Tuesday, July 24, 2007

selimut

tebalmu membuat gerah bila panas tiba
kadang kurindu kala kabut datang memeluk
membias gigil dalam ngilu demam tinggi
kadang terpaksa jadi lap ompol
dan juga kain pel bila kebanjiran
berhari tanpa dicuci
bau apek bikin suka bayi-bayi


jakarta 13.00 wib

Wednesday, July 18, 2007

detik demi detik sama saja,

pagi berlari kala subuh masih berselimut bumi, naik turun jurusan itu saja dan menatap tangga coklat dalam hening
membuka komputer,menyalakan printer dalam redup mata koma terbilang
semilir ac menebar berpacu dengan wangian di tubuh dan menyisir badan menepis bedak
kecup bibir beradu dengan gigi dalam sarapan pagi sambil menatap layar kaca dalam berita selebrities
jam delapan seperti biasa berlari mulai bertapa
di tengah sorak dering telepon dan bunyi clip beradu dengan kertas
siang terjaga hanya menjejali perut dalam kerontang melilit
sesekali di selingi pertemuan kadang terasa basi
sampai sore menjelang dalam penat
naik turun jurusan itu lagi
kembali lagi dalam tidur panjang
lelah

jakarta, 19 juli 2007 13.25wib

Sunday, July 15, 2007

sms, sastra maszhab selangkangan

menerima email dari agung bayu nusantara pada hari senin 16 juli 2007 yang membahas SMS ini sangat menarik. aq baru saja membaca kumcernya Lan Fang "Kota Tanpa Kelamin", disitu terus terang agak jengah membacanya, begitu nyata pengarang menelanjangi kata-kata yang tadinya sangat tabu diucapkan apalagi ini dicetak dan diedarkan di umum, yang kemungkinan dibaca aanak-anak remaja.
baru saja akan meberikan komentar , eh datang email mas agung ini membahas soal SMS.
ya, aq merasakan justru pengarang wanita/perempuan yang begitu berani mengupas soal ini dibandingkan pria. mungkin kalau pria sepintas agak lumrah gitu, melihat latar belakang pria, tetapi ini justru ditulis oleh wanita yang sebenarnya atribut kewanitaannya lebih kental dibanding pria. apakah ini dalam rangka emansipasi atau suatu pemberontakan dalam penulisan ? aq sepertinya harus bertanya lebih dalam pada mereka dengan jawaban sejujurnya.
terlepas dari alasan apapun juga, rasanya dari segi etika dan penulisan sastra yang dikenal dengan pengungkapan yang halus, kok kelihatan kasar dan vulgar. dalam buku dan dalam pengungkapan verbal, mungkin akan beda. dalam buku yang diterbitkan dan kemungkinan dibaca oleh orang banyak, maka pengaruhnya akan lebih luas dibandingkan mungkinpengarang-2 wanita tersebut berbicara di forum yg pesertanya terbatas.
apakah dalam hal ini ada pemberontakan terhadap perilaku lelaki yang lebih kejam di realita kehidupan dalam memberlakukan perempuan sehingga menyebabkan perempuan-perempuan itu dengan berani mengungkapkan tulisan-2 vulgar dan kesan kasar kepada khalayak ramai ? atau kebiasaan kaum lelaki pada umumnya yang berpura santun didepan umum, tetapi lebih keji perbuatan sehingga tanpa bisa terucap dengan kata-2, sehingga kaum pengarang perempuan berani ber SMS? rasanya masih harus berinterview lebih dalam dengan mereka, mengapa hal itu dilakukan?
salah satu tugas pengarang adalah menyampaikan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat disekitarnya dengan cara penyampaian dengan menulis sebisa dia tulis dengan bahasa yang dia bisa kuasai untuk menyampaikan apa yang aneh dan terjadi. melihat mendengar, mencium mencermati dan kemudian riset sampai akhirnya menuangkan dalam tulisan tentunya bermacam cara dia gunakan. dengan bahasa sederhana, ataukah bahasa langit (bahasa sastra tingkat tinggi) atau bahasa vulgar dan kasar (karena dinyakini ini bahasa yang mungkin tepat apabila keadaan memang sudah genting)

aq masih harus bertanya terus dengan mereka, yang kulihat adalah fenomena SMS hanya pada beberapa pengarang wanita saja, masih banyak pengarang wanita yang menulis dengan bahasa jati diri mereka sebagai wanita yang lain.

aq tidak berusaha membela mereka, cuma sekeliling ini berpacu dengan tulisan, kita melarang tulisan vulgar, tetapi internet tayangan tv dan mediasi lain berlomba merebut hati jutaan pemirsa anak dan remaja. apa yang bisa dilakukan ? kembali pada kita sendiri untuk membentengi memilah kemunduran zaman ini dengan mengkotak-2 bacaan mana yg baik dan yang buruk

aq pikir begitu enaknya, soalnya kalau dilarang bukunya beredar, tetapi tontonan, internet, dll masuk terus ya percuma.

jakarta 12.30 wib

Thursday, July 5, 2007

Imperia 3, bahasan terakhir

Tulisan ke tiga lanjutan “Imperia”

c. Cinta
· Meiske

“Justru karena Stefan itu anakku, maka kesedihannya adalah jurang paling terjal yang akan mencabik-cabik tubuhku, dan kebahagiannya adalah pilar-pilar yang membuatku mampu survive selama ini. Bahkan bila kebahagiaanya ternyata tak sejalan dengan definisiku tentang kebahagiaan itu sendiri. “

penggalan kalimat menarik yang diucapkan dari tokoh Meiske salah seorang redaksi senior pada majalah Dimensi yang bercerita anaknya Stefan adalah Gay. Walau dia bersuamikan orang barat dan hidup dengan pola pikiran barat bahwa gay sudah dianggap normal, biasa bukan abnormal seperti di dunia timur, tetapi was-was selalu ada dalam hatinya sebagai Ibu. Bagaimana Stefan bisa melanjutkan keturunan keluarganya kelak ? Bagaimana ia bisa punya anak? Anak secara biologis. Dia terkejut dan menyadari bahwa silsilah keluarganya akan selesai sampai di Stefan.
Disini ditemukan rasa cintanya yang dalam terhadap anaknya walau mempunyai kelainan.
Cerita ini aku melihat pada diri perancang muda berbakat kakaknya Mario Lawalata, dimana ibunya Pegy Lawalata dengan begitu santainya melihat perubahan terhadap anaknya yang lemah gemulai bak perempuan dengan kesabaran rasa cinta tinggi dan malah dengan keadaan yang begitu dapat berkarya dan menghasilkan sesuatu yang sangat dibanggakan. Bahkan konon dalam suatu wawancara perancang muda tersebut ditanya apabila diberikan waktu untuk hidup kembali ke dua kalinya , kau ingin menjadi apa?, dia menjawab dengan santai “menjadi sama seperti yang sekarang ini”
Wow, suatu pilihan yang benar-benar bertanggung jawab dan tidak ada pemberontakan terhadap Tuhan bahwa kenapa aku diciptakan berbeda.
Kalau dalam madzab Sufi sudah dalam tingkatan 10, kesempurnaan menyatu dalam keinginan Ilahi.

· Wikan Larasati

Wikan menangis, Ia ingat neneknya. Ia ingat ibunya, yang tak pernah dikenalnya dengan baik (meninggal saat dia masih kecil). Ia ingat ayahnya, yang tak pernah dikenangnya dengan patut. Ia ingat semua luka jiwa yang sudah dikuburnya, tapi seperti menyeruak kembali ke depan matanya.
Reporter baru di Majalah Dimensi, tokoh muda, masih kriuk, baru lulus dari bangku kuliah, fresh from the oven.
Dan kebanyakan masih idealis, dan hejo dalam melihat situasi dan kondisi di dunia kerja, dengan latar belakang jiwa yang membentuknya dalam asuhan nenek tercinta, ke dua orang tuanya sudah tiada, membuat Wikan tumbuh menjadi gadis dalam tanda tanya. (Antara cinta nenek yang membesarkannya dan dambaan akan kasih sayang yang hilang dari figure orang tuanya)

Melalui hari-hari kerja pertamanya di majalah Dimensi dan menemukan kejutan-kejutan selama satu minggu pertamanya, dan calon terdakwa tanpa ada pengadilan sekalipun untuk nantinya dikeluarkan dari perusahaan dimana dia baru bernaung tersebut.

Mempunyai kelebihan ESP extra sensory perception (telepati, psikokinesis, prekognisi dan clairvoyance)

Aku jadi teringat diriku sendiri, aku juga tidak tahu masuk di golongan yang mana, kadang-kadang mempunyai indra keenam dalam melihat orang atau merasakan adanya sesuatu akan terjadi, Cuma terkadang susah untuk menjelaskannya.

Beberapa temanku dari Makasar, Banten dan Yogja pernah berkata, di mata kiriku melihat ada seorang perempuan cantik seperti putri raja. Aku merinding ketika mereka memberitahuku seperti itu. Almarhum pacarku dulu juga berkata, di sorot tajam mataku terlihat bukan pancaran mataku yang sebenarnya tetapi ada mata lain, seperti elang, mata lelaki. (byuhh !)

Hiyyyyyy suka merinding. Yang kurasakan adalah bila ada seseorang yang akan melakukan sesuatu tindakan padaku yang sekiranya nanti akan mencelakakanku, biasanya aku terasa, sejak awal biasanya sudah menjaga jarak, begitu juga apabila melihat orang yang sejak awal perangainya sudah tidak berkenan di hatiku, maka aku biasanya akan menjauh, males berteman dengannya.
Begitu juga dengan firasat, bepergian atau hendak melakukan sesuatu, akan terasa sekali bila nanti tidak berjalan lancar.
Apabila ada orang yang mempunyai simpanan jin, pusaka atau bau-bau klenik selalu aku bisa merasakan.

Kejelekannya adalah bila aku marah terus suka mengeluarkan sumpah serapah. Hal ini sudah beberapa kali terjadi, dan adik serta sahabatku sudah menjadi korban atas sumpah serapah yang aku ucapkan. Maka itu sejak itu sampai sekarang aku selalu menjaga hati supaya tidak emosi dan akhirnya bisa mencelakakn orang lain.

Untuk model seperti , aku tidak tahu Uda Akmal masuk ESP atau yang lain ?

Pandangan akhir dari Imperia

Masih ada beberapa tokoh dalam buku ini, yang kesemuanya begitu menarik untuk dibahas, juga penokohannya begitu kuat. Tokoh Arlen, walau sepintas, tetapi tokoh ini sering dijumpai dikeseharian, bagi pegawai yang merasa dirinya senior, takut tidak dihormati oleh yunior, orang baru, dan biasanya kecemburuan itu berubah jadi dengki kalau yuniornya ini lebih pintar, cantik dan bisa menarik atasannya sehingga lebih banyak diberi order kerjaan atau malah promosi daripada mereka yang senior.

Uda Akmal begitu teliti tentang setting cerita, tahun bulan, waktu semuanya tersaji dengan begitu apiknya. Sebuah buku yang membuat aku tidak lepas selama seharian ingin secepatnya menyelesaikannya dan penasaran terhadap siapa pembunuh yang sebenarnya.

Serpihan musik dan pengetahuan begitu apik disusun, aku menari memutar kembali lagu Sting, The Corrs juga Queen dan wow R.E.M

Juga serpihan petuah Kyai Sepuh itu benar-benar merasuk dalam hatiku. Uda Akmal benar-benar deh !! acungan jempol buatmu. Pengalaman menjadi wartawan dan penulis membuat dua kombinasi ini dapat meramu sajian yang begitu apik, sekelas Dan Brown.


Danau Bodense, kebab….aha…melayang kembali dalam ingatanku Uda, Imperiamu benar-benar menyihirku kembali dalam tata masa lalu, kini dan nanti seperti kata Jenderal Pur “Jangan jadi orang nomor satu”

Penulis memberitahuku bahwa akan ada kelanjutan dari cerita ini, dia sengaja menggantung cerita, aku lebih suka dengan cerita yang menggantung, tidak titik, karena kehidupan ini juga menggantung tiada pernah ada titik, sekalipun kita sudah mati, akan terus berlanjut sampai nanti pengadilan terakhir di padang Masyar.

Kami dari konstituen “Betha Gama merajut sastra” memberikan nilai “threeplus” buat Imperiamu ini.

Dan kami dengan senang hari akan menunggu kelanjutannya, dan semoga rencana pembuatan filmnya bisa segera terlaksana.

Aku sudah bayangkan yang jadi MC adalah KD, terus yang jadi Jenderal Pur siapa ya Uda ?

So, hold on, hold on
Hold on
Hold on

Kamis, 14.45 5 Juli 2007

imperia 2, lanjutan bedah buku Akmal

Tulisan ke dua lanjutan “Imperia”

B. Pengkhianatan
· Rendra

“Jangan pernah mendahului takdir Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi, dengan menghakimi proses pencarian keimanan seseorang. Jalan yang ditempuh orang per orang itu berbeda, anakku. Kau tak akan pernah mengetahui hasil pencarian seseorang, bila sumpah serapah dan kebencian sudah mengotori kebersihan kalbumu. Jangan mempertuhankan dirimu sendiri dengan merasa kaulah hakim tertinggi yang berhak menilai segalanya, bahkan terhadap jalan hidup anakmu sendiri”

penggalan ini diucapkan oleh kakek buyut Rendra suami MC dalam buku diatas. Tokoh Rendra sebagai suami MC mengingatkan aku akan suami penyanyi terkenal di tanah air. Aku tak tahu apa obsesi Uda Akmal menulis tokoh ini rada-rada mirip dia, kakek buyut yang besar dikalangan pesantren, hanya bedanya ayah Rendra disini adalah seorang pejabat tinggi di Deplu, sedangkan suami penyanyi itu ayahnya adalah seorang Kyai cukup terpandang di Rambipuji, Jember sana.
Sosok dalam buku ini mencerminkan pemberontakan seorang anak dan sekaligus seorang anak yang kehilangan figure Ibu yang sangat dia cintai diusianya yang masih muda.
Dalam cerita tersebut, Ibu Rendra juga memberontak ingin menjadi pelukis yang dikalangan pesantren tentu saja di haramkan untuk dijalankan apalagi oleh santriwati anak seorang pendiri pesantren. Aib! Namun nasehat kakek buyut Rendra yang melihatnya sebagai pencarian diri atas “siapakah aku ini sebenarnya?” bagi perkembangan jiwa cucunya memperbolehkan dia menjadi perupa sampai pada suatu titik akhirnya Ibunya bisa mengenal dirinya sendiri dan kembali lagi menjadi perempuan soleh seperti yang diharapkan ayahnya.

Bagi orang yang berkutat di dunia agama yang kental dengan larangan, norma dan macam-2 bentuk aturan tentu saja pencarian Ibu Rendra mengenal Tuhan menjadikan aneh, bahkan mungkin apabila dibawah ke tempat Ibu-ibu pengajian akan dicap sebagai “perempuan abnormal”.
Itulah betapa ilmu untuk bisa mengerti tentang jiwa yang berkelana untuk mencari oase kedamaian itu dibutuhkan dan hanya bisa dicapai oleh mereka yang benar-benar sudah mumpuni lahir batin kepekaannya dalam melihat kehidupan yang sebenar-benarnya.
Aku jadi teringat cerita Sunan Bonang ketika awalnya dia bertemu Sunan Kalijaga sebelum beliau menjadi sunan, masih sebagai kepala perampok.

Rendra yang macho penampilan tetapi rapuh dalam perhatian dan kasih sayang akhirnya menikah dengan MC yang punya pribadi ingin selalu menguasai dengan topeng dibalik kelembutan dan kepasrahannya. Perpaduan yang sering dijumpai pada Lelaki Takut Istri atau ISTI (Ikatan Suami Takut Istri), dimana Istri begitu dominant mengatur suami, sampai-sampai uang buat ongkos pp saja diberikan pas di kantong celananya. Di lingkungan sekitar kita banyak sekali dijumpai suami-suami seperti ini. Ada yang memang sejak awal sudah kalah posisi dengansang istri yang lebih tegas, lebih suka mengatur, lebih dominan sebagai pemimpin keluarga walau yang mencari nafkah itu suami. Ada juga yang memang sejak awal dia sudah benar-benar kalah set, yang mencari nafkah adalah istrinya. Dia dibuat benar-benar tidak punya daya, kekuatan karena hegemoni sebagai pencari nafkah diambil alih oleh istri, jadinya dia berperan “Istriku adalah suamiku”
Apalagi Rendra yang pada awalnya dia ikut berperan sebagai pencipta lagu-lagu MC, namun kepopulerannya kalah jauh dibandingkan dengan istrinya, bahkan pundit-pundi keuangan yang mengalir adalah lebih besar jerih payah istrinya dibandingkan dia. Hal ini yang menyebabkan dia akhirnya menjadi bersikap apatis, bahkan cenderung membenarkan, “sendiko dawuh” menurut tanpa perlawanan pada semua tindakan, ucapan isrinya. Sampai dia dikhianati juga masih mereka-reka, apa iya sih, dan mata hatinya sepertinya tertutup masih menganggap istrinya itu seorang Dewi bagi anak dan keluarganya, walaupun realita sebenarnya terbalik.
Apa karena begitu cinta atau kemungkinan tidak ada nyali untuk bertindak lebih lanjut, tapi kenyataannya Rendra ini tetap masih menyangsikan apakah istrinya itu telah selingkuh di depan matanya?.

· Adel

“Persetan dengan Imperiamu! Kau lebih memuja patung dingin itu ketimbang Ibumu sendiri. Selama aku mengikutimu, tak pernah aku lihat kau menunjukkan rasa cinta dan banggamu kepada Ibumu seperti rasa bangga dan cintamu pada Imperia”

penggalan cacimaki yang diucapkan Adel , Sang manajer MC pada beberapa halaman akhir dari cerita diatas.

Apa gunanya terlihat indah berkilau kalau tak punya kekuasaan samasekali?

Setelah 10 tahun yang menekan, di mana MC memenangkan pertempuran demi pertempuran untuk meraih popularitas bagi dirinya sendiri , kini saatnya mata dunia terbuka untuk melihat siapa yang sesungguhnya memenangkan perang : MC atau dirinya ?

Itu yang selalu ada dalam pikiran Adel sang manajer. Dia sudah terlanjur luka dalam atas semua kepopuleran yang dialami oleh sahabat, anak asuhnya sendiri sebagai penyayi. Pada awalnya dia dan MC sama-sama merintis menjadi penyanyi namun bintang kemujuran berpihak pada MC dan pada akhirnya dia diangkat MC menjadi manager sekaligus pelatih vokalnya, karena tahu betul MC atas kelebihan dari Adel ini.
Tetapi ketahanan seseorang ada batasnya, apalagi bila kecemburuan dan rasa sakit hati itu tertanam bertahun-tahun dan kemudian bila ada jalan untuk membalasnya, maka dia tidak segan-segan melakukan balasan , pengkhianatan yang langsung telak Quik-shok.

Jenis orang seperti ini amat sangat berbahaya, bisa cobra dan belitan Phyton masih kala dahsyat serangannya. Maka itu hati-hatilah! Waspadalah! (kayak layar RCTI)

“Selamat tinggal, Mel. Hidup kita terlalu indah untuk dilupakan, namun terlalu menyakitkan untuk dikenang”

ucapan terakhir Adel sebelum meninggalkan MC kala dia berterus terang terhadap semua pengkhianatan yang telah dia lakukan. Betul-betul serangan telak. Top-gun !
Ungkapan True friend stabs you in the front tidak berlaku lagi, usang, kuno, garing !!

Tokoh Adel ini membuat aku menjadi mantap bahwa jangan pernah percaya kepada siapapun walau itu orang terdekatmu sekalipun, waspada tetap harus selalu dijalankan dan review terhadap apa yang sudah kita lakukan amat sangat penting, terutama kalau kita terlibat kerjasama dengan orang lain yang melibatkan sejumlah uang.
Ada pemeo yang bilang “Sodara ya sodara, tapi uang ya tetep uang, bisniss it’s bisniss”

bersambung......ke 3

11.10wib...siang merayap

Imperia, membedah buku karangan Akmal

“Imperia”
Kekuasaan, loyal, pengkhianatan dan cinta (I)
Oleh : Konstituen Betha Gama merajut sastra / ilenk

“kamu masih ingat danau Bodense, patung Imperia ? dan ceritamu barusan itu sama seperti Jenderal Pur?”

sms itu masuk dari Berlin suatu malam, sesudah percakapan panjang lewat hp dengannya.

“siapa Jenderal Pur?’
“katanya kenal dengan Akmal? Masa buku dia yang satu itu kamu belum baca? judul bukunya sama dengan patung idolamu itu, kalau ingin tahu jawabannya ya, cari liebling !”

jawaban sms terakhir bikin penasaran, rupanya ada buku Uda Akmal berjudul patung itu. Keesokan harinya tanpa ba bi bu, aku order ke toko buku langgananku minta secepatnya dikirim.

Ketika kusampaikan pada dua sahabatku, mereka ketawa “Wah kowe ini kemana saja? kami-kami udah selesai lama baca buku itu, sekarang malah mau kami omongin denganmu sehubungan sering kamu dengung-2kan menjadi orang kedua itu lebih enak dari pertama di kekuasaan”
Wah, betul-betul ketinggalan kereta jauh amat. Melihat halaman cetakan I bulan Juni 2005, ketinggalan satu tahun. Hiks...

A. Kekuasaan dan loyal
· Jenderal Pur

“Jangan pernah berkeinginan berada di puncak dan menjadi nomor satu, karena kau akan menjadi sasaran tembak yang paling mudah. Begitu kau jatuh, kau akan jatuh dengan telak, menyakitkan. Jadilah orang nomor dua tapi dengan kekuasaan nyata. Kau tak terlihat, tetapi ada”

“Menjadi nomor satu adalah hal terbodoh dalam kehidupan. Kau tak kuberikan status semu, tapi kehidupan nyata”

dua penggalan kalimat diatas aku ambil dari buku Uda Akmal dengan judul Imperia. Nama ini diambil dari nama Patung perempuan cantik yang berdiri di kota Kontanz di Negara Jerman di tepi danau Bodense, danau cantik yang terdapat di selatan , disana. Patung tersebut konon adalah seorang perempuan pelacur Italia tetapi dia menguasai di tangan kanan raja Sigismund dan di tangan kiri Paus Martinus V.

kalimat tersebut diucapkan oleh tokoh bernama Jenderal Pur yang terdapat dalam buku tersebut. Tokoh ini yang kemudian masuk dalam kehidupan penyanyi bernama Melanie Capricia sebagai the other Men/Women (kekasih gelap Melanie atau sebaliknya Melanie gundik Jenderal Pur, tergantung kacamata pembaca mau dilihat dari sisi mana, dua-dua nya sama menariknya) dan tanpa sadar hubungan diam-2 antara penyanyi dengan dia membawa jurang kehancuran bagi karier penyanyi tersebut tanpa disadarinya.
Jenderal Pur ini mengingatkan aku akan tokoh beberapa jenderal purnawiraman era Suharto yang berebut pengaruh di militer dan public. Aku mencata ada almarhum Ali Murtopo, M. Yusuf, Amir Machmud dan juga bekas petinggi BAKIN sekarang jadi BIN, yang pasti pikiranku bukan oleh sosoknya yang jenderal tetapi kekuasaannya yang tidak pernah berhenti dan mati walaupun beliau sudah pension.
Menjadi tokoh kedua namun sebenarnya adalah pengendali pertama juga mengingatkan akan sosok almarmuh Tien Suharto, yang konon katanya ada rumor ketika Suharto lengser “Wah , pak Harto baru dua tahun sudah lengser !” . “Kok dua tahun bukannya 32 tahun ?!”. “Yang tiga puluh tahun itu Bu Tien. Yang jadi presiden republik ke dua negeri ini sebenarnya bu Tien bukan pak Harto”.
Ketika itu sudah bukan rahasia lagi, mau tanam PMA,PMDN, jadi menteri, gubernur, walikota semuanya kudu sowan di istana Cendana dulu sebelum melakukan langkah selanjutnya. Itu konon katanya (seperti lagunya Alam saja)
Sejujurnya dalam kehidupan sehari-hari juga banyak diketemukan tokoh pengendali kekuasaan ini, menurutku menjadi tokoh kedua atau dibalik layar lebih aman dari bidikan musuh maupun apabila ada kesalahan yang dilakukan oleh tokoh pertama. Alasan laen menurutku adanya suatu kepuasan batin apabila kita bisa memerintah orang dengan pola pikiran kita dan orang itu adalah bos kita/atasan kita. Aku paling suka dan menikmati peran tokoh di belakang layar ini. Apalagi jejaknya jarang bisa diketemukan dan paling suka dengan tokoh pertama yang gila kekuasaan tapi lemah dalam bertindak, ini bisa jadi biduk catur yang menyenangkan bagiku.
Tapi tidak semua orang suka dengan peran dan menjalani sebagai tokoh pengendali di belakang layar ini, kebanyakan orang gila hormat, gila kekuasaan, ingin menempatkan pada posisi utama supaya orang tahu kalau dia itu orang nomor satu, padahal dalam memerintah kesehariannya dia sangat bergantung pada orang lain, dan kelemahan kebanyakan orang-orang ini adalah dia tidak merasa kalau dikendalikan oleh bawahannya atau orang terdekatnya/kepercayaannya.

“Yang kau butuhkan sekarang adalah anakbuah yang loyal, bukan yang kritis”

penggalan kalimat diatas itu diucapkan Jenderal Pur pada anak buahnya Moorhan yang dia pasang di majalah Dimensi sebagai orang nomor dua setelah Pemimpin Redaksi.

Loyal dan kritis atau hanya loyal saja tanpa adanya kritis cukup membingungkan posisiku sebagai anakbuah.
Kadang begitu loyalnya aku pada atasan, namun balasan yang kuterima tidak seimbang, pun ketika memposisikan sebagai karyawan yang kritis cukup juga membahayakan terutama bila bos itu type orang yang “wright or wrong this is me”. Mungkin kombinasi keduanya bisa membuat lebih harmoni, tetapi sampai sekarangpun aku menjalaninya hasilnya tetap tidak sesuai dengan harapan.
Yang terasa adalah ketika kita mempunyai bawahan yang loyal memang lebih terasa nyaman mengendalikan mereka dibandingkan yang kritis, isinya mengkritik melulu dan kesannya ambil keuntungan dikala kita dalam posisi terjepit. Tetapi pada anak buah yang loyal, kita masih mendapatkan perlindungan dan belaan dari mereka, mungkin mereka mengingat kebaikan-2 yang sudah kita berikan, walau kesannya seperti minta balasan. Dikalangan militer dan dunia mafia, loyalitas total sangat dibutuhkan demi karier lebih lanjut juga kepercayaan yang lebih besar dari bos/atasan.

· Melanie Capricia

“Kalau kamu berada di depan Imperia, kamu bisa lihat seringainya yang penuh keyakinan seakan-akan memastikan mereka memang di bawah pengaruhnya. Satu petinggi Negara, satu petinggi agama, dikontrol seorang yang sering diludahi sebagai sampah masyarakat. Ironi yang sangat indah, bukan?”

penggalan kalimat itu diucapkan oleh Melanie Capricia, seorang tokoh lain di buku ini dan sebagai penyanyi terkenal, seorang diva. Disitu dia begitu mengidolakan tokoh Imperia yang sudah disebutkan diatas dan terobsesi dia juga sebagai jelmaan Imperia lain yang hidup di negeri ini. Dimana di tangan kanannya dia sudah menggenggam dunia pers/komunikasi dan informasi dan di tangan kirinya seorang jenderal yang punya pengaruh kuat di negeri ini.

Dengan pemikiran seperti Imperia itu, dia sudah merasa nyaman bercokol sebagai penyanyi papan atas dan sepertinya jauh dari cobaan ataupun saingan yang berusaha mencokel kedudukannya sebagai diva yang selalu dielu-2kan , selalu ditunggu-tunggu album barunya oleh penggemar yang berjumlah jutaan di tanah air.
Kesombongannya tidak ditampakan dalam tiap kali bertemu sua baik dengan kalangan wartawan ketika jumpa pers ataupun dengan penggemarnya.
Dia benar-benar memakai topeng menjadi penyanyi yang cantik tapi kesannya bodoh, inosence, yang hanya jual tampang dan suara yang pas-pasan. Dia menyadari kelebihan yang dia harus tutupi juga kekurangan yang dia punyai dengan cara menjadi Imperia tersebut.

Justru dengan kesombongannya ini dia bisa melakukan apapun juga demi keinginannya, bahkan dia berani mengorbankan suami dan keluarganya demi ketenaran yang sudah terlanjur dia peroleh dengan susah payah.
Biasanya tameng “tawaran bagus tidak datang dua kali dalam hidup” mereka tenggelam dalam kesombongan Imperia ini, merasa dengan puas sudah menggenggam separuh dunia, begitu sering mereka ucapkan.

Namun perlu diingat, biasanya pada orang-orang type seperti ini, akan kehilangan kewaspadaannya terhadap orang paling dekat yang berada disisinya. Dalam buku ini diceritakan bahwa MC (penyanyi ini biasa disebut) justru dikhianati oleh Adel, manajernya sendiri, sahabatnya, guru menyanyi sejak awal dia mulai merintis di dunia nyanyi yang kadang-kadang dia perlakukan tidak hanya sebagai manajernya suatu jabatan terhormat, tapi juga tak lebih dari pembantu/baby sitter bagi anak-anak MC.
MC dengan sadar mengkhianati suami juga anak-2nya tanpa merasa dosa sebagai pacar Sang Jenderal dan merasa mampu sudah menundukkan Sang Jenderal, rupanya masih ada Imperia lain yang lebih berkuasa dari dirinya.

Tokoh Melanie ini membuat aku tidak begitu suka dengan kekuasaan mutlak seorang istri (dominant) terhadap suaminya, karena bagaimanapun juga suami adalah partner kita dalam mengarungi biduk rumah tangga, dan kita sebagai wanita tidak dapat memungkirinya bahwa mereka adalah Imam/pemimpin bagi kaum wanita dan keluarganya, tetapi akupun juga tidak suka terhadap lelaki yang terlalu dominant terhadap istrinya, begini tidak boleh begitu juga, kalau ini terjadi kemungkinan besar dia tidak dilahirkan oleh seorang wanita.


Bersambung….ke (2)

08.10wib...pagi yang nyaman

Monday, July 2, 2007

kenal

kalau dipikir dunia ini benar-2 cuma selingkaran dua tangan dibulatkan. bagaimana tidak, kemarin dapat email dari arek jombang yang ada di yogja, tempo hari ada invite fei sato, yang ga taunya perupa seni, wah senang aq.

waktu hari sabtu tanggal 29 juni 2007 pas ada peluncuran buku seratus sunyinya Marquez, ya ketemu teman kuliahnya Mbak Etty, Kang Dadang yang jual kaos ada tulisan Kafir Liberal, wah kok tulisannya apik tenan. heheheheh kesan pemberontakan, walau biasanya menurut pengalaman mereka yang mempunyai jiwa berontak ki lebih care, lebih perhatian dan lebih sopan dari seorang alim sekalipun. semacam ada suatu jiwa yang tidak hilang, jiwa yang halus sebenar-benarnya dibandingkan dengan orang-2 yang tampak luarnya ni sebagai orang baik-2, alim kae, tapi mata dan hatinya jelalatan.
memang hati tiak selalu berada di muka, kalau mukanya dursosono kemungkinan iya.

terus aq kenalan sama bapak sepuh Rahmat Ali. wah, kata mbak Endah pak Rahmat ki sering ngeliatin aq pas duduk bersebelahan. Ya, biar wae, wong namanya melihat, suatu kehormatan mengenal beliau, soalnya kata Mas Kef, sempat terdengar dia bilang 'Wah, senior datang nih". Berarti Mas Kef menganggap pak Ali ini senior, ga taunya iya je. Beliau ini suka menulis juga..dan pagi ini aq dapat email beliau, kok ya masih sempat nulis email padahal nunggu cucunya operasi, betul-2 suatu kehormatan, matur suwun nggih pak.

Fahmi arek gemblung dari jombang itu tinggal di yogja, aq ada rencana mau ke yogja, soalnya udah lama mau cetak antologi puisiku sama Mas Lukman sekaliyan ketemu Zely. Katanya sudah buka warung, ya syukur deh, idealis kadang harus tergerus dengan kenyataan hidup. Gusti Allah itu sudah menciptakan hamonisasi je, kok dilawan.

hari ini aq ada janji mau buat previewnya Imperia Uda Akmal....sek nunggu boss pigi dulu

9.25 jakarta isuk-2

Sunday, July 1, 2007

jawab email tentang kehidupan bukan mimpi, tapi mimpi membuat hidup

tapi Nyai, semalam bawa sadarku berjalan dan Nyai ajarkan bahwa itu namanya mimpi
dalam mimpi ada tersirat jalan mengambil keputusan terhadap hidup realita
dalam mimpi kekasih abadi memberi ruh akan kemana kita melangkah

"tapi nduk, itu kadang-kadang "
"kalau dawuh Gusti Allah memang di jalan yang benar, berarti itu ruhNya"
"kalau petunjuk yang di dapat menyimpang berarti mimpimu hanya bunga tidur"

hidup bukan mimpi, tapi mimpi bisa membuat hidup, ketika kelokan jalan hidup buntu

salam mimpi,
ilenk

8.30 jakarta