Thursday, December 28, 2006

Lelap tidur panjang akhir tahun

hela nafas menari perlahan
di sela bibir kering siang sejuk AC
terhempas dalam kursi biru tuaku
di ruangan sempit penuh lemari arsip dan geletak computer
printer masih menyala namun dia sudah membisu
tak lagi muntahkan kertas seperti biasanya
telepon warna coklat muda juga diam membisu
biasanya waktu jeda begini bunyi tiada henti
rasanya aku bisa leluasa mengelus kebebasan sejenak
ya, kupikir sejenak
karena sejam lagi sudah akan ramai
seperti biasa kantor pada umumnya

menatap calendar di atas monitor
sebentar lagi akhir tahun dua ribu enam
rasanya bumi cepat berputar
bersaing dengan getaran gempa yang sudah mulai sering muncul
di kerak tepian permukaannya
umur semakin pendek
membatin menutup mata
menerawang masih adakah sisa yang harus dikenang
sepanjang sejarah dua ribu enam yang lalu
Untuk dibawa menuju tahun depan menjelang


lirih membuka bibir kering lusuh ini “Ya Allah Ya Rabbi “
helaan nafas berat menari bersama debu di terangi dengan angin AC perlahan
“adakah KAU beri aku jalan keluar terhadap semua masalah yang kuhadapi sepanjang tahun ini ?”
“adakah KAU beri aku kemudahan menyelesaikannya di tahun yang akan datang ?”
tak banyak aku berharap di tumpukan notulen rapat yang belum sempat terkirim
hanya kaisan rizki dan kemuliaan
untuk menjelang tahun depan menjadi lebih baik
“beri aku harapan dan jalan lurusMU Ya Rabbi “

beberapa hari akhir ini wajah lusuh teman teman kantor menari
biasanya sehabis rapat besar pemegang saham ada berita gembira
dibagikannya rizki berupa bonus tahunan
yang biasanya sudah disetujui oleh pemilik modal
namun kali ini berita kering terhampar
seperti keringnya kue dalam toples yang tinggal tiga
tak ada bonus terbagi
menunggu tahun depan setelah tutup buku
“aaaahhhh ! “
keluhan panjang bersama tarikan wajah kaget, lesu dan terhempas
“waduh, aku sudah harapkan untuk membayar hutang ,mbak “
“wah, gimana dengan rencana melahirkan istriku ?”
“ah, nggak jadi pulang menengok ibuku !”
bermacam suara menari nari terus setiap hari
menghampiri mejaku berkeluh kesah berganti orang
aku hanya bisa menjawab “aku juga sama dengan kalian, kecewa!”
tapi apa mau dikata
nasib pegawai ya seperti ini
hanya bergantung pada si empunya
sang majikan yang berkuasa
berharap ada sedikit hati terkuak demi harapan
harapan siapa ?
aku tak tahu harapan siapa itu ?

akhir tahun menjelang
detik arloji di tangan berdenyut seirama dengan jantung
yang mulai ikut berpikir
aku juga harus membayar hutang
aku juga berharap tadinya membayar dengan uang bonus
semuanya ternyata sekarang hanya mimpi
mimpi kelam akhir tahun tanpa bisa berbuat apa
mimpi meniup terompet
tetapi yang keluar hanya suara
bepp… bepp.. bepp

semakin rapat kelopak mataku kupejam
bos besar sudah sejak siang pulang
sejak habis dioperasi selalu pulang
katanya harus istirahat
tapi tetap menerima gaji utuh tiap bulan
kayalanku berjalan “seandainya jadi bos, enak kali ya?”
bersama sunyi ruangan
tanpa ada dering telepon
tak ada suara fax
mesin printer tidur
akupun tidur
dan berharap bangun di tahun depan
sudah menjadi bos

met tahun baru 2007

Jakarta, kamis 28 desember 14.46wib

Monday, December 25, 2006

menjulang di atas awan

awalnya jemari hatiku terasa berat untuk melangkah ke jakarta

namun mengingat kau merayakan natal sendiri disini tanpa saudara

kusempatkan melaju juga dalam mendung cuaca hari senin

apalagi masih selalu terselip kerinduan untuk hanya sekedar
mengusap helai rambut atau tatapan kosong dari samping
berharap ada sesuatu kejutan pada hari bahagia ini


jalan tak begitu padat
mendapat pergantian bis di jakarta semudah menangkap angin
adakah angin bisa ditangkap?
dalam kantuk perlahan
dan mengabarkan lewat koneksitas gelombang suara
ku janji berhenti di halte seperti biasa
menjemput dia
tuk melangkah entah ke awan mana


sempat bingung menentukan arah kemana kita pergi
sempat kusisir sejenak rambut yang mulai kusam
katamu "aku sudah lama tidak minum susu"
adakah pengaruh minum susu dengan rambut kusam
kau bilang "ada !"
"ooo..." baru tahu aku
akhirnya awan di ujung seperti biasa kita mangkal
melepas rindu, penat dan bicara


sebenarnya tak ada uang di dompetku
sejak setahun ini aku sudah tercekik
namun entah karena iba atau sekedar ingin menyenangkan kamu
aku langkahkan kaki di hari bahagia ini
ku usahakan ada sedikit
ya walau sedikit tapi ada


dari melihat kartu tarot
sampai bercerita tentang semu kehidupan
di sela makan steak kesukaanmu
dan cerita tentang makna natal bagi agamamu
rasanya cukup lama kita berkelana
di selip tiang bangunan dan hiruknya lelakon manusia
sampai tak terasa sore menjelang
waktunya untuk berjalan sendiri kembali seperti semula
mampir sejenak membeli sesuatu
ada yang kurang biasanya pada dirimu
dan sempat kita berdua bersihtegang
tentang makna hemat dan irit
yang selama ini selalu bertentangan antara kau dan aku
dan akhirnya berjalan dalam bisu


menanti bis yang membawa pulang
sempatkan kau bertanya
"setelah ini mau kemana ?"
pertanyaan aneh bagiku
tak biasanya kau bertanya begitu
sepertinya sudah tahu alur ini mau berjalan kemana
namun kali ini ada sentuhan lain
"aku tiba-tiba ingin"
"hah !"
gejolak bunyi gamelan yang lama sudah terkubur dalam
mulai menabuh genderang perlahan mulai pasti
dan bunyi gong bertalu talu dalam hati mulai menari
ada harapan sirna datang
ada keinginan terpendam datang
ada kesanggupan
"tapi aku tak ada uang "


kincir iblis menari dalam rasukan batin
seperti menarik antara tak perlu ada permainan lagi
tetapi sepertinya bisikan mengatakan
"ini untuk yang terakhir kali"
melaju dalam kebimbangan
tanpa berusaha untuk mencegah atau berbalik
diikuti irama gelegar dahsyatnya keinginan
dan sampai pada suatu tingkatan
pada suatu tempat di awan
kita termangu dalam sepi dan hampa
hanya sekejap
tetapi memuntahkan kemurkaan
ada ketakutan pada diriku
ada gamang pada diriku
"ada yang aneh dalam diriku ini, Tuhan?"
masihkan aku dibolehkan menyebut kata itu ?
tak tahu aku
yang kurasakan aku menikmatinya
dalam didihnya warna surgawi
di hari kudus ini
menari terus menari
melangkah diatas awan
jauh jauh tak terbilang
doa dan dosa menancap disana

jkt. 11.45

Sunday, December 17, 2006

arwan maulana

sempat kaget membaca emailmu mas, pagi ini
sepertinya aku sudah tidak mungkin lagi bertemu atau apapun juga denganmu
sejak kejadian setahun lebih yang lalu, tanpa ada kabar berita
  • aku sempat terhenyak dengan kejadian itu
  • aku sempat putus asa, kecewa dan geram
  • aku merasa kau bohongi terang terangan
  • kebaikanku sepertinya kau balas dengan keji

aku pasrahkan semuanya pada Ilahi, apakah masih sempat aku bertemu dengan mu lagi mas Arwan

beberpa teman menyarankan untuk mengumumkan di bloggermu tentang kejadian ini, tetapi aku simpan, aku tidak sampai sekejam itu

aku tau kau berbuat pasti ada sebab sebabnya, seandainya pada waktu itu kau hubungi aku, tentu ceritanya akan lain

btw, semuanya sudah berlalu, yang jelas hari ini aku bahagia menerima emailmu mas Arwan, puisimu sempat kubaca di harian republika, akhirnya keturutan juga puisimu di muat.

aku menunggu kapan bisa ketemu denganmu lagi....ya yang jelas sukur sukur bisa menyelesaikan janji yang tertunggak, semoga saja..

teman sejati tak pernah meninggalkan kita selagi kita dlam kesusahan

jkt. 11.45wib

Tuesday, December 12, 2006

bayangan


selintas ada kenangan terlewat sejenak
pada lembaran perjalanan pulang
melewati kampus di ujung jalan biru
mengenang masa saat itu
senyuman dan hantaran berita
sering terlewat dengan indah
kadang diselingi dengan deru swara
atau sekedar bertanya
"kapan dibuatkan mpek-mpek lagi ?"
atau kadang
terlintas berita
"apa kabar bundanya aldi dan amy ?"
desir menerpa rmbut kecil di ujung jendela bis
membwa pulang lelah ke bogor senja yang manis
membayang angan menembus batinmu di ujung sana
sudah 24 purnama kau berdiam di putihnya salju
dan seperti yang selalu kau bisikan
dalam sambungan swara
"aku juga kangen kamu "
sedang apa kamu disana ya mas....? sudah turun saljukah di bonn ?
berarti sudah dingin seperti dinginnya hati ini
jkt. 14.35 wib

kangen

menunggu
seperti apa gayamu hari ini
hem hitam lengan panjang
celana coklat
kelihatan tidak serasi namun tetap membuat mata menatap
agak legam menata muka
tapi tak menyembunyikan manis
jadi selalu ingin menatap terus
sambil membayangkan mengelus barisan janggut

jadi kangen
jadi ingin
jadi mau

jkt. 14.17wib

renungan

pagi ini aku merenung setelah mendengar berita
ada penyanyi cantik masih muda meninggal karena over dosis?
apakah dunia ini sekarang sudah semakin bejatkah ?
atau ada pertanda apa terhadap alam atas fenomena semakin menggilanya kelakuan manusia?
aku seperti tidak bisa mengerti
mengapa banyak wanita cantik mempunyai perilaku tidak secantik wajahnya
sebuah karunia Ilahi yang mustinya dijaga
bukan menjadikan seperti alat atas pelecehan terhadap diri dia sendiri
bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi
cantik, muda , kaya , bisa meninggal begitu tragis
di sebuah hotel, dengan teman kencannya, dan kemungkinan meninggal over dosis
Audzubillah mindalik.....subhanaAllah...ya Allah....
aku hanya dapat terpekur
perempuan dengan segudang kecantikan tubuh
tetapi tak mampu mengimbanginya dengan kecantikan batin dan perilaku

aku hanya dapat berbisik lirih, jauhkan dengan keingkaran dekatkan aku selalu padaMU ya Allah......aku juga merasa tidak sebersih penyanyi itu, namun setidaknya selalu menjauhi obat-obatan sejak masa SMA dulu

dan kekawatiranku sempat terbesit pada 2 kurcaciku yang pejantan, semoga mereka dijauhi dari kemurkaan obat ini, dan selalu di dekatkan pada kebenaran, amien.

setiap kali mendengar berita tentang obat, kurcaciku selalu berdiskusi, aku hanya membekali dengan iman dan pengertian logika, bahwa obat obatan itu memang tidak baik buat tubuh., buat kesehatan, dan yang pasti Allah tidak berkenan.......
untungnya sampai sejauh ini, mereka bisa mengerti, dan semoga seterusnya bisa mengerti.....karena dengan mengerti itulah mereka kuharapkan tidak melakukannya.....amien

cerita tentang anak lelaki kecil

sabtu tanggal 9 desember 2006, pagi aku ada rencana mau ke jkt, biasanya vie yang ke bogor, kali ini aku yang ke jakarta, dia bilang lagi bokek. Sekaliyan aku mau antar hamster ke tempat yani.
sekitar jam 9 aku berangkat naik bis, setelah hamster aku bungkus rapi. sebenarnya aku agak enggan berpisah dengan hamsterku ini, karena dia makluk yang lucu, tetapi kurcaciku itu bilang "kebanyakan bunda, satu aja aku mau "
Ya emang akhirnya tiap minggu aku yang mebersihkan kandang, memberikan makan. Nah, anaknya Yani temen di kantorku itu suka melihara binatang, makanya daripada dia terlantar nanti mendingan aku kasihkan aja. Pasti suka, soalnya ini hamster import...
dalam bis aku hanya kabarin dengan sms pada yani untuk menunggu di halte rawasari, aku ga mampir ke rumahnya, karena mau langsung jalan sama vie.
sampai UKI aku harus ganti bis. ... tumben deh hari sabtu gini no. 43 jurusan priok susah...adanya 41A jurusan senen lewat rawasari... ya udah naiklah aku.
bisnya kosong....baru ada beberapa penumpang.....jalannya juga pelan2..maklum hari sabtu ..enggak penuh....sepilah.....
kira-kira sampai di penas ada beberapa lelaki naik ada yang bawa anak kecil...duduknya seberang aku agak ke depan. aku sendiri duduk sebelah kiri bis depan sendiri.
kelihatannya tuh lelaki dan anaknya serta saudaranya baru dari luar kota, atau mungkin mereka pendatang...kulihat kuyu..mungkin capek..lelah semalam di bis dari kampung.
baru beberapa menit bis berjalan tiba-tiba anak kecil lelaki itu muntah. Aku sempat kaget, karena ampir mengenai kantung hamsterku. Dan tau sendiri aku ini paling enggak bisa lihat orang muntah, bisa ikutan muntah. Tapi yang di muntahin ternyata hanya air dan wow.......ada kluget kluget di lantai bis..warna merah......masya Allah itu cacing. Ya...yaa...yaaa anak lelaki kecil ini cacingan. Kasihan dia...cacing itu lapar sampai naik di mulutnya dan terhambur keluar, anak itu juga pasti lapar belum makan, perutnya kosong, terlihat yang keluar hanya air. Adakah semalam dia hanya minum saja untuk menahan lapar ? Oh...kulirik bapaknya dengan tenang mengelap bekas muntahan dibibirnya dan bajunya dengan jaket lusuh. Ohhhh...pasti bau.
Tibul rasa iba..kasihan...aku jadi ingat kurcaciku yang kecil.
Tidak seberapa lama dia turun di kayu jati rawamangun. Ada lelaki yang mendahului turun terus diikuti bapak dan anak kecil itu serta saudara lelakinya sambil membawa tas berisi pakaian.
Aku hanya bermain dengan pikiranku :Adakah bapak itu sedang mencari pekerjaan ? adakah pria di depannya itu yang akan memberinya jalan untuk menemukan atau malah mungkin pria itu akan mengerjainnya? ingat di Jakarta orang bisa berbuat apa saja demi belas kasihan.. Lebih ganas dari binatang mau memakan sesama manusia.
Benar benar terbayang cacing merh itu dlaam benakku, rasa kasihan pada anak kecil itu terus membayang...wajah inosen..tanpa cela..seperti dunia ini aman aman saja, berjalan beriringan dengan bapaknya...
Ya Rabbi ya Allah..berilah rejeki pada bapaknya sehingga sang anak itu bisa makan pagi.....di bis tidak ada orang jualan pagi itu, seandainya ada ingin kubelikan makanan pada anak kecil lelaki itu agar perutnya tidak kosong...tidak muntah..tidak masuk angin..tidak cacingan...aku seprti binung sendiri atau mending di kasih obat cacing
deru bis terus menebus debu jakarta, sampai aku tiba di rawasari...vie dan yani sudah menungguku, aku critakan sejenak apa yang tadi kutemui...
aku seperti diam dalam seribu....masih terbayang cacing merah kluget kluget di lantai bis itu....oohhhhhh
siang hari ketika makan dengan vie, terbayang lagi cacing...wajah bocah lelaki kecil itu berganti ganti......adakah dia sudah makan ?

Monday, December 11, 2006

vie

pagi ini sepertinya tak berjalan layaknya kemarin
ada yang mengganjal dalam langkah kaki
seperti bunyi suara dalam hati
dan gemeretak degup jantung berbaris
layaknya pasukan rayap menyerbu markas laskar lapar
tiba-tiba ingat segaris lengkung di bawah dagu
dan tergambar kamu, vie