dan membuahkan hasil yang bisa membuat orang lain "gringging..!"
jadi salah besar kalau Andrea kemudian sampai kesal dan akhirnya membenci kritikan yang datang dari mereka.

sekarang aq mau nanya , apakah tujuan diadakan diskusi buku itu ?
apakah orang yang datang dan mengikuti diskusi buku itu harus sudah membaca? kalau syaratnya ini apa sudah dicantumkan di pintu masuk? kalau tidak ada syarat ini berarti sah-sah saja orang yang belum membacanya ikutan.
bukankah diskusi itu tujuan lainnya adlaah menarik orang bagaimana yang tadinya tidak tau menjadi ingin tau dan akhirnya membeli? bukankah teori marketingnya harus begitu kalau kita mau jualan?
lhaaa kalau awalnya Andrea sudah mengecam dan mengatakan ini orang-2 cerdas dan tidak tahan dengan kritkan begini, ya turun ranjang saja, tidak usah menghasilkan karya, mendingan karya-2mu di jadikan buku harian disimpan di lemari.
seharusnya kan Andrea datangi mereka, tawarkan, eh beli dong buku gw, paling enaggak lho kasih kek komentar tentang tulisan gw?

seorang pengarang besar menurut aq adalah "dia bisa menghargai kritikan yang datangnya dari orang awam tapi dia mencintai dunia karangan/sastra dibanding orang sastrawan sendiri"

mengapa begini, ?
1. sebagai orang awam tapi dia cinta buku
2. setiap bulan atau paling tidak dia sudah sisihkan uang untuk membeli buku karangan kita (lain dengan ahli sastrawan kebanyakan bukunya diberi oleh pengarang lain terutama yang baru muncul, biasanya minta nilailah buat dicantumkan di bukunya nih hasil karya gw bagus menurt si anu, si polan/ ya ada nilai jual lah)
3. sebagai pembeli wajar kalau dia ingin mendapatkan barang yang bagus...yang maksimal, jadi kalau kemudian dia beli barang hasilnya jelek, ya wajar-2 saja kalau dia mengkritik, memberi masukan.
4. yang pasti orang-2 awam tapi cinta buku ini yang harus dicari oleh pengarang/sastrawan, tanpa mereka, hasil kau tak ada artinya, kalau cuma dipuji orang sesama sastrawan itu biasa, kalau dikritik orang awam yang dia mencintai buku, ini baru lain

mungkin ada yang hilang atau mungkin apa sudah dilaksanakan sebagian pengarang kita dalam membuat karangan.
pernah tidak sih terlintas, pembacaku itu sebebarnya dari kalangan mana aja?apakah mereka itu sastrawan atau bukan? quisoner ini dapat dilakukan di tempelkan dibelakang karngan kita dan bisa dikembalikan, nanti dari situ kita bisa tau pembaca kita itu dari kalangan mana saja.
semakin prosentase orang awamnya semakin banyak berarti pengarang itu hebat, dia berhasil memikat orang-2 yang bukan sastrawan menjadi mencintai karangan dan akhirnya akan mencintai buku, dan akhirnya akan bisa ikut mencerdaskan dirinya dan bangsa.

masih banyak aq ingin mengulas soal si Andrea ini...hehehe..tapi kali ini aq capek..paling tidak aq sudah tuangkan uneg2 ku mengenai orang-2 cerdas dia itu.
kok kesannya Andrea ini ngeyek gitu....baru segitu aja jadi pengarang dikritik orang-2 cerdas malah lari bukannya merangkul mereka untuk dijadikan pencinta bukunya.

lain kali pesan ke penrbit kasih buku-2 gratis karanganmu pada "orang-2 cerdas" ini karena justru ini potensial untuk karya-2 mu selanjutnya.

wassalam,
ilenk

14.10

Wednesday, June 20, 2007

puisi ngilu minyak goreng

Puisi - seandainya ikut pertandingan 17 agustusan

krupuk mentah di pinggir wajan mak, tak ada minyak untuk menggoreng, katanya lagi naik daun untuk harga cuma 3 sendok sayur buat krupuk matang
di bawah tiang bendera, aku melamun sambil lihat pengumuman di gardu pos, pertandingan gigit uang di dalam jeruk bali di poles gemuk hitam

aku harus ikut !

akan kumenangkan sebanyak-banyaknya uang walau hanya recehan buat tambahan mak beli minyak agar krupukku mengembang


ilenk 11.25 wib

komentarku terhadap puisi Jokpin

Hemmmm, aq memang bukan penyair apalagi sastrawan, tapi aq sangat menikmati syair...puisi...prosa...novel..dan kawan-2nya

di kumpulan puisinya Jokpin kali ini, aq kecewa berat.....protes!...cuman mau protes ke mas jokpin ga tau kemana? trus kira-2 dianggap gak ?
terus terang cuman satu puisi yang bisa aq nikmati dengan sepenuh hati..."kepada cium..."
selebihnya biasa saja...ga tau apa aq kekurangan rasa dlm menikmati puisi-2 dia akhir2 ini dibandingkan dengan karya dia terdahulu ? wallahualam bisawab, atau mungkin aq telah lelah dijejali puisi-2 nuansa laen dari beberapa penyair laen yg juga telah membukukan hasil karyanya...sebagian hatiku mungkin telah direngut oleh mereka...sehingga buat Jokpin tinggal sisanya....atau.....

ini murni pendapat orang awam seperti aq yang penikmati rasa syair sejati...(niru iklan kopi...)

kalau ketemu Mas Jokpin sampaikan salamku ya Mas Anwar...

-ilenk-

kamis. 21.06.2007 pagi mulai kerja

----- Original Message -----
From: Anwar Holid
To: pasarbuku@yahoogroups.com
Cc: pegiatpendulum@yahoogroups.com
Sent: Thursday, June 21, 2007 12:46 AM
Subject: [KlubSastraBentang] [Selisik] SIHIR PEMULUNG KATA
Republika, [Selisik], Minggu 17 Juni 2007SIHIR PEMULUNG KATA------------------->> Anwar HolidKepada Cium (Kumpulan Puisi)Penulis: Joko PinurboPenerbit: Gramedia Pustaka Utama (GPU), 2007Tebal: 44 hlm; 13.5x20 cmHarga: Rp20.000,-ISBN: 979-22-2716-4Nyaris semua kritik menyatakan salah satu puncak puisi Indonesia era 2000-an ada di pundak JokoPinurbo (Jokpin). Bahkan blurb buku puisi ini dengan bersemangat menyatakan: masa depan puisiIndonesia terletak pada tangannya. Bukti pengakuan itu tentu sejumlah prestasi: memenangiKhatulistiwa Literary Award berkat Kekasihku (2004); buku-bukunya laris, padahal hampir semuapenerbit pikir panjang bila hendak menerbitkan buku puisi saking trauma betapa sulit menjual bukupuisi. Menurut seorang editor GPU, Kepada Cium terjual 800 kopi dalam tiga minggu pertama masuk ketoko pada awal April 2007. Pencapaian itu sulit disamai penyair lain. Kepada Cium, kumpulan puisi kedelapan dia, amat lain dari segi materi dibandingkan buku diasebelumnya. Beda paling signifikan yaitu hilangnya tradisi tambahan esai terhadap puisi dalamedisi tersebut, termasuk tak ada endorsement sastrawan lain maupun pujian dari kritik terkemuka.Keputusan penulis dan penerbit ini bisa jadi semacam keyakinan makin besar bahwa Jokpin beranimenyerahkan puisi kepada pembaca tanpa harus ditemani pendapat kritik maupun disuguhi komentaryang biasanya cenderung dingin, serius, dan bahkan sampai tahap tertentu membatasi kebebasanpembaca yang ingin menikmati puisi seenak-enaknya.Buku ini sangat tipis, hanya terdiri dari 33 puisi, puisinya pun relatif pendek semua. Kesan tipisini disiasati dengan menambah sejumlah drawing karya Mirna Yulistianti, editor buku tersebut.Hasilnya, buku tampil tambah manis. Karena tipis, Kepada Cium bisa selesai dalam sekali baca,mungkin hanya butuh waktu kurang dari satu jam untuk menamatkan. Tapi, juga justru karena tipis,pembaca akan mudah sekali terpikat oleh puisi-puisi itu, akibatnya mereka akan mengulang-ulangmembaca. Jokpin tak menerangkan kenapa memutuskan hanya memuat 33 puisi, padahal dalam periode2005-2006 dia produktif dan karyanya terus bermunculan di media massa. Barangkali dia inginmemastikan pilihan tersebut bakal menyihir publik, sesuai ucapannya: 'Puisi yang baik adalah yangbisa menyihir.'Setelah bolak-balik membaca Kepada Cium, yang paling terasa ialah Jokpin mengurangi kadarmain-main yang mencapai puncaknya dalam Telepon Genggam (2003). Dia mengembara, memain-mainkanimajinasi dan logika, namun semua disampaikan hati-hati, lebih tenang, dan bilapun lucu, efeknyahanya menimbulkan senyum simpul, atau nyengir getir saking sangat menyindir. Di buku ini dia jelasberusaha mengekang hasrat mengembangkan puisi jadi flash fiction agar betul-betul tetap merupakanpuisi asli. Dari sana kita bisa yakin atas komentar Dr. Okke Kusuma Sumantri Zaimar bahwa keahlianJoko Pinurbo mengemukakan pisau bermata dua bukan bualan untuk meyakin-yakinkan publik maupun demimenyenang-nyenangkan penyair. TAHUN 2005 - 2006 merupakan periode perih bagi Indonesia; pada awal 2005 terjadi tsunami di Acehdan Sumatera Utara, kemudian menyusul berbagai bencana alam, banjir bandang, kebocoran lumpurpanas Lapindo, termasuk gempa di Jogjakarta, yang sempat merusakkan rumah Jokpin dan meruntuhkanrumah dua adiknya. Adakah peristiwa dalam periode itu tertatah di buku ini? Dia menulis puisitentang tsunami dan gempa, juga terpukul oleh kejadian fatal yang menimpa anak-anak karena kalaholeh kemiskinan. Wajar bila beberapa puisi bernuansa sedih, sekaligus religius dan peka sosial.Yang terbaik melampiaskan perasaannya terhadap keperihan antara lain 'Kepada Uang', 'Harga DuitTurun Lagi', dan 'Sehabis Sembahyang.' Menilik subjek yang muncul, Jokpin justru banyak mengulang atau makin mengulik tema yang dulu diaperkenalkan dalam Telepon Genggam. Kepada Cium banyak menggunakan citra telepon genggam, kesulitankomunikasi, kondisi sosial, dan tentu saja terus mencari sisi baru citra lama yang membuat penyairini legendaris: celana, celana dalam, kasih sayang, kenangan masa kecil, perihal tubuh danbenda-benda rumah. Sisanya macam-macam: menafakuri waktu, harapan, absurditas menghadapi kenyataanhidup, mengejek kepura-puraan, dan eksplorasi terhadap puisi dan bahasa itu sendiri. Dengan begituKepada Cium menghasilkan dua jenis puisi: yang langsung bisa dinikmati, bermakna jelas,menyinggung perasaan---jenis mata pisau pertama, karena langsung mengarah, menusuk ego manusiayang profan, ragawi, senantiasa kurang puas dan sulit sekali bersyukur. Lainnya kabur, unik,mengedepankan naluri, menarik-narik pembaca ke batas samar antara makna tersirat danharfiah---jenis mata pisau kedua, yang mengarah lebih pada permainan tafsir dan berbagaikemungkinan.Membahas 'pisau bermata dua', bisa diperdebatkan apakah itu suatu keunggulan atau justru merupakantanda ambiguitas dan ciri kelemahan? Bila merujuk pada Saini KM dalam Puisi dan BeberapaMasalahnya, ambiguitas di antaranya disebabkan oleh kegagalan penyair dalam menemukan lambang yangtepat untuk pikiran dan perasaannya, atau penyair sendiri ragu-ragu serta belum memutuskan apasebenarnya yang menjadi pokok renungannya, sikap dan perasaan apa yang dialami dalam hubungannyadengan pokok tersebut (hal. 213). Puisi sangat pendek Jokpin sangat potensial menghadirkanambiguitas, misalnya 'Ranjang Kecil', 'Magrib', 'Seperti Apa Terbebas dari Dendam Derita';barangkali disebabkan ketersediaan ruang penafsiran dari teks itu pun sangat sempit. Pembaca awampasti kesulitan menentukan maksud persis sang penyair sebenarnya apa. Ambiguitas sering sengajadisisakan penyair agar melahirkan polemik, macam-macam tafsir, bahkan mistifikasi.Kepada Cium tampaknya merupakan kado tanda ulang tahun ke-44 Jokpin. Dalam bingkisan itu diamemasukkan banyak isi, dari yang universal, menyangkut perhatian semua insan hingga ke detil batinindividu, yang intim, hanya bisa diresapi khusyuk sendirian.[]* Anwar Holid, editor & penulis lepas.Kontak: Jalan Kapten Abdul Hamid, Panorama II No. 26 B Bandung 40141 Telepon: (022) 2037348 HP: 08156-140621 Email: wartax@yahoo.comNever underestimate people. They do desire the cut of truth. Jangan meremehkan orang. Mereka sungguh ingin kebenaran sejati.© Natalie Goldberg----------------------------------------------------------Esai, resensi, artikel, dan lebih banyak tulisan. Kunjungi dan dukung blog sederhana ini:http://halamanganjil.blogspot.com

kritikan buat Andrea Hirata

menambahkan sedikit apa yang diungkapkan Mbak Echy...sebagai pengarang fiksi yang mencampurkan adanya fakta dan juga kajian menyerempet ilmiah, memang harus hati-2....
seperti yang ditulis Andrea tentang rumus integral tempo hari....karena latar belakang ilmiah bila dimasukan juga dlm cerita harus bener-2 sesuai dengan teori yng sebenarnya, kecuali apabila dia memuat atau mengajukan teori-2 baru.

aq sependapat dengan Prof. Jakop tentang tetraloginya Andrea ini, terlalu banyak yang memuji, sehingga sepertinya lanjutannya seakan dipaksakan...dan hasil buku ketiga yang tipis dan berisi cuman segitu.....semoga saja di buku ke empatnya dia lebih matang lagi , tidak mencari-cari fiksi yang di faktakan atau fakta-fakta yang di fiksikan secara tergesa-gesa...

sebagai pengarang justru kalau tidak ada yang mengkritik bukunya ya seperti sayur tanpa garam.
menerima pujian akan lebih mudah terutama dari pembaca yang begitu gampang terbakar emosi, tapi menghadapi kritikan pedas belum tentu dia bisa tahan, dan sebagai seseorang yang menghasilkan suatu karya harus siap diposisi kritikan ini, karena dengan dikritik berarti kita sudah mendapat perhatian dari yang kritik, dengan dikritik berarti ada tambahan orang yang sayang kepada kita, dengan dikritik ada tambahan kerjaan buat langkah selanjutnya, dengan dikritik........terakhir tidak ada manusia yang sempurna, karena sempurna hanya milik kekasih abadi kita Allah SWT.

salam kritik,
ilenk


----- Original Message -----
From: Dessy NS
To: klub-sastra@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, June 20, 2007 10:29 PM
Subject: [KlubSastraBentang] Laporan Andrea Hirata Di STISI Bandung
Hujan yang yang mengguyur Bandung tak sedikitpun mengurangi semangatku untuk meluncur menuju STSI, tempat dimana diskusi buku Tetralogi Laskar Pelangi diselenggarakan. Perjalananku cukup lancar, dari arah Soekarno Hatta menuju kawasan Buah Batu yang biasanya macet, ternyata siang ini terasa lebih sepi dari biasanya. Pukul 14.10 menit aku tiba di pelataran parkir, saat memarkir kendaraan aku bertemu dua orang guru SMA yang juga akan menghadiri acara tersebut. Kami langsung menuju lokasi.Acara ini diselenggarakan di lantai dua gedung jurusan teater . Saat mengisi buku tamu kami diberi 3 lembar fotocopian yang ternyata berisi catatan Prof.Jakob Sumarjo tentang Tetralogi Laskar Pelangi. Ruangan dalam keadaan gelap saat aku memasuki ruang pertemuan tsb, ternyata acara baru saja dimulai yang diawali dengan teater pendek Sang Pemimpi yang diambil dari adegan saat Ikal,Arai dan Jimbron tertangkap basah di bioskop, lalu adegan saat kepala sekolah menghukum mereka untuk membersikan wc lengkap dengan ocehan Jimbron tentang kuda-kudanya dan saat mereka harus memperagakan adegan sang majikan mengejar-ngejar pembantu saat menjemur pakaian. Persis seperti yang ada di buku, Ikal menjadi pembantu, Jimbron sang majikan dan Arai sebagai anjing yang melolong. Semua adegan tsb diiringi gelak tawa penonton yang sebagian besar adalah mahasiswa jurusan teater. Kebetulan aku mendapat sebuah bangku kosong di barisan ketiga dan sempat berkenalan dengan mbak Wita yang tenyata adalah salah satu panitia penyelenggara.Setelah acara teater tsb selesai kami sempat disuguhi makanan ringan dan segelas air mineral yang kemudian dilanjutkan dengan memperkenalkan sang penulis Andrea Hirata dan Bapak. Prof. Jakop Sumardjo. Beliau adalah Budayawan, Guru Besar STSI Bandung dan mengajar di Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam mata kuliah Filsafat Seni, Antropologi Seni, Sejarah Teater, daan Sosiologi Seni.Acara dipandu oleh moderator mas Heru ….(lupa nih belakangnya), Andrea sempat memperkenalkan beberapa "selebritis" seperti mas Kris dari Bentang lalu mbak Dian (istrinya mas Kris), mang Jamal dan kalau gak salah Hermawan aksan yang datang terlambat.Walau tidak hadir nama uda Akmal N.Basral juga sempat disebut-sebut. Seneng juga ahirnya bisa melihat wajah-wajah yang biasanya hanya tulisannya yang bisa dibaca di buku atau di milisProf.Jakob mengawali sesi awal dengan membahas buku-buku Andrea mulai dari Laskar pelangi, Sang pemimpi dan Edensor dengan segala kelebihan dan kekurangannya., lalu ditanggapi oleh Andrea dan yang menurut mas heru lebih ke pembelaan diri..he..he.Saat sesi tanya jawab tiba, pertanyaan lebih dinominasi oleh para mahasiwa STSI, beberapa menurutku agak meleset dari isi buku dan topik yang sedang dibahas karena mereka yang bertanya bahkan sama sekali belum membaca karya-karya Andrea, aku jadi geli sendiri melihat tingkah laku khas mahasiswa yang dengan pd-nya mengaku sbg seorang penyair. Andrea sempat mengungkapkan pengalamannya dalam 47 x diskusi buku yang ia lakukan dari kota ke kota bahwa kritikan pedas justru biasanya muncul dari "orang-orang cerdas" yang belum membaca karyanya, yang pada ahirnya melenceng kemana-mana. Ada juga mas Kris yang maju untuk menjelaskan "pertanggung jawabannya" sebagai penerbit atas kekurangan-kekurangan dalam Laskar Pelangi yang diulas pak Jakob.Pada ahir sesi tanya jawab seorang wanita menanyakan nasip A Ling dan bagaimana jadinya nasib Ikal jika seandainya Arai tidak ada ? pertanyaan tersebut dijawab dengan otak marketing seorang Andrea dengan cara menyarankan sang penanya mencarinya di buku keempat yang bejudul Maryamah Karpov. Penanya terahir (yang rada maksa ) mengungkapkan kekecewaannya karena diskusi lebih mengarah ke semacam jumpa fans yang yang lebih banyak menyanjung karya Andrea dan bukannya membahas tema pendidikan yang diangkat dalam buku laskar pelangi .Dalam catatannya selain memuji beberapa kelebihan Andrea dalam mengangkat kisah anak-anak Belitong yang ternyata hidup miskin di tengah tambang Timah yang tidak mereka nikmati, Prof Jakob membahas masalah fakta atau fiksi, seperti yang menjadi tema dalam pertemuan tersebut.berikut beberapa kutipan yang aku ambil dari:Biografi atau Novel, Fakta atau Fiksi? (Sebuah Catatan tentang Tetralogi Laskar pelangi karya Andrea Hirata)Oleh: Prof.Jakob Sumardjo."Persoalannya justru di sini, yaitu apakah itu fakta atu fiksi, atau fakta diramu dalam fiksi? Penerbitnya dan juga para pengulasnya menyebut karya-karyanya sebagai "novel" yang jelas genre fiksi dalam sastra. Sebagai novel tak perlu menghubungkannya dengan fakta-fakta pengalaman hidup Andrea. Pengarang bebas menggunakan fakta hidupnya untuk sesuatu makna sebagai respon terhadap persoalan hidup dirinya dan masyarakat. Dalam novel, apa yang dikisahkan pengarang tidak harus diartikan "telah tejadi secara histories" Semua cerita novel hanya sarana mengungkapkan makna pikiran dan perasaan dalam acuan impian, harapan, tata nilai subyektifnya"."Tetapi selama pembacaan, saya menilai bahwa buku-buku ini dimaksudkan sebagai otobiografi atau sekurang-kurangnya buku dari sebagian episode hidupnya. Buku ini mengandung fakta-fakta yang dialami penulisnya. Dan fakta-fakta itu penuh dengan keajaiban, bagaimana anak-anak miskin di pulau gersang itu dapat begitu cemerlang pemikirannya dan sebagian berhasil belajar di Eropa. Hidup memang penuh keajaiban dan ketidak-masuk akalan, dan kadang sulit dijelaskan.""Keberatan utama saya dalam menilai buku Andrea adalah cara menyusun dan membingkai refleksi pengalaman hidupnya dalam bentuk struktur yang solid. Akibat antusiamenya, semua mengalir deras dan abai terhadap penataannya. Logika cerita menjadi kesulitan saya yang utama dalam memahami nilai-nilai pengalamannya.""Saya dibuat heran bagaimana tokoh-tokoh sastra besar bisa mengomentari buku-buku Andrea ini dalam pujian-pujian yang begitu tinggi dan menjanjikan sebagi lahirnya penulis besar masa kini. Apakah mereka telah membaca serius buku-buku ini? Seluruh buku telah dibacanya? Memang, bahan cerita Andrea amat memikat untuk diceritakan, namun cara dia menceritakan itu telah mengaburkan makna penting bahannya sendiri. Kalu ditulis dalam perenungan yang lebih jernih dan tertata, bahan ceritanya bisa melahirkan karya sastra penting. Ketergesaan dalam menumpahkan kisah kesuksesan dengan antusiasme dan optimisme yang begitu percaya diri, terlihat dalam waktu dekat dia telah menulis serial tetraloginya begitu lascar pelangi meledak di pasaran."Acara berahir jam 5 sore (mundur 1 jam dari jadwal) ditandai dengan penyerahan cendera mata oleh panitia untuk bapak Jakob, Andrea dan mas Kris. lalu bagi-bagi buku dari Bentang untuk para pemain teater dan para penanya. (hiks… jadi sedih gak kebagian buku, diantara buku-buku tsb tdp bukunya Gabriel Garcia Marques "Seratus Tahun Kesunyian") Hujan gerimis menyambutku di pelataran parkir, begitupun awan gelap yang menggantung di atas langit kota Bandung, kemacetan khas jalan Buah Batu di sore hari menemani pikiranku yang masih tertinggal di STSI, ternyata ada satu criteria tambahan untuk menjadi seorang penulis: kuat mental dan tahan kritik. Jadi…syarat untuk menjadi seorang penulis adalah : membaca..membaca..membaca.. menulis..menulis..menulis dan….siap untuk dikritik.Temen-teman segitu dulu laporanku dari STSI Bandung, mungkin ada yang mau menambahkan ? mangga atuhh..Tabik,-Echy-
__._,_.___

Tuesday, June 19, 2007

berdir

berdiri, selendang terlepas pergi bersama pasir laut, rambut terurai, bau keringat pedangan asongan menawar
ada gerombolan semut, naik menuju mata kaki, gatal semakin gatal
berdiri, yang ditunggu tidak datang, perut mual masuk angin

15.25wib, jakarta sore merayap di kantor

Monday, June 18, 2007

ini komentar Mas Akmal untuk sajak jakarta berlinku

"jakarta-berlin"-nya oke lho, mbak ilenk. tapi di baris terakhir "ich wuensche (bukan wunche) dir" itu nggak kepotong ya mbak? karena kalau "ich wuensche dir" itu dalam bahasa inggrisnya "i wish you ..." , nah, apa yang di-wish-kan oleh si penulis syair itu?
atau maksudnya "ich vermisse dich', alias 'i miss you' (nggak pake 'but i hate you' seperti kata slank, hehehe...)
ach so, ngomongin jerman jadi inget lagu jadul banget dari peter maffay yang pasti mbak ilenk kenal banget: du.
Du bist alles, was ich habe auf der Welt, Du bist alles was ich will.Du, Du allein kannst mich versteh'n
(kaulah segalanya yang kumiliki di dunia, kaulah segalanya yang kuinginkan. kau, hanya kau seorang yang bisa mengertiku).
lho, lho, kok jadi mellow emo melongo kayak gini, hehehe.... nulis sajak terus ya mbak.
~a~

dikirim Mas akmal tanggal 30 Mei 2007 untuk komentrin sajak jakarta berlinku.
ada sedikit koreksi untuk untuk "ich wunche dir" seharusnya " ich braunche dich"
itu yang kubaca di smsnya yg tetinggal....hiks....uci...uci..

waktu acaranya mas Fajroel , dongeng untuk popy

lelah, berdiri lunglai, lapar, haus, mengantuk, tapi harus pulang malam ini
ku ketuk pintu taxi, melaju 100 km dalam hening malam, cepat melesat agar sampai di sarang
sapaan lembut sopir , sedikit senda gurau dan cerita tentang seribu nasib kemarau di kantongnya mencari kaisan rejeki
mata merem, terbang ke awan jauh, sampai kemudian terjaga di alam bawah sadar
aku tidur dan bermimpi berlari ke afrika, menjelajahi amsterdam, berlin, tokyo, pnom penh, manila, leiden. den haag, terjerabab di takuban prahu, bandung, bogor, jakarta

tak ada kata yg layak aq lukiskan kecuali, wow!
sejak awal ketika membuka buku dongeng untuk poppy, yang pertama terlintas adalah gaya penulisan.
gaya penulisan dan kata-kata Mas Fajroel bikin jantung bersiul sejenak, ini dia, penulisan yg tidak lazim pada puisi bebas negri ini dan terus terang ada sebagian puisiku kutulis memakai gaya itu.
pada waktu aq bicara kemarin dng Mas Fajroel, "Wah , mas gaya pian ampir sama ma ulun nih "
cuman kalah cetak duluan.

beliau cerita kalau puisinya non liris, ini sempat membuat bingung Mas Sujiwo Tejo ketika membacanya, dengan alunan suara putrinya beliau seperti menangkap nada ini liris apa non liris?. bingung juga akhirnya.
suasana malam itu betul-betul hidup, ini baru puisi, ini puisi baru, dibacakan oleh mereka yg bener-2 menghayati pembacaan puisi, maka membuat apa yang ditulis Mas Fajroel malam itu menjadi hidup dan sampai di kuping terasa indah didengar.

Pengenalan buku sastra apa itu puisi atau prosa, rasanya akan lebih hidup kalau sebagian dihadiri tokoh penyair atau sastrawan itu sendiri (ini menurutku). Karena terus terang saja akan terasa hidup.
Coba perhatikan, ketika Wanda Hamidah membaca dengan cara Mas Imam Soleh membaca akan lain. Intonasi, gaya, pakai menghentak-hentakkan kaki, bersiul dan bertepuk tangan seakan-akan, kita dibuat masuk dalam kata-kata yang ditulis Mas Fajroel bener-bener hidup oleh gaya mas Imam. Apalagi kemudian salah satu puisinya dinyanyikan oleh Mas Mukti yg berjudul "Mengiris Roti dunia"

Jadi disini ukuran selebrities tidak menjamin puisi bisa dibawakan dengan bener-bener hidup kecuali seleb itu orang teater juga dan bisa menjiwai seperti Mas Imam dan Mas Tejo..

saat pulang di rumah, aq membayangkan bagaimana nanti Oktober kata Mas Fajroel puisinya akan dibacakan secara teatrical di zone zero denpasar bali (Pada peringatan Bom Bali). Pasti Mas Tejo lebih lebih hidup lagi membawakannya (jadi kepengen kesana)

walau malam itu aq pulang jam 12 malam tapi hatiku puas banget bisa bincang-2 sejenak dengan Mas Fajroel, foto-2 ama Uda Akmal, kenalan sama Mbak Etty (aih mbak Aura cakep banget, kita besanan yuukkkkk !!_), sama Sekar, sama Mbak Indah Indosiar, Mas Baihaqi, ketemu Mas Hermawan (aku sudah sore nyampe di mp book, jadi gak sempat ngikutin acaran mas Her, tapi masih sempat uluk salam sama Mas Her), ketemu Mang Jamal yg bener-2 hampir ganteng, waduh kok aq ga dibagi bukunya? dan sma Mbak Ita (kapan neh kita ke Bandung nemuin teh Senny)

pada hari itu bersamaan juga Jokpin meluncurkan puisinya, aq sempat nyeletuk sama Mas Fajroel, Uda Akmal kalau puisi Jokpin ma biasa saja (maklum kebiasaan baca yg jauh lebih cuman mereka ga mau menerbitkan), pas saat bilang gitu juga malam sama Mas Kef sama Mbak Endah, eh Mas Kef bilang "Tuh Ada penggemar Jokpin" sambil nunjuk Mbak Endah. Biar saja ada penggemar, wong aq gak suka heheheheheheh.
Bukan gak suka, cuman aq melihatnya kata-kata dia itu masih umum, stylenya masih seperti GM, Sapardi, dll.
Nah, kalau kata-2 Mas Fajroel ini, stylenya dia udah buat yg khusus.
Jadi aliran puisi bebas tapi Gothiq gitu lho! Duh, Mas Fajroel bukan non liris, tapi lebih bergaya Gothiq mas (beliau sempat cerita kalau agak sulit juga mencari gaya tulisan yg dipakai Nazi, ternyata katanya tulisan Nazi itu pakai tangan emang rada-2 mirip Gothiq gini, namun ya tulisan Nazi ga ketemu ini juga bagus kok)

Aq lebih condong gaya puisi Mas Fajroel merupakan era pembaharuan dari puisi bebas sekarang. Liris Gothiq kali ya enaknya...

yang pasti puisimu hadir menjadikan pilihan lain dari gaya kata dan penulisan, tidak bercermin pada patrun puisi bebas selama ini. Bener-bener Lari ke Afrika !

sesuai janjiku malam itu pada Mbak Ita dan Aunti Endah, aq sertakan puisi aq yg seperti Mas Fajroel.

.......................

jakarta - berlin

telepon berhenti sejenak, berpikir, melamun, tegang, bisu, gemetar, kertas, ballpoint, pinsil, tersungkur sejenak disisi meja, ambil hp dan baca sms

;"bunda amy yang baik, aku tidak dapat menjumpaimu besok pagi, karena sorenya harus segera berangkat ke berlin, mendadak !"

lemas, putus asa, teh poci telah habis kering tenggorokan, mau berlari dalam lorong tapi sepi mencekam, tak mampu berdiri apalagi pergi
besok, lusa, minggu , depan, kapan lagi, tahunan, berapa detik jam dan hari lagi aku akan jumpa kamu?
lelaki di perempatan jalan, berjanji dalam empat tahun kembali dari negeri empat musim jauh dalam bilangan bulan empat

:menghantar rindu, jakarta - berlin dalam rajutan, mimpi, pelukan hangat, salju, gugur daun, semi dan panas bikini dan belepotan bibir sensual menghias sampul hari sepi, melayang autobahn "ich braunche dich"

jakarta, 10 april 2000 13.00 wib

..........................................................

gimana Mbk Ita, Aunti Endah, kan hampir mirip toh, cuma aq gak cetak saja.....hehehehehe
makanya membaca tulisan Mas Fajroel tentang Berlin, jadi inga inga inga think !!!!!

okey, aq pikir cukup kali ya Aunti Endah tambahan laporannya, maklum ini membuatnya sambil nyuri,nyuri, biasa monday monday !

ya, lebih enak hari Sabtu ya Aunti, dan lebih hidup lagi kalau tokoh2 seleb sastrawan/penyair juga hadir

salam sastra,
ilenk

28 mei 2007