Monday, March 17, 2008

Oleh-oleh dari TUK

PUISI DIGITAL CYBERPUTIKA



Itu salah satu makalah yang saya terima dan baca yang ditulis oleh Kang Cunong dimana beliau ini pada waktu membuat thesis mengambil tema Puisi Digital dan itu sudah terjadi 8 tahun silam.

Dari diskusi semalam di TUK, kesan awalnya sudah amburadul adalah ketika moderator tidak memfokus memberikan ruang bagi pembicara satu persatu membahas "Apa sih yang disebut puisi Digital itu sebenarnya? atau cyberpoetry?.

Tadinya saya berharap kang Cunong bisa menjelaskan dulu sejarah CP itu 8 tahun silam sebenarnya sudah dimulai dng adanya YMS, dimana Medy juga Faruk HT telah memulainya.

Tapi disini kesannya siapa yang mulai duluan menerangkan tidak ada, malah Uda Akmal yg konsis menjelaskan makalahnya sampai tuntas.

Seharusnya sejarah awalnya itu di tangan Kang Cunong dulu, bahwa ini lho sebenarnya yg disebut cyberpoetry itu? bukan hanya sekedar memindahkan media yang akhir-2 ini lebih banyak meraja lela dng adanya milis-2, hanya sebaga pengganti media cetak, menjadi media di komputer atau milis.

Definisi yang Uda Akmal maksudkan diatas apa yang disebut CP itu adalah seperti yang ada di makalah Kang Cunong. Bagi hadirin yang hadir tadi malam, bisa dilihat pada makalah Kang Cunong pada halaman 2 dan halaman 5 yang saya kutip sebagai berikut :

"Puisi tidak lagi sederet huruf dan kumpulan kata yang bermakna tetapi sudah menjadi sebuah animasi - bentuk yang bergerak, berwarna, berbunyi, dan berlatar belakang lukisan atau foto (Budianta, 2004:191,Soewandi, 2004:248, Ridwan 2004:253)"

Pada halaman 5 disitu tertera Kominos Zervos dalam Ashok Mathur mengklasifikasikan puisi cyber menjadi tujuh jenis yakni :

1. puisi cyber disebut puisi hypertext menggunakan program hyperlink

2. puisi cyber menggunakan program hyperlink yang tidak melulu text tetapi juga image, bunyi, video dan animasi dan jenis-jenis huruf

3. puisi cyber tidak dapat diterbitkan dalam bentuk cetak

4. puisi cyber merupakan puisi bercampur dengan bunyi

5. puisi cyber dikenal juga sebagai puisi pertunjukkan seperti baca puisi, deklamasi ataupun drama puisi dan ini merupakan bentuk lama terutama dalam kesenian tradisional atau kesenian rakyat (di AS dikenal sebagai puisi yang diucapkan –spoken word poetry, di Ausi dan Inggris dikenal sebagai puisi pertunjukan – performance poetry)

6. puisi cyber adalah puisi kasat mata – visual poetry

7. puisi cyber adalah animal teks yakni penggunaan program animasi komputer – the animated text

Jadi disini sebenarnya antara pembicara satu dan satunya seharusnya saling terkait, tidak berjalan sendiri-sendiri. Seharusnya sebelum acara dimulai, baik moderator maupun pembicara itu sudah sama tahu materi yang akan dibawakan.

Kesan saya semalam kelihatannya jalan sendiri-sendiri, apalagi pada sesi Mikail ini, kelihatan bangget “aku”nya.

Forum semalam sebenarnya cukup ilmiah untuk perkembangan pembuatan CP, dan bisa menjadi pembelajaran yang selama ini salah kaprah tentang pemahaman CP.

Apa yang diuraikan Uda Akmal semalam bahwa CP itu bukan sekedar memindahkan media dari katakan media cetak atau buku, ke media internet/komputer/maya/digital, tetapi lebih jauh dari itu.

Sebuah kerja gabungan antara susunan kata seperti ulasan diatas dalam makalah Kang Cunong.

Cuma bener-2 saya sayangkan adalah seharusnya makalah Kang Cunong ini dibahas habis secara garis besar dan diberikan contoh-2 CP. Sayangnya contoh CP yang dibuat oleh Kang Nanang S pada waktu itu baru tampak di akhir acara. Padahal kalau dipikir kenapa Uda Akmal musti ambil contoh yang dari Luar soal CP (dari Korsel...emang keren abes seh !, Cuma contoh dari kang Cunong sebenarnaya sudah dapat mewakili apa itu CP, kemudian baru ditambahin contoh dari Uda Akmal, saling melengkapi lah)

Seakan-akan semalam hanya Mikail yang membuat CP, padahal kalau dipelajari sejarah CP 8 tahun lalu, sebenarnaya sebagian penyair kita sudah membuatnya, malah sudah berupa cd, yang dimotori oleh Medy Lukito dkk., termasuk Nanang dan TS Pinang.

Cuma sayangnya, perkembangan CP ini tidak digarap lebih serius lagi dan lebih modern sebagai – performance art poetry yang lebih canggih, perkembangannya tenggelam pada hingar bingar pemindahan media saja. Akibat banyak tidak dimuatnya puisi-2 di media cetak dan ada hadirin yang sempat mengatakan hanya sebagai media perlawanan terhadap hegemoni satu dan lainnya, sehingga arti CP menjadi kabur-blawur.

Ini yang bagi saya dan juga Cak Yonathan-Jo sempat berdiskusi, mengapa sesi kang Cunong tidak kuat bicara, malah kang Cunong bicara di luar kontek dari CP itu sendiri. Apa dia grogi menghadapi dominasi Mikail semalam yang kelihatan seakan-akan dia yang mulai CP?, padahal kalau dilihat contoh Mikail semalam di webnya...performance art poetry itu tidak kelihatan jelas, bila dibandingkan contoh yang diambil dari cdnya kang Cunong dan Uda Akmal. Kebanyakan memakai hyperlink saja.

Dan ada catatan khusus buat Mikail, tentang semalam adalah sikap dia terhadap bangSaut. Pada awal TUK mengadakan undangan soal cybersastra dng pembicara ANB dan Kang Cunong, dia sempat sengit dan mengatakan mas Guntur dng bahasa kumpeninya dia yang bagi aku tidak bermutu, mengapa tidak mengundang bang Saut. Eh, lha kok dalam perjalanannya malah dia yang jadi pembicara (dan ini sempat dipertanyakan oleh cak Yo-jo semalam tentang sikap dia) dan yang membuatku tidak menjadi nyaman lagi adalah kok dia jadi merendahkan bang Saut tidak bisa membuat poetry art digital. Apa ya iya bang Saut tidak bisa? (saya tidak membela bang Saut atau TUK, tetapi saya membela konsistensi dlm bicara). Apa karena dia bicara di TUK, sehingga keluar komentar begitu? Lha kalau bang Saut kerjasama dengan orang grafis dan IT untuk menciptakan CP itu, apa ga malah punyanya Mikail yang bisa kalah saing. Mengutip seorang arif dari Madura yang lahir di Glasgow,Scotland sana mengatakan bahwa ”kredibilitas seorang akademisi adalah ketika dia konsisten-inkonsisten dengan apa yang dia bicarakan”

Untuk selanjutnya bisa saja diskusi CP ini dilanjutkan dengan lebih banyak penyair yang terlibat, sehingga pengertian CP yang sebenarnya bisa dimengerti tidak sekedar memindahkan media saja.

Dalam perjalanan pulang membelah Jakarta-Bogor, terbayang dalam perkembangan nanti mungkin tidak akan lama lagi bukannya launcing buku puisi tapi diganti dengan”launching

Album puisi digital art poetry” dari para penyair terutama penyair Apsas. Sudah kebayang kalau seandainya kolaborasi puisi Dino, kang UHK, Kang Buset di buat art digital dengan sound dj dan creativitas kata yang meliuk-liuk, ah...saya tidak peru lagi pusing menyuruh kurcaciku menikmati puisi, bisa langsung di pindahkan di IPOD atau hp, atau pc dan notebook, sehingga setiap saat ketika kangen ingin menikmati puisi Chairil Anwar, SDD, gurindamnya RHA, SCB juga yang laennya bisa dimana saja dinikmati.

Karena kedepannya mau tidak mau perkembangan teknologi akan merambah di semua bidang. Kalau pencipta lagu, penyanyi dan arranger dan RP berkolaborasi meniupkan ruh nyanyian menjadi sebuah totonan video klip kenapa syair dari penyair tidak juga bisa dikolaborasikan?

Dan membayangkan juga kalau ultah Apsas ke IV nanti sudah bisa dilombakan penciptaan Cyberpoetry bagi para apsasian.

Mungkin multiplynya apsas sekarang bisa difasilisasi mengenai dimungkinkannya cyberpoetry didalamnya hasil penciptaan anggota.

Mulai kita kembalikan CP ke jalan yang benar demikian suara yang kutangkap semalam.

Dan berharap kang Nanang S, mas Pinang dan lainnya yang sudah merintis awal CP di YMS bisa terus melanjutkan dan mengembangkannya.



Ilenk rembulan, Jakarta, 12/03/2008

No comments: