Thursday, July 5, 2007

Imperia 3, bahasan terakhir

Tulisan ke tiga lanjutan “Imperia”

c. Cinta
· Meiske

“Justru karena Stefan itu anakku, maka kesedihannya adalah jurang paling terjal yang akan mencabik-cabik tubuhku, dan kebahagiannya adalah pilar-pilar yang membuatku mampu survive selama ini. Bahkan bila kebahagiaanya ternyata tak sejalan dengan definisiku tentang kebahagiaan itu sendiri. “

penggalan kalimat menarik yang diucapkan dari tokoh Meiske salah seorang redaksi senior pada majalah Dimensi yang bercerita anaknya Stefan adalah Gay. Walau dia bersuamikan orang barat dan hidup dengan pola pikiran barat bahwa gay sudah dianggap normal, biasa bukan abnormal seperti di dunia timur, tetapi was-was selalu ada dalam hatinya sebagai Ibu. Bagaimana Stefan bisa melanjutkan keturunan keluarganya kelak ? Bagaimana ia bisa punya anak? Anak secara biologis. Dia terkejut dan menyadari bahwa silsilah keluarganya akan selesai sampai di Stefan.
Disini ditemukan rasa cintanya yang dalam terhadap anaknya walau mempunyai kelainan.
Cerita ini aku melihat pada diri perancang muda berbakat kakaknya Mario Lawalata, dimana ibunya Pegy Lawalata dengan begitu santainya melihat perubahan terhadap anaknya yang lemah gemulai bak perempuan dengan kesabaran rasa cinta tinggi dan malah dengan keadaan yang begitu dapat berkarya dan menghasilkan sesuatu yang sangat dibanggakan. Bahkan konon dalam suatu wawancara perancang muda tersebut ditanya apabila diberikan waktu untuk hidup kembali ke dua kalinya , kau ingin menjadi apa?, dia menjawab dengan santai “menjadi sama seperti yang sekarang ini”
Wow, suatu pilihan yang benar-benar bertanggung jawab dan tidak ada pemberontakan terhadap Tuhan bahwa kenapa aku diciptakan berbeda.
Kalau dalam madzab Sufi sudah dalam tingkatan 10, kesempurnaan menyatu dalam keinginan Ilahi.

· Wikan Larasati

Wikan menangis, Ia ingat neneknya. Ia ingat ibunya, yang tak pernah dikenalnya dengan baik (meninggal saat dia masih kecil). Ia ingat ayahnya, yang tak pernah dikenangnya dengan patut. Ia ingat semua luka jiwa yang sudah dikuburnya, tapi seperti menyeruak kembali ke depan matanya.
Reporter baru di Majalah Dimensi, tokoh muda, masih kriuk, baru lulus dari bangku kuliah, fresh from the oven.
Dan kebanyakan masih idealis, dan hejo dalam melihat situasi dan kondisi di dunia kerja, dengan latar belakang jiwa yang membentuknya dalam asuhan nenek tercinta, ke dua orang tuanya sudah tiada, membuat Wikan tumbuh menjadi gadis dalam tanda tanya. (Antara cinta nenek yang membesarkannya dan dambaan akan kasih sayang yang hilang dari figure orang tuanya)

Melalui hari-hari kerja pertamanya di majalah Dimensi dan menemukan kejutan-kejutan selama satu minggu pertamanya, dan calon terdakwa tanpa ada pengadilan sekalipun untuk nantinya dikeluarkan dari perusahaan dimana dia baru bernaung tersebut.

Mempunyai kelebihan ESP extra sensory perception (telepati, psikokinesis, prekognisi dan clairvoyance)

Aku jadi teringat diriku sendiri, aku juga tidak tahu masuk di golongan yang mana, kadang-kadang mempunyai indra keenam dalam melihat orang atau merasakan adanya sesuatu akan terjadi, Cuma terkadang susah untuk menjelaskannya.

Beberapa temanku dari Makasar, Banten dan Yogja pernah berkata, di mata kiriku melihat ada seorang perempuan cantik seperti putri raja. Aku merinding ketika mereka memberitahuku seperti itu. Almarhum pacarku dulu juga berkata, di sorot tajam mataku terlihat bukan pancaran mataku yang sebenarnya tetapi ada mata lain, seperti elang, mata lelaki. (byuhh !)

Hiyyyyyy suka merinding. Yang kurasakan adalah bila ada seseorang yang akan melakukan sesuatu tindakan padaku yang sekiranya nanti akan mencelakakanku, biasanya aku terasa, sejak awal biasanya sudah menjaga jarak, begitu juga apabila melihat orang yang sejak awal perangainya sudah tidak berkenan di hatiku, maka aku biasanya akan menjauh, males berteman dengannya.
Begitu juga dengan firasat, bepergian atau hendak melakukan sesuatu, akan terasa sekali bila nanti tidak berjalan lancar.
Apabila ada orang yang mempunyai simpanan jin, pusaka atau bau-bau klenik selalu aku bisa merasakan.

Kejelekannya adalah bila aku marah terus suka mengeluarkan sumpah serapah. Hal ini sudah beberapa kali terjadi, dan adik serta sahabatku sudah menjadi korban atas sumpah serapah yang aku ucapkan. Maka itu sejak itu sampai sekarang aku selalu menjaga hati supaya tidak emosi dan akhirnya bisa mencelakakn orang lain.

Untuk model seperti , aku tidak tahu Uda Akmal masuk ESP atau yang lain ?

Pandangan akhir dari Imperia

Masih ada beberapa tokoh dalam buku ini, yang kesemuanya begitu menarik untuk dibahas, juga penokohannya begitu kuat. Tokoh Arlen, walau sepintas, tetapi tokoh ini sering dijumpai dikeseharian, bagi pegawai yang merasa dirinya senior, takut tidak dihormati oleh yunior, orang baru, dan biasanya kecemburuan itu berubah jadi dengki kalau yuniornya ini lebih pintar, cantik dan bisa menarik atasannya sehingga lebih banyak diberi order kerjaan atau malah promosi daripada mereka yang senior.

Uda Akmal begitu teliti tentang setting cerita, tahun bulan, waktu semuanya tersaji dengan begitu apiknya. Sebuah buku yang membuat aku tidak lepas selama seharian ingin secepatnya menyelesaikannya dan penasaran terhadap siapa pembunuh yang sebenarnya.

Serpihan musik dan pengetahuan begitu apik disusun, aku menari memutar kembali lagu Sting, The Corrs juga Queen dan wow R.E.M

Juga serpihan petuah Kyai Sepuh itu benar-benar merasuk dalam hatiku. Uda Akmal benar-benar deh !! acungan jempol buatmu. Pengalaman menjadi wartawan dan penulis membuat dua kombinasi ini dapat meramu sajian yang begitu apik, sekelas Dan Brown.


Danau Bodense, kebab….aha…melayang kembali dalam ingatanku Uda, Imperiamu benar-benar menyihirku kembali dalam tata masa lalu, kini dan nanti seperti kata Jenderal Pur “Jangan jadi orang nomor satu”

Penulis memberitahuku bahwa akan ada kelanjutan dari cerita ini, dia sengaja menggantung cerita, aku lebih suka dengan cerita yang menggantung, tidak titik, karena kehidupan ini juga menggantung tiada pernah ada titik, sekalipun kita sudah mati, akan terus berlanjut sampai nanti pengadilan terakhir di padang Masyar.

Kami dari konstituen “Betha Gama merajut sastra” memberikan nilai “threeplus” buat Imperiamu ini.

Dan kami dengan senang hari akan menunggu kelanjutannya, dan semoga rencana pembuatan filmnya bisa segera terlaksana.

Aku sudah bayangkan yang jadi MC adalah KD, terus yang jadi Jenderal Pur siapa ya Uda ?

So, hold on, hold on
Hold on
Hold on

Kamis, 14.45 5 Juli 2007

No comments: