Sunday, November 30, 2008

Rendra in Reboan

RENDRA : TAK CUKUP HANYA PEDULI TAPI HARUS TERLIBAT

Semua kreativitas seni, tidak hanya puisi, menurut Suluk Demak harus
muncul dari `kahanan'. Kreator harus selalu berada dalam keadaan,
tidak berada dalam khayalan, tidak dalam teori tapi masuk dalam
kahanan itu dengan modal kepedulian. Dengan demikian dia akan
mendapatkan pergaulan kharismatik, masuk dalam kontekstualitas.

Tapi ini tidaklah cukup, kita harus merangkul, terlibat. Dengan kata
lain, keterlibatan itu mengakibatkan pengalaman pribadi. Kalau itu
muncul dalam kesadaran itu namanya paradigma. Kalau hanya sekedar
indah dan penuh rasa, itu banyak. Tapi dengan paradigma akan lebih
unggul, apalagi jika dikaitkan dengan nilai-nilai universal. Semakin
kontekstual, semakin tampak paradigmanya, tidak hanya wawasannya yang
tampil.

Demikian disampaikan oleh W.S Rendra ketika menyampaikan pidatonya di
akhir acara Sastra Reboan#8 yang seperti biasa berlangsung di Warung
Apresiasi (Wapres), Bulungan, Jakarta Selatan, kemarin (26/11). Di
awal pidatonya Rendra yang mengenakan jeans da jaket biru ini menoleh
ke latar panggung yang bertuliskan Paguyuban Sastra Rabu Malam. Slogan
"Banyak Pintu Menuju Sastra" dikomentarinya "Ini yang pertama menarik
perhatian saya. Ternyata puisi terus hidup hingga sekarang".

Lebih dari seratus penonton memadati Wapres, termasuk Presiden Penyair
Sutardji Calzoum Bachri, meski hujan sejak sore mengguyur berbagai
sudut Jakarta dan sempat membuat cemas panitia. Para penonton ini tak
beranjak dari saat acara dimulai molor jam 20.00 hingga berakhir pukul
23.00 wib.

Sastra Reboan#8 kali ini menampilkan beberapa alumni Institut
Teknologi Bandung (ITB) yang ingin berkumpul dan membaca puisi di
acara ini. Dikomandoi oleh Slamet Widodo dan Nugroho Suksmanto,
persiapan tampil di Sastra Reboan terus digodok dengan Kurnia Effendi,
cerpenis flamboyan yang menghubungi kalangan alumni ITB untuk
berpartisipasi. Penyair kondang, Acep Zamzam Noor yang sudah siap
tampil, tidak jadi datang karena ada acara yang tak bisa ditunda.

Selain para alumni ITB, Sastra Reboan juga menampilkan beberapa
pembaca puisi, penyanyi Fia dan geguritan (pembacaan puisi dalam
bahasa Jawa) oleh grup gending Sri Redana Laras. Penampilan geguritan
dari syair karya Ronggowarsito yang dipimpin Sugito ini cukup menarik
perhatian. Para penembangnya anak muda dari yang masih SMP hingga
mahasiswi. Bahkan salah satunya, Wulan bukan orang Jawa tapi Betawi
asli. Di tengah geguritan ini Sutardji Calzoum Bachri tiba.

Acara yang dibuka oleh MC Budhi Setyawan, yang kali ini didampingi
penyair Rukmi Wisnu Wardani, diawali dengan penampilan Triana
Kumalasari, Dian Ayu dan Mhammad Nurdin. Ketiga siswa SMA Martia
Bakti, Bekasi ini tampil penuh percaya meski ada Sujiwo Tejo dan para
penyair ternama lainnya. Begitu juga Sasib Negaraja dari Komunitas
Sastra Jalanan Indonesia, Gemmy Mohawk (yang juga memperkenalkan buku
puisinya `Sirami Jakarta Dengan Cinta"), Kuntet Mangkudilaga dan Een
Nurhaeni, mahasiswi jurusan Broadcasting.

Menjelang jam 21.00, Kurnia Effendi yang akrab disapa Kef menggantikan
Budi dan Dani untuk memandu para alumni ITB. Nugroho Suksmanto dan
Slamet Widodo lalu tampil dalam Bincang Sastra dan Komunitas (BSK)
tentang latarbelakang berkumpulnya alumni ITB ini. "Ternyata banyak
alumni itb berkecimpung juga di tulisan dan syair. Lewat acara di
Sastra Reboan ini diharapkan memberikan rangsangan pada sarjan ITB
untuk juga bisa menyukai sastra" ujar kedua tokoh Pena Kencana itu.

Militansi

Usai BSK, Kef yang masih di panggung membacakan puisi, disusul Prof.
Danuswara yang ahli lingkungan kota dan guru besar ITB dengan dua
puisinya "Jalan" dan "Kampung Kota'. Kemudian Teguh Haryono membacakan
dua puisi juga, yang dikomentarinya sebagai pembacaan puisi pertama
kali di Wapres.

Fadjroel rahman membacakan 2 puisi berikutnya, salah satunya sering
dibawakannya, "Dongeng Untuk Popy". Mantan aktivis ini memberikan
gambaran bahwa mahasiwa ITB berkumpul dan mendirikan semacam komunitas
sastra dng singkatan GAS, yang kadang juga diplesetkan menjadi
Gerakan Anti Suharto krn pada waktu itu gerakan menentang Suharto
bisa juga direfleksikan dengan berteriak di lapangan basket dalam
bentuk apresiasi puisi.

Berikutnya Nugroho Suksmanto membacakan 2 puisi "Jilbab" dan "Pantat",
diikuti Lukman SH pelukis dan penyair yang membawakan puisi "Ganesha"
dan dibuatnya saat berusia 27 tahun.

Dari deretan penonton tampak penyair Dharmadi, Endah Perca, Rita
Achdris, Imam Maarif, Teguh Esha, Eka Kurniawan, Broden pabrik_t, Purwianto dan beberapa
aktivis sastra dari Universitas Atmajaya dan Universitas Bung Karno.

Di tengah pembacaan puisi, penyanyi Fia yang mengaku sejak 2004
dibesarkan di Wapres tampil membawakan lagu "Ada Rindu Ada Cemburu"
mendampingi Slamet Widodo. Penyair yang buku terbarunya `Selingkuh"
ini membuat penonton cengengesan ketika membawakan puisi "Susu" yang
di tengah pembacaan terselip kalimat `ah..mosok" dan ditirukan penonton.

Sebelum Sujiwo Tejo tampil, Sadewa yang putera WS Rendra naik ke
panggung membaca "Cinta yang Bersandar di Sebuah Perahu" dan "Aku dan
Gitarku", disusul Rara Gendis serta alumni ITB, Krismanggolo
membawakan puisi karya Bung Karno "Nasionalis Revolusioner".

Penampilan puncak acara, Sujiwo Tejo tak pelak membuat pengunjung
tergelak dengan komentar nakalnya di sela pembacaan sajak dan lagunya.
Dengan ringannya saat membawakan sajak "Anyaman" Sujiwo Tejo sempat
mengisahkan sebagian petualangan cinta Rendra yang membuat banyak
penyair lainnya semisal Emha Ainun Najib terkagum-kagum. Sedang para
alumni ITB yang membaca puisi malam itu disentilnya karena ternyata
tak berani mengambil resiko menjadi seniman murni seperti dirinya,
yang disambut tawa pengunjung.

Di akhir acara, Slamet Widodo yang berbincang dengan Sutardji Calzoum
Bachri menjelaskan bahwa Presiden Penyair ini terkesan dengan Sastra
Reboan. "Saya sudah mendengar acara ini, tapi belum sempat dating.
Terus terang, acara seperti ini bagus dan dibutuhkan. Sudah
berlangsung secara rutin menunjukkan komunitasnya hidup. Tapi tanpa
militansi penyelenggaranya, pastilah tak akan berjalan".

Sampai bertemu di Sastra Reboan #9 tanggal 17 Desember mendatang.
(ilenk/gie)

No comments: