Wednesday, May 23, 2007

renungan

bunyi keyboard masih berdentang keras
berusaha mengimbangi gejolak hati yang panas
dinginnya ac ruangan serasa bara di ujung layar
gemeretak mendesis lembut pada ganggang telepon
akankah dibanting setelahnya atau biarkan menggantung ?
butiran keringat meluncur lembut disisi jendela rambut tipis
ditepisnya dengan pinsil berujung basah
mata nanar menatap kosong dalam putaran clip
akankah selalu kata-kata itu meluncur terus
"kan peraturannya kalau pegawai perempuan dihitung single!"

sejak kapan peraturan itu tercipta?
bahwa perempuan mempunyai hak berbeda untuk menuntut yang seharusnya dia dapatkan ?
kalau sama-sama pegawai, mengapa harus beda?
kalau pegawai lelaki, istri dan anaknya sampai batas tiga ditanggung kantor
kalau pegawai perempuan walau dia punya suami dan anak tiga apalagi lebih tetap saja dihitung single
mengapa ada beda ?
kewajibannya sebagai pegawai sama
menjalankan tugas sama
jabatan sama
gaji sama bahkan bisa lebih besar perempuan
tapi untuk tunjangan kesehatan mengapa harus beda?

alasan klise yang membuat perut mual
bukankah lelaki pencari nafkah !?
(itu kan dulu !)
sekarang kan sudah banyak perempuan melakukan hal yang sama
bahkan dalam satu dua kasus dia mengambil peran lelaki dalam mencari nafkah

"nanti kalau sama-sama ditanggung, bisa terjadi double"
"itukan bisa dibuat peraturan"
"untuk pegawai perempuan bila suami dan anak sudah dijamin pada kantor tempat dia bekerja, tidak perlu diikutkan, sedangkan yang tidak atau belum ada tunjangan kesehatan pada tempat kantor suami, maka suami dan anak dapat ditanggung"
"cukup adil kan ?"
"tetapi biaya akan membengkak?"
"membengkak bagaimana?"
"itu sudah merupakan kewajiban perusahaan , kalau mau tidak membengkak ya jangan menerima pegawai perempuan "
sudah susah aku menahan emosi
sepertinya isi perut sudah mendidih ingin keluar
muntahkan pada muka mereka
"kalian ini sudah sepuluh tahun bekerja bersama kami sudah seperti saudara, ternyata hati kalian busuk!"
dengan dingin kekesalan meluncur dikebekuan
"coba bayangkan kalau salah satu dari kalian meninggal, istri kalian bekerja, anak kalian tidak dijamin, akankah roh kalian tenang disana ?" ayo jawab !"
satu persatu muka itu menjadi diam
antara sesamanya saling bertukar pandang dalam bisu

sudah lama kebencian terhadap peraturan usang ini
didengung dengungkan perempuan dan lelaki sama, tetapi kenyataan berbeda
"rasakan nanti, diantara kalian punya anak perempuan"
"rasakan nanti diantara kalian kalau terjadi kematian itu"
"rasakan nanti, kalau istri kalian bekerja"
"rasakan nanti, bagaimana kalau anak mereka sakit, perlu uang, sedangkan tunjangan dia masih tetep dianggap single"
"rasakan nanti, rasakan nanti"
"istrimu akan kelelahan dalam panjang membisu"
"dengan status jandapun masih dianggap single"
tiba-tiba pening merayap di relung kepala
bando yang melekat erat di rambut basah oleh butiran keringat
kepalan tangan tak cukup untuk meredam emosi
perlahan-lahan wajah para lelaki samar dan kemudian lenyap
hitam pekat
yang terdengar dentang bunyi jam
lamat-lamat
jauh-jauh
pelan sekali
tek
tek
tek

21 mei 2007....08.03wib