Thursday, July 5, 2007

imperia 2, lanjutan bedah buku Akmal

Tulisan ke dua lanjutan “Imperia”

B. Pengkhianatan
· Rendra

“Jangan pernah mendahului takdir Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi, dengan menghakimi proses pencarian keimanan seseorang. Jalan yang ditempuh orang per orang itu berbeda, anakku. Kau tak akan pernah mengetahui hasil pencarian seseorang, bila sumpah serapah dan kebencian sudah mengotori kebersihan kalbumu. Jangan mempertuhankan dirimu sendiri dengan merasa kaulah hakim tertinggi yang berhak menilai segalanya, bahkan terhadap jalan hidup anakmu sendiri”

penggalan ini diucapkan oleh kakek buyut Rendra suami MC dalam buku diatas. Tokoh Rendra sebagai suami MC mengingatkan aku akan suami penyanyi terkenal di tanah air. Aku tak tahu apa obsesi Uda Akmal menulis tokoh ini rada-rada mirip dia, kakek buyut yang besar dikalangan pesantren, hanya bedanya ayah Rendra disini adalah seorang pejabat tinggi di Deplu, sedangkan suami penyanyi itu ayahnya adalah seorang Kyai cukup terpandang di Rambipuji, Jember sana.
Sosok dalam buku ini mencerminkan pemberontakan seorang anak dan sekaligus seorang anak yang kehilangan figure Ibu yang sangat dia cintai diusianya yang masih muda.
Dalam cerita tersebut, Ibu Rendra juga memberontak ingin menjadi pelukis yang dikalangan pesantren tentu saja di haramkan untuk dijalankan apalagi oleh santriwati anak seorang pendiri pesantren. Aib! Namun nasehat kakek buyut Rendra yang melihatnya sebagai pencarian diri atas “siapakah aku ini sebenarnya?” bagi perkembangan jiwa cucunya memperbolehkan dia menjadi perupa sampai pada suatu titik akhirnya Ibunya bisa mengenal dirinya sendiri dan kembali lagi menjadi perempuan soleh seperti yang diharapkan ayahnya.

Bagi orang yang berkutat di dunia agama yang kental dengan larangan, norma dan macam-2 bentuk aturan tentu saja pencarian Ibu Rendra mengenal Tuhan menjadikan aneh, bahkan mungkin apabila dibawah ke tempat Ibu-ibu pengajian akan dicap sebagai “perempuan abnormal”.
Itulah betapa ilmu untuk bisa mengerti tentang jiwa yang berkelana untuk mencari oase kedamaian itu dibutuhkan dan hanya bisa dicapai oleh mereka yang benar-benar sudah mumpuni lahir batin kepekaannya dalam melihat kehidupan yang sebenar-benarnya.
Aku jadi teringat cerita Sunan Bonang ketika awalnya dia bertemu Sunan Kalijaga sebelum beliau menjadi sunan, masih sebagai kepala perampok.

Rendra yang macho penampilan tetapi rapuh dalam perhatian dan kasih sayang akhirnya menikah dengan MC yang punya pribadi ingin selalu menguasai dengan topeng dibalik kelembutan dan kepasrahannya. Perpaduan yang sering dijumpai pada Lelaki Takut Istri atau ISTI (Ikatan Suami Takut Istri), dimana Istri begitu dominant mengatur suami, sampai-sampai uang buat ongkos pp saja diberikan pas di kantong celananya. Di lingkungan sekitar kita banyak sekali dijumpai suami-suami seperti ini. Ada yang memang sejak awal sudah kalah posisi dengansang istri yang lebih tegas, lebih suka mengatur, lebih dominan sebagai pemimpin keluarga walau yang mencari nafkah itu suami. Ada juga yang memang sejak awal dia sudah benar-benar kalah set, yang mencari nafkah adalah istrinya. Dia dibuat benar-benar tidak punya daya, kekuatan karena hegemoni sebagai pencari nafkah diambil alih oleh istri, jadinya dia berperan “Istriku adalah suamiku”
Apalagi Rendra yang pada awalnya dia ikut berperan sebagai pencipta lagu-lagu MC, namun kepopulerannya kalah jauh dibandingkan dengan istrinya, bahkan pundit-pundi keuangan yang mengalir adalah lebih besar jerih payah istrinya dibandingkan dia. Hal ini yang menyebabkan dia akhirnya menjadi bersikap apatis, bahkan cenderung membenarkan, “sendiko dawuh” menurut tanpa perlawanan pada semua tindakan, ucapan isrinya. Sampai dia dikhianati juga masih mereka-reka, apa iya sih, dan mata hatinya sepertinya tertutup masih menganggap istrinya itu seorang Dewi bagi anak dan keluarganya, walaupun realita sebenarnya terbalik.
Apa karena begitu cinta atau kemungkinan tidak ada nyali untuk bertindak lebih lanjut, tapi kenyataannya Rendra ini tetap masih menyangsikan apakah istrinya itu telah selingkuh di depan matanya?.

· Adel

“Persetan dengan Imperiamu! Kau lebih memuja patung dingin itu ketimbang Ibumu sendiri. Selama aku mengikutimu, tak pernah aku lihat kau menunjukkan rasa cinta dan banggamu kepada Ibumu seperti rasa bangga dan cintamu pada Imperia”

penggalan cacimaki yang diucapkan Adel , Sang manajer MC pada beberapa halaman akhir dari cerita diatas.

Apa gunanya terlihat indah berkilau kalau tak punya kekuasaan samasekali?

Setelah 10 tahun yang menekan, di mana MC memenangkan pertempuran demi pertempuran untuk meraih popularitas bagi dirinya sendiri , kini saatnya mata dunia terbuka untuk melihat siapa yang sesungguhnya memenangkan perang : MC atau dirinya ?

Itu yang selalu ada dalam pikiran Adel sang manajer. Dia sudah terlanjur luka dalam atas semua kepopuleran yang dialami oleh sahabat, anak asuhnya sendiri sebagai penyayi. Pada awalnya dia dan MC sama-sama merintis menjadi penyanyi namun bintang kemujuran berpihak pada MC dan pada akhirnya dia diangkat MC menjadi manager sekaligus pelatih vokalnya, karena tahu betul MC atas kelebihan dari Adel ini.
Tetapi ketahanan seseorang ada batasnya, apalagi bila kecemburuan dan rasa sakit hati itu tertanam bertahun-tahun dan kemudian bila ada jalan untuk membalasnya, maka dia tidak segan-segan melakukan balasan , pengkhianatan yang langsung telak Quik-shok.

Jenis orang seperti ini amat sangat berbahaya, bisa cobra dan belitan Phyton masih kala dahsyat serangannya. Maka itu hati-hatilah! Waspadalah! (kayak layar RCTI)

“Selamat tinggal, Mel. Hidup kita terlalu indah untuk dilupakan, namun terlalu menyakitkan untuk dikenang”

ucapan terakhir Adel sebelum meninggalkan MC kala dia berterus terang terhadap semua pengkhianatan yang telah dia lakukan. Betul-betul serangan telak. Top-gun !
Ungkapan True friend stabs you in the front tidak berlaku lagi, usang, kuno, garing !!

Tokoh Adel ini membuat aku menjadi mantap bahwa jangan pernah percaya kepada siapapun walau itu orang terdekatmu sekalipun, waspada tetap harus selalu dijalankan dan review terhadap apa yang sudah kita lakukan amat sangat penting, terutama kalau kita terlibat kerjasama dengan orang lain yang melibatkan sejumlah uang.
Ada pemeo yang bilang “Sodara ya sodara, tapi uang ya tetep uang, bisniss it’s bisniss”

bersambung......ke 3

11.10wib...siang merayap

No comments: