Thursday, November 15, 2007

otak bermandi keringat

'coba kamu hitung formulanya', begitu bisik datuk di telinga
pagi menyapa sudah dipenuhi dengan pinta
'dan jangan lupa yang kemarin kamu masukkan juga',tandasnya ngilu di ujung pinsil

periode november dalam hujan kering
dihimpit calculator dan coretan kertas
pucat dalam dingin pagi menghantar sarapan
tuts keybord bercampur mie ayam menyatu
dan kacamata turun menjeda keringat

'secepatnya sore kita rapatkan', sms berteriak
berlari dalam otak menghitung detakan
anggaran, realisasi, proyeksi, biaya kelebihan, minus, over
berkelebat dalam otak tua
bonus, tambahan gaji, insentif , teriak ruang kecil yang lain

"kelebihan bonus sudah termasuk pak', ngilu di bibir mengembang ceria

berputar otakku cuma satu berharap tahun ini bonus lima kali
keinginan mengembara di negeri pasir sudah terbayang
biarlah lelah bulan ini memeluk otak
hanya lima huruf itu yang membuat hati terus berbunga

"ya, pak sudah selesai rencana anggarannya', lantang teriak pada datuk

ilenk rembulan....jakarta 10.55

Monday, November 12, 2007

ketemu penyair, jakarta

wah, seperti di pucuk ulam tiba....walah...akhirnya keturutan, nonton di TUK

terima kasih untuk semua laporan pandangan mata (dan getaran hati he he he) dari Om Yo, Mbak Ilenk dan Kang Akmal.

HAH


"akmal n. basral" wrote:

saya tak sempat hadir di jumat malam, baik untukmenonton lebai hasan, maupun memirsa penampilanprogrock-poet urip herdiman "if it's too loud, thanyou're too old, yeah!" kambali.ada sesuatu di jadwalku yang, mendadak muncul, bukankeinginanku. maafkan kawan.tapi untunglah sabtu malam memberikan peluang, meskiair di pelbagai ruas jalan menggenang, menghadang.

rupanya pembacaan sajak juga berfungsi untuk kopidarat apsas secara dadakan: selain lebai hasan, adajuga m. badri yang baru memboyong penghargaan daribintan, ita siregar, endah perca, donny anggoro (tapiasyik di meja lain), dedy t. riyadi (kemana inez danpakcik?), om yo sugi (kemana juga yo satunya: lanangrahardjo?), guntur indunisi sang tuan rumah.salam,~a~

@ guntur: pembacaan puisinya kurang panjang.(atau seharusnya saya "komplen" ke sitok ya?hehehe...)

@ jengki: mengapa satu dari empat penyair manis dipanggung itu selalu mendedikasikan sajak untukmu ya(hahaha... di bangku penonton, aku dan zen hae sibukngerumpi, yang membuat sitok bertanya, "jengki itusiapa?")

@ hah: dua malam membuat semangat penonton bergeretuk di tuk, ahad pagi memborong satu halaman eksklusif dikompas pula! benar-benar ini penyair yang tinggisebenang dibandingkan para penampil lainnya. tahniah!---

dian <dian.ileng@asrinda.com> wrote:>

menambahkan catatan dari pakde Yo,
seperti keinginanku yang lama terpendam, akhirnya bisa> menikmati "penyair palsu" melantunkan bait-2> puisinya yg menggelegar yang ternyata menahan> keinginanku menikmati puisi kang UHK.> >

(mohon maaf kang UHK, kemarin jum'at aq tak bisa> hadir menjumpaimu, karena kemacetan tingkat tinggi> dan TUK lebih deket dng kantorku, terpaksa panah> Karna tak bisa kunikmati)> >

dari parade pengajian puisi jum'at malam (aku hanya> bisa hadir hari pertama) bisa aku rasakan bahwa> seorang penyair harus juga bisa membawakan puisi-2> yang dia buat di publik, sehingga publik itu bisa> merasakan getaran-2 sejuta makna kata yang dirangkai> menjadi nikmat dirasakan.> >

sesi pertama dengan gelegar bang HAH melantunkan> sejutapuisinya di keheningan ruang temaram itu> membuatku seperti ikut mendalami desah nafas dan> deru jiwa bang HAH dlm penciptaan puisi> itu......serasa berayun di Bibirmu bersujud ....> >

pada sesi kedua ketika Lupita membawakan sajak, aku> menemukan seperti membaca biasa. Setelah menikmati> kudapan menggelegar dari bang HAH, tadinya aku> membayangkan "reni jayusman baru" yang akan muncul> dengan pembacaan yang akan kunikmati kurang lebih> hampir sama...namun apa dikata, aku terpaksa tidak> bisa memahami untaian kata-2 yang diucapkan> Lupita.....yang aku tangkap hanya "bayang-bayang..."> jadi terdengar datar...tenang...lirih...dan aku> mengantuk.> >

sesi ke tiga menggelegar lagi, untung mas Fajroel> yang sudah aku kenal ketika launching Dongeng untuk> Poppy tempo hari, bisa membangkitkan kantukku untuk> melek kembali.....khas seorang Fajroel gitu lho....> >

dan ke empat untung tidak mengantuk, cuma seandainya> dina bisa agak menggigit dengan puisinya yg lumayan> itu, mungkin aku bisa terobati obsesi penyair> perempuan dengan gelegar bisa tercapai.> > tidak sedahsyat bang HAH, tetapi dengan penjiwaan yg> mendalam, tentunya masa yang akan datang bisa di> jumpai penyair-2 perempuan yang kuat dalam pembawaan> karya-2 mereka, sehingga untaian kata bisa dinikmati> lebih apik.> >

Pengajian Sabtu , terhalang hujan deras dari Bogor> jadi tidak bisa menikmati....mohon maaf buat Mas> Guntur.....> >

semoga putaran selanjutnya pakde Yo bisa tampil> membacakan puisinya....> >

salam puisi,> ilenk> >

----- Original Message ----- > From: blue4gie > To: presiasi-Sastra@yahoogroups.com > Sent: Monday, November 12, 2007 12:05 PM> Subject: [*Apresiasi-Sastra*] Catatan Singkat dari> '8 PENYAIR MUDA BICARA' Di TUK> > >

Publikasi acara dengan tajuk `8 Penyair Muda Baca> Karya' yang> berlangsung selama dua hari (9-10 November 2007)> di Teater Utan Kayu> (TUK) cukup gencar. Tak hanya di milis-milis> sastra tapi juga di media> cetak. Mengundang rasa penasaran, apalagi nama> Hasan Aspahani (Batam),> Inggit Putria Marga dan Lupita Lukman (Lampung),> Fadjroel Rachman dan> Binhad Nurrohmat (Jakarta), Dina Oktaviani> (Yogyakarta), S. Yoga> (Nganjuk), dan Pranita Dewi (Bali) sudah tak asing> lagi, karena karya> mereka bertebaran di media cetak dan dunia cyber. > >
Barangkali istilah `Penyair Muda' bisa> diperdebatkan, apakah dari segi> usia atau pada jam terbang di dunia perpuisian> yang baru sekian tahun> lamanya. Toh jika dari segi umur, Fadjroel Rachman> sendiri merasa dan> mengakui bukan masuk di situ, seperti dikatakannya> sebelum tampil di> hari pertama `Seharusnya disebut 7 Penyair Muda> dan 1 Penyair Setengah> Tua'.> >

Tapi Sitok Srengenge sebagai wakil tuan rumah> punya alasan tentang> itu. "Tampilan para penyair pada November 2007 ini> merupakan upaya TUK> untuk melihat wajah perpuisian dengan tidak> sekedar penampilan> ramai-ramai dalam satu dua puisi masing-masing> penyair, tapi adanya> gambaran sejauh mana perkembangan mereka dalam> tampilan selama 30> menit. Karena itu, lebih cepat jika disebut> sebagai pengajian puisi."> >

Dan acara dimulai usai pidato singkat Sitok. Jumat> malam yang dingin> diisi dengan gelegar suara Hasan Aspahani,> lembutnya suara Lupita> Lukman, gaya orasi Fadjroel Rachaman dan cuek-nya> Dina Octaviani.>

Sedang esoknya, saat sorenya air menggenang hampir> selutut di depan> TUK, tampil secara berurutan Pranita Dewi, S.Yoga,> Inggit Putria> Marga dan Binhad Nurohmat. > >

Penonton juga menyimak, sejauh mana perkembangan> dari tampilan selama> 30 menit bagi masing-masing penyair itu. Dan> Pranita Dewi dengan> cerdiknya menyajikan 7 puisinya, yang empat> merupakan puisi baru dan> tiga dari bukunya `Pelacur Para Dewa'. Kesengajaan> ini memberikan> gambaran telah berkembangnya, dalam kedalaman isi> dan kata, penyair> Bali yang bernama lengkap Ni Wayan Eka Pranita> Dewi ini.> >

Hasan Aspahani yang konon Desember depan akan> meluncurkan bukunya di> Jakarta, membawakan beberapa sajaknya yang pernah> dimuat di Kompas dan> sering dibawakan dalam aksinya seperti `Bibirku> Bersujud Di Bibirmu'> dan `Kamus Empat Kata Berawal I'. Penampilannya> dengan suara ngerock> ini sebagai pembuka langsung menghangatkan> suasana.

Tak beda dengan> Fadjroel yang sempat meledek Binhad soal peluang> mereka sebagai 10> besar finalis Khatulistiwa Literary Award 2007.> > Sedang Lupita dan Dina memberi nuansa baru yang> tak menggebu. Lupita> tampil begitu kalem, Dina dengan gaya cuek tapi> mampu menghadirkan> sajaknya dengan emosi penuh. Hal serupa juga dari> Pranita dan Inggit> yang mampu menghadirkan ciri mereka masing-masing,> meski Inggit> seperti `keliru' memilih puisi terakhirnya yang> terasa kurang> bertenaga dibanding beberapa puisi yang telah> dibawakannya.> > Lain lagi dengan Binhad yang tampil paling akhir,> dan banyak yang> sudah menunggu puisi-puisi birahi dan orgasmenya.> Gayanya yang jenaka> dan sesekali meledek, membuat suasana meriah.
Tapi> terasa kurang> maksimal pada pemilihan puisi-puisinya, setidaknya> seperti yang pernah> dimuat di Kompas atau media lainnya. Bisa jadi> karena sakit perut yang> mendadak mendatanginya beberapa menit sebelum> acara dimulai. > > S. Yoga sendiri, seperti penampilannya yang kalem> tampil memukau> dengan penguasaannya pada larik puisi-puisinya> dengan nyaris tanpa> melihat lembaran yang dibawanya. Warna budaya> Jawa, terutama Jawa> Timur dan Madura, terasa kental dalam setiap> puisinya. > >

Sayangnya gambaran `sejauh mana perkembangan> mereka' seperti kurang> tampak dalam tampilan selama 30 menit bagi> masing-masing penyair. Bisa> jadi, tidak semua yang hadir punya pengenalan yang> lengkap dengan para> penyair itu, sehingga terasa sulit mencerna sejauh> mana> perkembangannya. Selain para penyair, yang larut> dalam pertunjukan dua> hari ini juga ada penggemar puisi, cerpenis dan> lainnya. Mungkin akan> lengkap referensinya jika disiapkan satu atau dua> lembar foto kopi> tentang perjalanan karier plus foto biar hitam> putih saja dari 8> penyair muda yang tampil.> > Setidaknya bisa mengurangi ketidaktahuan penonton,> seperti dibisikkan> oleh Donni Anggoro `Siapa dia', ketika para> penyair di Sabtu kemarin> satu per satu maju ke panggung. (Yo)

tambah kenalan penyair lagi, terutama pakde Yo dari jawa timur, aku mau mbedah puisinya.

jakarta, 8.10

ubud, bali

ah, mengapa baru sekarang aku posting perjalanan ini, padahal sesudah lebaran aku menikmati tiga hari perjalanan mengantar novi pindah ke ubud dengan deraian airmata. Ah, kehidupan seperti menulis pena para malaikat di depanku. Tuhan menguji kesabaran seorang perempuan yang teraniaya haknya.

novi, sahabat satu ini dekat di hati, walau jauh di realita karena pertemuan jarang kami gelar. kepindahan ke bali berpangkal dari keresahannya akan keadaan rumah tangganya. aku tak pantas menulisnya, tetapi aku akan mengambil hikmahnya.

dengan tertatih dua anaknya diambil oleh suaminya, suaminya yang paa akhir keputusan novi diambil, baru menyadari tentang kelemahannya, dengan membuat dua anaknya menjadi sandera cintanya. luar biasa, seorang lelaki yang kukatakan tak pantas menjadi lelaki, setelah dia campakan perempuan istrinya, kemudian mencabiknya dengan menyandera anaknya demi yang namanya kebahagiaan. dia gore luka hati istrinya dengan terbahak-bahak dengan atas nama kebenaran seorang suami. luar biasa ! aku muak melihatnya ! manusia dengan pendiam rasa ini bisa sesadis itu melakukan, yang tadinya aku tidak sampai segitu dalam lintasan bathin.

tapi di akhir perjalanan , kusampaikan pada novi, untuk selalu tegar, keputusan pindah ke bali adalah yang terbaik, dan siapa tahu disini di tanah baru dia bisa sukses selalu dan tercapai cita-citanya, amien.

dengan bulat tekad kukatakan, hapus airmata, lukis darah kehidupanmu nanti dengan ketegaran, tunjukkan, perempuan, istri teraniaya ini tetap berdiri tegak, mengayun langkah demi masa depan kehidupan itu sendiri.
teman, saudara dan keluarga hanya sebagai selimut, penentuan takdir akhir hanya diri kita sendiri. keegoisan manusia ya penentuan jalan takdirnya, bukan orang lain dan siapa-siapa.

di samping mengenal pak ketut dan ibu, juga dua pembantu setianya dan erwin sang pendamping kelak.

biarkan omong orang bernyanyi lalu, karena diri sendiri penentu takdir...ya diri sendiri..

teriring do'aku dari bogor buat sahabat novi di ubud, bali....indahnya embun pagi ubud akan selalu menyelimuti dirimu, bathinmu, ragamu, sehat sehat selalu....

mengenang perjalanan ubud, bali 20 - 23 oktober 2007

jakarta, 08.03 wib